1
BUDAYA MASYARAKAT MELAYU SUMATERA UTARA,
ACEH, DAN SEMENANJUNG MALAYSIA:
KERJASAMA PARIWISATA, SENI, DAN AGAMA
Oleh: Muhammad Takari
Dosen FS USU dan Mahasiswa S-3 Fakulti Sastera dan Sains Sosial UM
1. Pendahuluan
Pada masa-masa terakhir ini umat Islam di seluruh dunia dihadapkan dengan berbagai peristiwa dan
masalah, baik dalam skala regional, maupun global. Tantangan itu berdensitas padat, terlebih-lebih setelah
selasainya era perang dingin antara blok sosialis-komunis dengan liberalis. Tantangan itu bersifat
ideologis, ekonomi, politik, budaya, yang muncul baik dari dalam peradaban umat Islam itu sendiri maupun
dari luar. Untuk itu umat Islam harus memiliki strategi dalam menghadapi tantangan (cabaran) globalisme
ini. Termasuk umat Islam di kawasan Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia, yang menjadi perhatian utama
penulis dalam kajian ini.
Selaras dengan perkembangan globalisasi, maka muncul pula proses dan dampak dari aspek
pariwisata, seni, dan agama. Pariwisata mengakibatkan dua dampak sekali gus yaitu dampak positif dan
negatif. Dampak positif misalnya adalah lebih intens dan meluasnya pergaulan antara etnik dan bangsa-
bangsa di dunia, menumbuhkembangkan sikap toleransi, belajar kearifan masyarakat lain, perlunya
penguatan jati diri, motivasi hidup di dunia dan akhirat, enkulturasi ilmu, seni, dan teknologi; mempercepat
proses pencerahan pikiran dan keimanan, dan lainnya. Namun di sisi lain dampak pariwisata tentu saja
negatif, seperti terserapnya budaya yang individualistik, berkecenderungan meninggalkan norma-norma
sosial dan agama yang dianut, munculnya sikap yang terlalu mencintai dunia atau hedonisme, pergaulan
bebas, menafikan institusi pernikahan, mendasarkan hidup pada aspek logika, dan lain-lain.
Sementara itu dalam konteks ini, pariwisata umumnya mengandalkan bidang seni budaya dan
keindahan alam. Seni budaya adalah sebagai ujung tombak budaya, yang selalu difungsikan dalam kegiatan
pariwisata di seluruh dunia. Kesenian ini umumnya mencakup seni pertunjukan (musik, tari, teater)
tradisional setempat maupun seni rupa, arsitektur, pakaian adat, dan lain-lainnya.
Kedua unsur budaya di atas, tentu saja harus berlandas kepada agama. Dalam konteks masyarakat
Melayu Asia Tenggara tentu saja agama Islam. Agama Islam secara syariat berasas kepada dua sumber
hukumnya yaitu Al-Quran dan Hadits. Dalam konteks pariwisata dan seni tentu saja kebijakan di bidang
ide, kegiatan, maupun artifak harus berasas kepada agama Islam, namun diperlukan juga berbagai
pembaharuan pemikiran yang dilandasi oleh ajaran-ajaran Islam. Diperlukan kearifan dan kebijaksanaan
dalam memikirkan hal ini.
Tulisan ini akan menguraikan bagaimana potensi pariwisata, keberadaan seni budaya, dan bagaimana
agama Islam sebagai asas dari semua kegiatan kultural pada masyarakat Melayu di Sumatera Utara, Aceh,
dan Semenanjung Malaysia. Setelah itu barulah dipaparkan konsep-konsep kerjasama pada tiga bidang
tersebut, sesuai dengan kondisi nyata masyarakat Melayu di Sumatera Utara, Aceh, dan Semenanjung
Malaysia saat iniyang sedang dilanda keterpurukan dan cobaan berat dari Allah Subhana Wataala, seperti
musibah tsunami dan gempa dahsyat 26 Desember 2004, kondisi sosiopolitis yang tidak stabil, keamanan
pribadi dan kelompok yang tak terjamin, dampak peristiwa 11 September 2001, bom Bali I dan II, dan
kecenderungan global memandang umat Islam sebagai teroris, merajalelanya perilaku negatif, dan lain-lain.
Namun di samping itu, secercah harapan bangsa Melayu muncul seperti semakin mendekatnya dan
bersatunya barisan umat Islam kepada ajarannya setelah berbagai peristiwa tersebut, penerapan syariat
Islam di berbagai kawasan Dunia Melayu, munculnya tokoh-tokoh yang religius, jujur, dan amanah, dan
lainnya. Hal-hal ini sangat terkait erat dengan budaya nasional Indonesia dan Malaysia. Bagaimana konsep
kebudayaan nasional Indonesia dan Malaysia?
2
2. Konsep Kebudayaan Nasional Indonesia
Indonesia adalah sebuah negara bangsa yang sampai saat ini telah berumur enam dasawarsa. Dalam
usianya yang demikian negara ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Indonesia pernah
mengalami masa-masa revolusi fisik, ancaman disintegrasi, guncangan ekonomi, otoritarianisme dan
sejenisnyanamun bangsa Indonesia juga telah menorehkan berbagai prestasi budaya di berbagai bidang
yang diakui secara internasional. Selama kurun waktu kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami tiga fase
pemerintahan, yaitu: Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi. Dalam mengisi periode-periode sejarah
itu, berbagai aspek kebudayaan saling tumpang-tindih perkembangannya.
Sebagai sebuah negara bangsa, Indonesia telah meletakkan dasar konstitusionalnya, seperti yang
termaktub dalam pasal 28 Undang-undang Dasar 1945. Bahkan lambang negara Indonesia, Garuda
Pancasila merentangkan tulisan Bhinneka Tunggal Ika (yang artinya biar berbeda-beda tetapi tetap satu).
Selengkapnya pasal 32 berbunyi: “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.” Ditambah
dengan penjelasannya: “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya
rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan
di daerah-daerah seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju
ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan
asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.”
Dengan demikian jelas bahwa Indonesia memiliki budaya nasional, yang berasal dari budaya etnik -
bukan penjumlahan budaya etnik - sekali gus mengandung budaya asing yang dapat memperkaya budaya
nasional.
Beberapa dekade menjelang terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para intelektual dan
aktivis budaya telah memiliki gagasan tentang kebudayaan nasional. Dalam konteks ini mereka
mengajukan pemikirannya masing-masing sambil berpolemik apa itu kebudayaan nasional dan ke mana
arah tujuannya. Pelbagai tulisan membahas gagasan itu dari berbagai sudut pandang, yang terbit dalam
kurun masa 1930-an.
Sebahagian tulisan ini merupakan hasil dari Permusyawaratan Perguruan Indonesia di Surakarta (Solo),
pada 8-10 Juni 1935. Di antara intelektual budaya yang mengemukakan gagasannya adalah: Sutan Takdir
Alisyahbana (STA) pengarang dan juga mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) Jakarta;
Sanusi Pane, seorang pengarang; Soetomo, dokter perobatan dan pengarang; Tjindarbumi, wartawan;
Poerbatjaraka, pakar filologi; Ki Hajar Dewantara, pendiri dan pemimpin perguruan nasional Taman Siswa
(lihat Koentjaraningrat 1995).
Gagasan-gagasan mereka secara garis besar adalah sebagai berikut. Sutan Takdir Alisyahbana
berpendirian bahawa gagasan kebudayaan nasional Indonesia, yang dalam artikelnya diistilahkan dengan
Kebudayaan Indonesia Raya, sebenarnya baru mulai timbul dan disadari pada awal abad kedua puluh, oleh
generasi muda Indonesia yang berjiwa dan bersemangat keindonesiaan. Menurutnya, sebelum gagasan
Indonesia Raya disadari dan dikembangkan, yang ada hanyalah kebudayaan-kebudayaan suku bangsa di
daerah. Ia menganjurkan agar generasi muda Indonesia tidak terlalu tersangkut dalam kebudayaan pra-
Indonesia itu, dan dapat membebaskan diri dari kebudayaan etniknyaagar tidak berjiwa provinsialis,
tetapi dengan semangat Indonesia baru. Kebudayaan Nasional Indonesia merupakan suatu kebudayaan
yang dikreasikan, yang baru sama sekali, dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan yang kini
dianggap paling universal, yaitu budaya Barat. Unsur yang diambil terutama adalah teknologi, orientasi
ekonomi, organisasi, dan sains. Begitu juga orang Indonesia harus mempertajam rasio akalnya dan
mengambil dinamika budaya Barat. Pandangan ini mendapat sanggahan sengit dari beberapa pemikir
lainnya.
Sanusi Pane menyatakan bahwa kebudayaan Nasional Indonesia sebagai kebudayaan Timur harus
mementingkan aspek kerohanian, perasaan dan gotong-royong, yang bertentangan dengan kebudayaan
Barat yang terlalu berorientasi kepada materi, intelektualistis, dan individualistis. Ia tidak begitu setuju
dengan Sutan Takdir Alisyahbana yang dianggapnya terlalu berorientasi kepada kebudayaan Barat dan
harus membebaskan diri dari kebudayaan pra-Indonesia, karena itu berarti pemutusan diri dari
kesinambungan sejarah budayanya dalam rangka memasuki zaman Indonesia baru.
Pemikir lain, Poerbatjaraka menganjurkan agar orang Indonesia banyak mempelajari sejarah
3
kebudayaannya, agar dapat membangun kebudayaan yang baru. Kebudayaan Indonesia baru itu harus
berakar kepada kebudayaan Indonesia sendiri atau kebudayaan pra-Indonesia.
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa kebudayaan Nasional Indonesia adalah puncak-puncak
kebudayaan daerah. Di sisi lain, Soetomo menganjurkan pula agar asas-asas sistem pendidikan pesantren
dipergunakan sebagai dasar pembangunan pendidikan nasional Indonesia, yang ditentang oleh Sutan Takdir
Alisyahbana. Sementara itu, Adinegoro mengajukan sebuah gagasan yang lebih moderat, yaitu agar
pendidikan nasional Indonesia didasarkan pada kebudayaan nasional Indonesia, sedangkan kebudayaannya
harus memiliki inti dan pokok yang bersifat kultur nasional Indonesia, tetapi dengan kulit (peradaban) yang
bersifat kebudayaan Barat.
Sebuah gagasan akan dilanjutkan ke dalam praktik, apabila ia fungsional dalam masyarakat
pendukungnya. Fungsi sebuah gagasan bisa saja relatif sedikit, namun boleh pula menjadi banyak.
Demikian pula gagasan kebudayaan nasional memiliki berbagai fungsi dalam negara Indonesia merdeka.
Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kebudayaan nasional Indonesia memiliki dua fungsi: (i) sebagai
suatu sistem gagasan dan pralambang yang memberi identitas kepada warga negara Indonesia dan (ii)
sebagai suatu sistem gagasan dan pralambang yang dapat dipergunakan oleh semua warga negara Indonesia
yang bhinneka itu, untuk saling berkomunikasi, sehingga memperkuat solidaritas. Dalam fungsinya yang
pertama, kebudayaan nasional Indonesia memiliki tiga syarat: (1) harus merupakan hasil karya warga
negara Indonesia, atau hasil karya orang-orang zaman dahulu yang berasal dari daerah-daerah yang
sekarang merupakan wilayah negara Indonesia; (2) unsur itu harus merupakan hasil karya warga negara
Indonesia yang tema pikirannya atau wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia; dan (3) harus sebagai
hasil karya warga negara Indonesia lainnya yang dapat menjadi kebanggaan mereka semua, sehingga
mereka mau mengidentitikan diri dengan kebudayaan itu.
Dalam fungsi kedua, harus ada tiga syarat yaitu dua di antaranya sama dengan syarat nomor satu dan
dua fungsi pertama, syarat nomor tiga yaitu harus sebagai hasil karya dan tingkah laku warga negara
Indonesia yang dapat difahami oleh sebahagian besar orang Indonesia yang berasal dari kebudayaan suku-
suku bangsa, umat agama, dan ciri keturunan ras yang aneka warna, sehingga menjadi gagasan kolektif dan
unsur-unsurnya dapat berfungsi sebagai wahana komunikasi dan sarana untuk menumbuhkan saling
pengertian di antara aneka warna orang Indonesia, dan mempertingi solidaritas bangsa.
Menurut penulis, dalam proses pembentukan budaya nasional Indonesia selain orientasi dan fungsinya,
juga harus diperhatikan keseimbangan etnisitas, keadilan, dan kejujuran dalam mengangkatnya dari lokasi
daerah (etnik) ke tingkat nasional. Sebaiknya proses ini terjadi secara wajar, alamiah, dan bukan bersifat
pemaksaan pusat terhadap daerah atau sebaliknya. Di samping itu proses itu harus pula menyeimbangkan
antara bhineka dan ikanya budaya Indonesia. Perlu disadari pula bahwa budaya nasional bukan
penjumlahan kuantitatif budaya etnik Indonesia. Budaya nasional terjadi sebagai proses dialogis antara
budaya etnik dan setiap etnik merasa memilikinya.
Dari uraian-uraian di atas jelaslan tergambar kepada kita adanya perbedaan pendapat di antara pemikir-
pemikir budaya: (a) ada yang berorientasi kepada budaya Barat yang dinamis dan rasional, (b) adapula yang
mengemukakan perlunya meneruskan budaya lama pra-Indonesia sambil menerima dan mengolah
kebudayaan asing yang dapat memperkuat jatidiri nasional Indonesia. Dalam konstitusi Indonesia, UUD
1945, tampaknya pendapat kedualah yang tercermin. Namun secara konseptual para pemikir budaya juga
memiliki persamaan persepsi yaitu mereka setuju akan adanya dan terbentuknya kebudayaan nasional
Indonesia sejak lahirnya negara Republik Indonesia, yang berasal dari daerah-daerah di wilayah Indonesia.
Selaras dengan era reformasi, maka berbagai tatanan negara dan masyarakat Indonesia akan berubah
bentuk dan fungsinya, yang tentu saja akan berpengaruh kepada kebudayaan nasional. Saat ini kita
menerapkan sistem pemerintahan gabungan antara "unitarianisme dan federalisme" yang dikonsepkan ke
dalam otonomi daerah, begitu juga dengan kedudukan legislatif, eksekutif, dan judikatif yang ditata ulang
agar terjalin keseimbangan kekuasaan. Demikian juga kebudayaan Nasional Indonesia seharusnya dapat
mengekspresikan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam Perundang-undangan Indonesia kebudayaan
nasional adalah puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Kata puncak memiliki nosi parsial, bahwa suatu
unsur budaya nasional harus bermutu. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang akan mengukur mutu
atau puncak budaya daerah itu, dan bagaimana parameternya secara akurat. Padahal kalau kita lihat
pemikiran di dalam estetika (filsafat keindahan), para filosof pada umumnya mengesahkan sahaja
4
keindahan itu ditentukan secara parsial oleh masyarakat pendukungnya--karena akan ditemui kesulitan
dalam menentukan unsur-unsur universal dalam menilai kesenian atau keindahan. Dalam hal ini, kita akan
dihadapkan pada berbagai kendala dalam menentukan "puncak" atau "lembah" kebudayaan daerah.
Mungkin kata yang lebih pas adalah "inti sari" kebudayaan daerah atau sejenisnya.
Dikotomi antara budaya Barat (Oksidental) dan Timur (Oriental) yang begitu dipertajam pada masa
polemik kebudayaan, tampaknya tidak lagi begitu relevan dikembangkan pada masa kini. Permasalahan
utama adalah bukan kita mengambil budaya Barat atau secara kaku meneruskan budaya Timur dengan
berbagai kelebihan dan kekurangannya, tetapi yang penting adalah bagaimana kita mengolah dan mengelola
budaya dunia dalam konteks memperkuat identitas budaya berdasarkan nilai-nilai universal. Bagaimana pun
budaya Barat tidak anti budaya Timur atau sebaliknya. Bahkan Islam yang dianut sebahagian besar
masyarakat Indonesia sendiri mengajarkan untuk menerima berbagai budaya dunia dalam konteks tauhid
kepada Allah. Islam juga telah menyumbangkan berbagai peradaban modern ke seluruh dunia termasuk
Barat. Termasuk Islam adalah sarana transmisi peradaban Barat yang menetapkan asasnya pada zaman
Yunani-Romawi. Demikian juga agama Protestan dan Katholik memiliki konsep inkulturasi yang
sebenarnya juga menerima unsur-unsur kebudayaan etnik seluruh dunia dalam konteks ajaran Gereja.
Dalam konteks penerapan kebudayaan nasional, selanjutnya Koentjaraningrat dengan kapasitasnya
sebagai ilmuwan sosial yang berwawasan luas menunjuk beberapa unsur kebudayaan nasional Indonesia
yang memenuhi dua fungsi utama yang dikemukakannya.
Adapun unsur-unsur pemberi identitas nasional Indonesia, adalah: untuk bahasa adalah bahasa
Indonesia dan daerah, untuk teknologi yaitu teknologi arkeologi dan prasejarah, untuk organisasi sosial
adalah organisasi adat dalam mengelola irigasi di Bali, dan tatakrama adat; untuk pengetahuan yaitu ilmu
obat-obatan tradisional usada di Bali dan Jawa; untuk kesenian adalah seni tekstil tradisional (batik, seni
ikat, dan lain-lain), seni relief dan ukir, seni arsitektur candi, seni rias (pakaian daerah untuk wanita), seni
lukis tradisional, seni suara tradisional (Bali, Jawa), seni tari tradisional (Bali, Jawa), seni tari bela diri
(Pencak silat Minangkabau, Sunda, Jawa), seni drama tradisional (wayang), dan seni musik
(Koentjaraningrat 1985).
Selanjutnya, unsur-unsur wahana komunikasi dan penguat solidaritas nasional, untuk bahasa adalah
bahasa Indonesia; untuk ekonomi pengelolaan gaya Indonesia, untuk organisasi sosial adalah ideologi
negara iaitu Pancasila, hukum nasional, dan tatakrama nasional; untuk kesenian adalah seni lukis masa kini,
sastra dalam bahasa nasional, seni drama (juga film) masa kini.
Penentuan unsur-unsur kebudayaan nasional yang memberi identitas dan wahana komunikasi serta
penguat solidaritas nasional, yang dikemukakan Koentjaraningrat di atas, menurut penulis sangat rigid, tak
dinamik, dan bersuasana "etnosentris.” Bagaimanapun, kebudayaan nasional masih akan terus berkembang
secara dinamik dan mengikuti tuntutan zaman yang berproses secara alamiah, tidak mutlak ditentukan oleh
para intelektual, tetapi menurut fungsi dan bentuk pada masyarakat Indonesia yang bhineka tetapi tunggal
ika itu.
Dalam kurun waktu hampir enam dasawarsa Indonesia merdeka, penerapan kebudayaan nasional terus
berkembang mencari bentuk, namun terbentuk melalui berbagai proses: (a) ada yang terjadi secara wajar
menurut fungsi-fungsi sosial budaya pada masyarakat: (b) ada pula yang berkembang melalui saluran-
saluran institusi tertentu dalam masyarakat: (c) ada yang muncul kerana keinginan elit penguasa; dan (d)
ada yang cenderung menafsirkan bahwa yang dimaksud budaya nasional itu adalah budaya yang dilakukan
oleh kumpulan etnik mayoritas di Indonesia.
Sampai sekarang budaya nasional kita tercermin dalam berbagai ide, kegiatan, maupun artifak. Dalam
bidang bahasa misalnya kita bersyukur kepada Tuhan dan pendiri negara ini bahawa bahasa Melayu dan
disertai perkembangan bahasa kontemporer menjadi bahasa nasional Indonesia. Prosesnya pun terjadi
secara wajar tanpa pemaksaan. Beberapa bangsa di dunia sampai sekarang masih mengalami gejolak dalam
hal bahasa nasionalnya. Pakaian nasional kita kebaya untuk wanita dan peci, batik, atau jas juga mengalami
berbagai proses kesejarahan yang unik dan menarik. Begitu juga dengan makanan khas dari daerah
Minangkabau misalnya telah menjadi makanan yang digemari oleh sebagian besar bangsa Indonesia.
Teknologi pembuatan kapal pinisi misalnya dapat menjadi model bagi pembuatan kapal tradisional
Indonesia, atau teknologi kapal PAL di Surabaya.
Sementara di dunia internasional teknologi kita juga diakui kecanggihannya. B.J. Habibie teknokrat
5
dan mantan presiden kita dikenal secara internasional rumus aerodinamikanya untuk teknologi pesawat
udara. Beberapa siswa Indonesia dapat meraih juara dalam Olimpiade Fisika tingkat dunia, serta berbagai
prestasi gemilang lainnya. Hal ini menunjukkan kepada kita bahawa sains internasional juga dapat kita
kuasai dengan konsep kemitrasejajaran dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Begitu juga dengan ekonomi
nasional kita yang digagas oleh Bung Hatta, yaitu ekonomi khas Indonesia sebagai hasil miksturisasi sistem
ekonomi liberal dan sosialis, kiranya tetap relevan kita terapkan pada masa kini.
Bukankah keterpurukan ekonomi yang kita alami sekarang ini, adalah bentuk "penyelewengan"
daripada kebijakan yang diambil oleh para pendiri bangsa ini. Demikian juga untuk unsur kebudayaan yang
lainnya, bagaimanapun terus akan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Dalam konteks kesenian misalnya seni pertunjukan Melayu, walau awalnya kurang mendapat perhatian
publik, akhirnya meluas secara nasional bahkan transnasional. Begitu juga dengan keroncong. Bahkan,
seorang etnomusikolog ternama Victorius Ganap, dari Institut Seni Yogyakarta dalam suatu seminar di
Sekolah Tinggi Seni Indonesia di Padangpanjang mengemukakan bahwa selain bahasa, budaya Melayu juga
menyumbangkan musik nasional Indonesia yang diistilahkannya dengan "musicafranca.” Namun kesenian
dari etnik manapun tentunya akan dapat berkembang menjadi budaya nasional nantinya melalui proses yang
alamiah dan dialogis. Perkembangan yang baru di bidang tari dan musik misalnya adalah tari Poco-poco,
Sajojo, dan Kulintang (dari Indonesia Timur) yang begitu luas di gunakan dan dikenal dalam kebudayaan
masyarakat Indonesia, yang boleh pula dikategorikan sebagai kesenian nasional. Demikian sekilas contoh-
contoh penerapan kebudayaan nasional Indonesia yang dilakukan selama ini.
Sejak awal, para pemikir budaya Indonesia telah sepakat bahwa setelah terbentuknya negara Indonesia
merdeka, maka ketika itu pula budaya nasional menjadi bagiannya. Budaya nasional bukanlah sebuah
budaya yang baru sama sekali dan terputus dari lintasan sejarah. Budaya nasional merupakan kontinuitas
dari budaya sebelumnya yang ada di wilayah Indonesia kini. Konsep budaya nasional ini sejak awal
mengalami polemik, antara dua kubu yaitu yang sangat mendukung untuk menyerap budaya Barat yang
dianggap memiliki berbagai “keunggulan” serta kubu yang menginginkan agar budaya nasional berakar dari
budaya sebelumnya yaitu budaya nenek moyang Indonesia namun tidak menolak unsur asing yang sesuai
dengan jiwa dan kepribadian bangsa.
3. Konsep Kebudayaan Nasional Malaysia
Menurut Zainal Abidin Boorhan sejarah telah membuktikan bahwa Malaysia secara khusus adalah
sebuah Malay Nation, yang bermakna bahwa seluruh kepulauan Melayu itu adalah Malay Nation, sebuah
Melayu Raya meminjam terminologi Ibrahim Yaakob, Malaysia Eradenta oleh Winceslao Vinzons,
Indonesia Raya oleh Muhammad Yamin, juga yang populer adalah istilah Maphilindo. Sebuah
kesinambungan sejarah yang cukup menumental. Malaysia,Indonesia, Brunei, Filipina adalah sebagian dari
unsur Malay Nationsebuah bangsa yang besar, beragam, dan berbagai. Konsep bangsa adalah lanjutan
dari nation tersebut yang sinonim maknanya dan sukar dipisahkan. Malay Nation tersebut terpecah karena
faktor penjajahan dan politik modern Eropa, namun sebaliknya muncul semangat kebangsaan Melayu untuk
mencapai pemerintah sendiri dan merdeka, yang digerakkan oleh pemikiran para intelektual Melayu.
Ketika marwah Melayu tercalar pada saat tragedi 1969, Melayu masih berkeyakinan dan berwawasan untuk
hidup bersama dengan warga lainnya. Maka diusulkan Dasar Ekonomi Baru, Rukun Negara, Dasar Bahasa
Kebangsaan, Dasar Pendidikan Kebangsaan, dan Dasar Kebudayaan Kebangsaan yang termaktub di
Parlemen untuk perpaduan dan identitas negara Malaysia.
Walaupun ada yang mengatakan dasar-dasar tersebut adalah dasar yang pro-Melayu, Malayic dan
Malaynisation, dasar-dasar tersebut dikritik oleh bukan Melayu dengan pelbagai tuntutan dan penolakan,
namun terbukti dapat menentramkan hingga kini. Di samping dasar-dasar tersebut, pemerintahan yang
kuat di bawah Barisan Nasional yang memberikan power sharing, bertoleransi, bekerjasama untuk
memainkan peranan penting kepada kesejahteraan rakyat Malaysia.
Atas nama Gapena Zainal Abidin Boorhan menyatakan bahwa Dasar Kebudayaan Kebangsan adalah:
(a) berasaskan kebudayaan asal masyarakat rantau ini; (b) unsur-unsur asing yang sesuai dan wajar dapat
diterima; (c) Islam sebagai teras kebudayaan kebangsaan, perlu dipertegas kembali, tidak bole dirombak
6
dan tidak boleh diubah oleh pihak pemerintah atau pihak yang dipertanggungjawabkan serta diamanahkan
untuk menjaga, mentadbir (menata), mengurus, mengembang, memajukannya; khususnya Kementerian
Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan dan umumnya Kerajaan Persekutuan Malaysia dan kerajaan negeri-
negeri di Malaysia. Dasar ini adalah amanah rakyat kepada yang berkuasa, ia adalah testamen rakyat.
Piagam, testamen, dan wa’ad ang terungkap dari Kongres Kebudayaan Melayu 1957/1958 dan Kongres
Kebudayaan Kebangsaan 1971, satu perjuangan rakyat dan satu semangat rakyat yang perlu djiwai oleh
setiap birokrat dan fungsionaris pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan serta meletakkan paksi
pemerintahan berdasarkan dasar-dasar tersebut (Zainal Abidin Boorhan 2005:14).
Pakar lainnya Abdul Latiff Abu Bakar, mengingatkan pentingnya budaya nasional bagi jati diri warga
Melayu, khususnya di Malaysia. Jati diri warga Malaysia perlu dilihat dari segi pemahaman sejarah serta
sosiobudaya rakyat Malaysia yang diwarisi dari nenek moyangnya. Ini diperkuatkan lagi dengan beberapa
konsep dalam Perlembagaan Malaysia yang bersifat kebangsaan dan resmi, bagi menjamin
perkembangannya dan dihayati oleh setiap warga Malaysia. Selanjutnya diperkokohkan lagi dengan dasar-
dasar kerajaan yang berusaha mewujudkan perpaduan dalam usaha membina sebuah negara bangsa
Malaysia yang harmonis dan mempunyai jati diri yang mantap.
Apakah jati diri warga Malaysia yang sebenarnya? Berdasarkan sejarah rumpun Melayu dan
Perlembagaan Malaysia, setiap warga negara Malaysia wajar memahami dan menghayati warisan
peradaban (tamadun) Melayu yang diletakkan dalam Perlembagaan Malaysia; yaitu Yang DiPertuan
Agong, sultan, dan raja-raja Melayu adalah ketua negara dan negeri yang berdaulat dan akan menjaga
agama Islam serta adat istiadat Melayu. Agama Islam menjadi agama resmi, manakala bahasa Melayu
sebagai bahasa kebangsaan. Kebudayaan Melayu wajib diamalkan oleh orang-orang Melayu dan
Bumiputera. Namun begitu, agama, bahasa, dan amalan adat etnik lain diberi jaminan dan bebas
diamalkan.
Berdasarkan semangat sejarah, Perlembagaan Melayu dan Rukun Negara, maka terbentuk dasar-
dasar kerajaan bagi mewujudkan perpaduan dan memantapkan pembinaan negara Malaysia. Dasar bahasa
Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan dasar pendidikan terjamin dalam Perlembagaan dalam bentuk akta
dan dasar kementerian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia. Sewajarnyalah Dasar Kebudayaan
Kebangsaan (1971) dihayati oleh setiap warga Malaysia dan dijadikan panduan serta asas penting bagi kita
untuk memartabatkan warisan seni budaya rumpun Melayu dan menghormati warisan seni budaya pelbagai
etnik di Malaysia. Perlu bagi warga negara Malaysia memahami dan menghayati prinsip-prinsip yang
terkandung di dalam Dasar Kebudayaan Kebangsaan 1971, yaitu:
1. Kebudayaan Kebangsaan Malaysia haruslah berasaskan kebudayaan asli rakyat rantau ini;
2. Unsur-unsur kebudayaan lain yang sesuai dan wajar boleh diterima menjadi unsur kebudayaan
kebangsaan; dan
3. Islam menjadi unsur penting dalam pembentukan kebudayaan kebangsaan.
Kongres Kebudayaan kebangsaan yang dianjurkan oleh kerajaan pada tahun 1971 telah
memutuskan bahwa Malaysia sebagai sebuah negara yang mempunyai penduduk berbilang kaum (multi
etnik) wajib mempunyai kebudayaan kebangsaannya dengan dasarnya yang tegas bagi mencapai tujuan-
tujuan berikut:
1. Mengukuhkan perpaduan bangsa dan negara melalui kebudayaan kebangsaan;
2. Memupuk dan memelihara kepribadian kebangsaan yang tumbuh dari kebudayaan kebangsaan;
dan
3. Memperkaya dan meningkatkan kualitas kehidupan kemanusiaan dan kerohanian yang seimbang
dengan pembangunan sosioekonomi.
Ini berarti bahwa setiap warga Malaysia sewajarnyalah mempunyai kepribadian kebangsaan atau
jati diri kebangsaan yang berpandukan kebudayaan kebangsaan. Salah satu warisan seni yang boleh
diabsahkan sebagai unsur penting jati diri kebudayaan Malaysia ialah seni pertunjukan tradisionalnya
(Abdul Latiff Abu Bakar 2005).
Dengan melihat konsep kebudayaan nasional di Indonesia dan Malaysia, maka terdapat beberapa
perbedaan, namun lebih banyak persamaan dan sinerjinya. Konsep kebudayaan Indonesia adalah berakar
dari kebudayaan etnik, dengan menerima unsur-unsur asing yang sesuai. Sebagai landasan ideologinya
adalah Pancasila (bagi umat Islam wajib mengisinya dengan nilai-nilai Islam). Malaysia juga demikian,
7
mengkonsepkan kebudayaan nasionalnya berasas budaya masyarakat rantau Dunia Melayu secar luas dan
terintegrasi, serta secara eksplisit dan konstitusional dimaktubkan dalam dasar kebangsaannya yaitu Islam
menjadi unsur penting dalam pembentukan kebudayaan kebangsaan. Perbedaannya menurut penulis adalah
mengenai respons di lapangan. Malaysia dengan komposisi etnik Asia yang jumlahnya agak berimbang
menyebabkan tarikan kritik dan pertahanan jati diri budaya begitu kuat. Sementara di Indonesia hal ini tidak
terjadi, bahkan yang menjadi kendala dalam proses adalah hubungan Jawa dan luar Jawa.
Konsep kebudayan nasional ini, menjadi asas dalam melakukan bidang pariwisata, seni budaya, dan
juga agama. Mari kita lihat eksistensi pariwisata, seni budaya, dan agama di Sumatera Utara, Aceh, dan
Semenenjung Malaysia. Sebelum penulis mengemukakan berbagai konsep kerjasama di tiga bidang
tersebut.
5. Pariwisata di Sumatera Utara, Aceh, dan Semenanjung Malaysia
(a) Sumatera Utara. Kawasan ini awalnya adalah gabungan wilayah dari Aceh, Sumatera Timur,
dan Tapanuli, yang sekarang hanya tinggal dua kawasan terakhir. Sumatera Utara dihuni oleh tiga jenis
pemukim, yaitu: (a) etnik-etnik native, yang terdiri dari: Melayu, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Toba,
Mandailing, Pesisir (Barat), dan Nias; (e) etnik-etnik pendatang Nusantara yang terdiri dari: Aceh,
Minangkabau, Banjar, Jawa, Sunda, dan lainnya; dan (c) etnik-etnik pendatang dunia, seperti: Hokian,
Kwong Fu, Hakka, Khek, Tamil, Hindustani, Sikh, Arab, Belanda, dan lain-lainnya. Sementara itu di
kawasan budaya Mandailing-Angkola terdapat masyarakat Lubu dan Siladang. Dengan demikian,
Sumatera Utara adalah daerah yang multi etnik dan budaya. Mereka tetap memelihara berbagai unsur
budaya yang diwarisi dari nenek moyangnya. Di antara warisan dalam bentuk artifak itu adalah kain
tenunan tradisional yang secara general lazim disebut ulos. Artifak ini terdapat dalam budaya masyarakat
Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Toba, dan Mandailing-Angkola. Kadang kelompok-kelompok etnik ini
disebut juga dengan masyarakat Batak--namun dalam kenyataannya ada pula di antara mereka yang
menolak istilah generalisasi tersebut. Namun bagaimanapun ada berbagai persamaan budaya di antara
kelompok-kelompok masyarakat tersebut. Misalnya pembagian tiga struktur masyarakat berdasarkan
hubungan perkawinan dan darah (dalihan na tolu atau rakut sitelu). Dalam bidang bahasa pula ada dua alur
utama, yaitu kelompok bahasa Karo dan Pakpak-Dairi serta kelompok bahasa Toba, Simalungun, dan
Mandailing-Angkola. Berdasarkan aspek historis, wilayah Sumatera pada saat pemerintahan kolonial
Belanda disebut Gouverment van Sumatra, yang mencakup keseluruhan wilayah Sumatera dan pulau-pulau
di seputarnya. Pusat pemerintahan ini berada di Medan, yang dipimpin oleh seorang gubernur. Pada masa
penjajahan Belanda ini, Sumatera Utara dibagi ke dalam berbagai daerah administratif yang disebut regency
(keresidenan).
Pada saat Indonesia merdeka tahun 1945, Sumatera tetap dipertahankan sebagai satu wilayah
pemerintahan yang disebut Provinsi Sumatera, yang dipimpin oleh seorang gubernur. Terdiri dari beberapa
kabupaten yang dipimpin oleh bupati. Untuk memudahkan jalannya pemerintahan, maka Komite Regional
Nasional Indonesia membagi Sumatera ke dalam tiga provinsi: (1) Sumatera Utara yang di dalamnya
termasuk Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli; (2) Sumatera Tengah, dan (3) Sumatera Selatan. Awal
tahun 1949, sistem pemerintahan ini direstrukturisasi. Sumatera Utara dibagi dua daerah militer: (a) Aceh
dan Tanah Karo dipimpin oleh Teungku Mohammad Daud Beureuh, sementara itu wilayah militer
Sumatera Timur dan Sumatera Selatan dipimpin oleh Dr. F.L. Tobing.
Sumatera Utara berada pada 1°LU sampai 4°LU pada garis latitudinal dan 98°BT-100°BT pada
garis longitudinal, dan berbatasan dengan wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di Utara, Pprovinsi
Sumatera Barat dan Riau di Selatan, selat Melaka di Timur, dan samudera Hindia di sebelah Barat.
Keseluruhan area Sumatera Utara adalah 71.680 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 13.675.045
jiwa. Sumatera Utara dihuni oleh berbagai kelompok etnik dengan berbagai agama yang dianut.
Pada masa sekarang sebagian besar masyarakat Sumatera Utara, menerima cara pembagian
kelompok-kelompok etnik setempat ke dalam delapan kategori. Keberadaan etnik setempat dijelaskan
oleh Goldsworthy sebagai berikut.
The three major [North] Sumatran ethnic groups are the Batak, coastal Malay and
Niasan ... North Sumatrans often divide the indigenous (that is, non-immigrant) population of the
8
province into nine more narrowly defined ethnic groups (suku-suku). ... The broad Batak
ethnic group is ussually divided into six main communities - Pakpak Dairi, Toba,
Angkola-Sipirok, Mandailing, Karo and Simalungun. All six groups have a broadly similar
social organisation (patrilineal, exogamus clans) and related languages, but important
social, religious and linguistic differences also divide them. The sharpest linguistic
division is between the Karo/Pakpak Dairi groups in the north and west and the
Toba/Mandailing/ Angkola-Sipirok groups in the south. The Simalungun group falls
between the two extreme points of contrast (Goldsworthy 1979:6).
Tiga kelompok etnik besar Sumatera Utara adalah Batak, Melayu Pesisir, dan Nias. Orang-orang
Sumatera Utara biasanya dibagi ke dalam sembilan populasi setempat (yaitu mereka yang bukan
imigran), yang biasa disebut dengan suku-suku. Kelompok etnik Batak yang lebih luas, biasanya dibagi
pada lima komunitas utama, yaitu: Pakpak-Dairi, Batak Toba, Angkola-Sipirok, Mandailing, Karo, dan
Simalungun. Keenam komunitas utama ini mempunyai organisasi sosial yang sama, yaitu berdasar pada
sistem patrilineal dan klen yang eksogamus.¹ Mereka mempunyai sistem sosial, religi, dan linguistik
yang berbeda. Perbedaan linguistik paling jelas adalah antara kelompok Karo dan Pakpak-Dairi di
utara dan barat--dengan kelompok Toba, Mandailing, Angkola, dan Sipirok di Selatan. Simalungun
berada di antara dua sistem linguistik ini. Daerah Sumatera Timur ini awalnya dihuni oleh tiga etnik
setempat, yaitu: Melayu, Karo, dan Simalungun.
Sumatera sendiri dihuni oleh beberapa kelompok etnik setempat, yaitu: Aceh, Alas dan Gayo,
Batak, Melayu, Minangkabau, Rejang, Lampung, Kubu, Nias, Mentawai, dan Enggano. Di Pesisir
Timur Sumatera Utara, yang pada masa kesultanan lazim disebut Sumatera Timur, etnik Melayu
mendiami wilayah yang meliputi lima Kabupaten, yaitu: Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang
Bedagai, Asahan, dan Labuhan Batu. Pada masa-masa pemerintahan sistem kesultanan, etnik Melayu di
Sumatera Timur ini berada dalam tiga kesultanan besar, yaitu: Langkat, Deli, dan Serdang, dan ditambah
sultan-sultan yang secara geografis dan politis lebih kecil, yaitu: Asahan, Bilah, Kotapinang, Merbau,
dan Kualuh.
Wilayah Sumatera Timur terbentang dari perbatasan Aceh sampai kerajaan Siak mempunyai batas-
batas geografis sebagai berikut: (1) sebelah utara dan barat berbatasan dengan wilayah Aceh; (2)
sebelah timur berbatasan dengan Selat Melaka; (3) sebelah selatan dan tenggara berbatasan dengan
daerah Riau; dan (4) sebelah barat berbatasan dengan daerah Tapanuli (Volker 1928:192-193) Luasnya
94.583 km² atau sekitar 20 % dari luas pulau Sumatera (Pelzer 1985:31). Di antara daerah Aceh di utara
serta Riau di selatan dan tenggara inilah terletak kesultanan-kesultanan Melayu Sumatera Timur.
Adapun potensi pariwisata di Sumatera Utara adalah seperti yang diuraikan berikut ini. Medan dan
Sejarahnya. Kampung kecil, dalam masa lebih kurang 80 tahun dengan pesat berkembang menjadi kota,
yang dewasa ini kita kenal sebagai kota Medan, berada di suatu tanah datar atau Medan, di tempat Sungai
Babura bertemu dengan Sungai Deli, yang waktu itu dikenal sebagai “Medan Putri”, tidak jauh dari Jalan
Putri Hijau sekarang. Menurut Tengku Lukman Sinar dalam bukunya Riwayat Hamparan Perak (1971)
yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak (Dua
Belas Kota) dan Datuk Sukapiring, yaitu dua dari empat kepala suku Kesultanan Deli.
Gambar 1.
Mesjid Raya Al- Manshoon Medan
9
Gambar 2.
Gapura Berarsitektur Melayu di Kesawan Square
John Anderson, seorang pegawai Pemerintah Inggeris yang berkedudukan di Penang, pernah
berkunjung ke Medan tahun 1823. Dalam bukunya bertajuk Mission to the Eastcoast of Sumatera, edisi
Edinburg tahun 1826, Medan masih merupakan satu kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang.
Di pinggir sungai sampai ke tembok Mesjid kampung Medan, ada dilihatnya susunan batu-batu granit
berbentuk bujur sangkar yang menurut dugaannya berasal dari Candi Hindu di Jawa.
Menurut legenda, d izaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli Lama kira-kira 10 km dari
kampung Medan, di Deli Tua sekarang seorang putri yang sangat cantik dan karena kecantikannya diberi
nama Putri Hijau. Kecantikan puteri itu tersohor kemana-mana, mulai dari Aceh sampai ke ujung utara
Pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh cinta pada puteri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya.
Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh kedua saudara laki-laki Putri Hijau. Sultan Aceh sangat marah karena
penolakannya itu dianggap sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka pecah perang antara kesultanan
Aceh dan kesulatanan Deli. Menurut legenda yang tersebut di atas, dengan mempergunakan kekuatan gaib,
seorang dari saudara Putri Hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan yang seorang lagi sebagai sepucuk
meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya. Kesultanan Deli Lama
mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa, Putera mahkota yang menjelma menjadi
meriam itu, meledak bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi
Karo, kira-kira 5 km dari Kabanjahe. Pangeran yang seorang lagi yang telah berubah menjadi seekor ular
naga itu, mengundurkan diri melalui satu saluran dan masuk ke dalam Sungai Deli disatu tempat yang
berdekatan dengan Jalan Putri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke Selat Malaka dari tempat ia
10
meneruskan perjalanannya yang terakhir di ujung Jambo Aye dekat Lhok Seumawe, Aceh. Putri Hijau
ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke
Aceh. Ketika kapal sampai di ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya
sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan
beribu-ribu telur. Permohonan tuan Putri itu dikabulkan. Tetapi, baru saja upacara dimulai, tiba-tiba
berhembus angin ribut yang maha dahsyat disusul oleh gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari
dalam laut muncul abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dengan menggunakan rahangnya
yang besar itu, diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini
sampai sekarang masih terkenal dikalangan orang-orang Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu
di Malaysia. Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan benteng dari Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau,
sedangkan sisa meriam, penjelmaan abang Putri Hijau, dapat dilihat di halaman Isatana Maymoon, Medan.
Kota Medan yang telah berumur ratusan tahun itu, mempunyai objek-objek yang sangat berharga dan
potensial untuk digali dan dipugar untuk dijadikan objek wisata.
Kota Medan saat ini telah mengalami kemajuan dan pembangunan yang saat pesat. Sebagai pusat
pemerintahan daerah Sumatera Utara, Medan tumbuh menjadi kota metropolitan dengan berpenduduk
kurang lebih 2,5 juta jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut adalah suku Batak dan Melayu. Selain itu ada
orang Jawa, Aceh, serta warga keturunan Cina dan India . Sekarang Medan adalah kota terbesar ketiga di
Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya . Bangunan perkantoran dan pusat perbelanjaan tumbuh bak "jamur
di musim hujan". Salah satu keistimewaan kota Medan adalah adanya becak motor atau yang lebih dikenal
dengan "becak mesin" yang menambah semaraknya kota ini walaupun menimbulkan pulusi udara dan
kebisingan kota. Untuk mencapai Medan dapat ditempuh melalui darat, laut, dan udara. Medan memiliki
lapangan udara Internasional, Bandar Udara Polonia yang letaknya 4 km dari pusat kota . Medan juga
punya pelabuhan laut terbesar ketiga di Indonesia , yaitu Pelabuhan Belawan, yang terletak 25 km di utara
Medan . Selain itu, Medan mempunyai 2 terminal bis antar kota yaitu Terminal Pinang Baris di utara dan
Terminal Amplas di selatan Medan . Di kiri kanan jalan ini banyak kita jumpai bangunan kuno bergaya
Eropa bekas kolonial Belanda. Kawasan ini dikenal juga dengan nama Kesawan. Di utara Kesawan ini
terdapat Lapangan Merdeka, sebuah lapangan tempat "upacara resmi" sering diadakan. Di sekitar tempat ini
kita jumpai (lagi) bangunan kuno seperti gedung Balai Kota, Bank Indonesia.PT. London Sumatera, Hotel
Dharma Deli, dan sebuah jembatan gantung (titi gantung) yang di bawahnya terdapat Stasiun Kereta Api
Medan. Juga terdapat bangunan antik yang bersejarah yaitu Kantor Pos Pusat Medan yang sampai sekarang
masih tetap beroperasi. Jika kita menyempatkan diri untuk menikmati suasana malam kota Medan, kita
pasti akan ternganga melihat semaraknya kota Medan pada malam hari, apalagi sekarang di kawasan
Kesawan telah dijadikan tempat Jajanan Malam terbesar di Kota Medan, dan para pengunjung bisa
menikmati semua jenis makan yang telah siap dihidangkan oleh para produsen makanan setiap malamnya
dan peresmian tempat Jajanan Malam tersebut atau lebih trend disebut sebagai Kesawan Square pada
tanggal 15 Januari 2003 resmi di buka. Di Jalan Ahmad Yani Medan, dan sepanjang jalan protokol tersebut
para pelancong dapat membeli berbagai sovenir yang hampir semua jenisnya berasal dari tempat tempat
daerah wisata di Sumatera Utara. Selain untuk membeli sovenir sebagai oleh oleh dari Sumatera Utara, para
pelancong dapat juga melihat bangunan tua hasil dari peninggalan para kolonial Belanda.
Di samping objek-objek sejarah yang berharga itu, perlu dipugar kebudayaan dari berbagai suku
bangsa yang tinggal di kota Medan dan dibina perindustrian kecil barang-barang artistik dan tradisionil
untuk memancing kedatangan turis-turis asing yang menghasilkan devisa bagi negara dan memberikan
pekerjaan pada penduduk setempat. Lokasi dan Objek-objek wisata Sumatera tara, antara lain adalah : (1)
Istana Maimoon, kira-kira 3 km dari Kantor Pos Besar Medan, yang dibangun oleh Sultan Makmun Al
Rasyid tahun 1888; (2) Mesjid Raya, yang letaknya kira-kira 200 meter dari Istana Maymoon, mesjid ini
dibangun Sultan Maamun AlRasyid tahun 1906. Selain terkenal akan Danau Tobanya, Sumatera Utara
juga terkenal akan Mesjid Rayanya yang begitu agung dan megah. Sebagai salah satu tempat
berkembangnya syariat Islam Mesjid Raya pun punya andil besar dalam dunia pariwisata Sumatera Utara,
betapa tidak, dari sekian banyak objek wisata yang ada di Sumatera Utara Mesjid Raya adalah tempat yang
utama dan terdekat untuk dijadikan objek, selain tempatnya yang strategis Mesjid Raya ini juga memiliki
segudang cerita yang menarik untuk dinikmati. Mesjid ini dibangun pada pada tahun 1906 dan selesai pada
tahun 1909. Mesjid ini juga sekaligus Mesjid Kesultanan yang selalu dipakai sebagai tempat sholat Sultan
11
dan beserta para kerabatnya. Hingga saat ini Mesjid tersebut masih digunakan untuk melaksanakan ibadah
bagi kaum muslim dan sekaligus sebagai tempat bersejarah di kota Medan . Para pengunjung / wisatawan
juga dapat melihat lihat isi ruangan Mesjid tersebut dengan meminta sang Nazir untuk mencertikan semua
tentang benda benda yang ada. Di dalam kita dapat melihat A-Qur`an dan Jam tua yang masih utuh hingga
saat ini dan benda benda tersebut sekaligus sebagai benda saksi sejarah Kesultanan Deli; (3) Museum
Negeri Sumatera Utara di Jalan Haji Mohammad Joni, kira-kira 5 km dari pusat kota, Selain Mesjid dan
Istana Maimun, Sumatera Utara juga mempunyai tempat yang amat penting untuk dikunjungi, yakni
Museum Sumatera Utara yang terletak di Dekat Stadion Teladan Medan tepatnya di jalan HM. Joni. Di
dalam museum tersebut kita bisa melihat dan mengamati semua hal, mulai dari ekosistem alam, binatang,
pakaian adat yang dipakai oleh adat di Sumatera Utara dan juga perlengkapan yang sering digunakan saat
pelaksanaan upacara adat dan lain sebagainya; (4) Kebun Binatang, kira-kira 5 km dari pusat kota; (5)
Pekan Raya Medan, jalan Binjai, tempat pameran, promosi barang dagangan dan tempat hiburan; (6) Taman
Ria, Jalan Binjai, tempat rekreasi dan taman hiburan anak-anak, kira-kira 5,5 km dari pusat kota; (7) Taman
Buaya yang terdapat di Desa Asam Kumbang terletak sekitar 350 m dari Jl. Utama di Desa Asam
Kumbang. Untuk menuju ke tempat penangkaran buaya tersebut, para wisatawan dapat meminta bantuan
kepada Travel Agency untuk menghantarkannya ataupun menunjukan jalan untuk bisa sampai ke Taman
Buaya tersebut. Taman penangkaran buaya tersebut dibuka untuk umum mulai pukul 09.00 WIB sampai
dengan 15.00 WIB. Peternakan buaya di Sunggal, yang banyak dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan
dalam dan luar negeri, di peternakan ini ada kira-kira 1.500 ekor buaya, lebih kurang 10 km dari pusat kota;
(8) Kesawan di Jalan Jend Ahmad Yani, sekarang Kota Medan sedang berbenah diri dengan mengubah
wajah kota Medan menjadi lebih semarak, dan sekarang ini kita dapat menikmati indahnya malam hari kota
Medan dengan berjalan berjalan di kawasan Jl. Ahmad Yani atau sering disebut Kesawan. Di Jl. Ahmad
Yani tersebut para pelancong dapat menemukan berbagai jenis sovenir asli yang menunjukan ciri khas
Daerah Sumatera Utara, para pelancong juga dapat memilih semua jenis sovenir yang dikehendaki dan yang
sesuai dengan selera masing masing untuk dibawa pulang ke tempat / negara masing masing sebagai oleh
oleh dari Medan.
Selain kota Medan terdapat beberapa objek wisata di Sumatera Utara, yaitu: (9) Brastagi, 66 km
dari Medan, tempat kita dapat menikmati udara bersih dan sehat, pada ketinggian kira-kira 4.594 kaki di
atas permukaan laut. Daerah Brastagi menghasilkan sejumlah besar sayur-mayur, buah-buahan dan bunga-
bunga yang cantik dan telah dikunjungi wisatawan-wisatawan asing dan dalam negeri sejak zaman sebelum
perang. Dari Bukit Gundaling kita dapat menikmati pemandangan yang indah atas Tanah Tinggi Karo,
Objek wisata di daerah pegunungan ini merupakan pusat perkebunan buah-buahan, bunga dan sayur-
sayuran. Dalam perjalanan dari Parapat, Anda dapat mengunjungi Air Terjun Sipiso-Piso, Peceran
(perkampungan tradisional Suku Karo); (10) Lau Debuk-debuk, kira-kira 60 km dari Medan ke jurusan
Brastagi di kaki Gunung Sibayak. Di sini ada kolam air panas, yang menurut kata orang, airnya dapat
menyembuhkan rupa-rupa penyakit kulit; (11) Tongging, 112 km dari Medan. Di daerah ini terdapat Air
Terjun Sipiso-piso yang tingginya 360 kaki. Dari tempat itu kita dapat menikmati pemandangan yang indah
ke Danau Toba; (12) Parapat, 176 km dari Medan, merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi turis-
turis dalam dan luar negeri karena pemandangannya yang indah. Disamping itu, pengunjung dapat mandi-
mandi dan ber-ski air di dananu itu dan menyeberang ke Pulau Samosir (Tongging) untuk meloihat-lihat
barang-barang peninggalan zaman Purbakala. Pulau Samosir sangat unik, karena merupakan satu-satunya
pulau di atas pulau di dunia ini; (13) Pantai Cermin, kira-kira 55 km dari Medan, di tepi Selat Malaka
dengan pemandangan yang indah dan kita dapat mandi-mandi serta memancing; (14) Sialang Buah, 60 km
dari kota Medan, merupakan tempat mandi-mandi dan memancing. Sialang Buah banyak menghasilkan
Udang Galah yang sangat digemari orang Sumatera Utara memiliki berbagai tempat pariwisata yang patut
dikunjungi para wisatawan yang berkunjung ke daerah Sumatera Utara, dan banyak hal yang dapat
dinikmati oleh para wisatawan lokal maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri, (15) Danau Toba,
yang dikelilingi oleh pegunungan yang indah dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau
kecil, yaitu Pulau Samosir dimana terdapat rumah tradisional bertingkat yang terbuat dari kayu Jika kita
menyempatkan diri untuk memanjakan tubuh kita dan melihat keindahan alam Sumatera Utara, tak akan
pernah habis hingga kita letih untuk mengunjunginya. Salah satu tempat tujuan wisata terkemuka di
Indonesia yang mendapat rating ke-3 setelah Bali dan Yogyakarta adalah Danau Toba. Danau Toba
12
adalah tempat wisataandalan Sumatera Utara yang hingga kini selalu diminati oleh para turis lokal maupun
turis luar negeri. Danau Toba memiliki luas sebesar 1707 km2 dan memiliki kedalaman sekitar 450 m.
Kesejukan alamnya yang membuat betah para pengunjung lokal maupun luar untuk betah tinggal disana.
Dan tak hayal lagi sekarang kita bisa melihat ada turis yang sudah berdomisili di Parapat hampir 2 tahunan
lebih, ini merupakan bukti bahwa Alam Sumatera Utara begitu diminati oleh para Pelancong Dunia. Bahkan
penduduk Sumatera Utara pun sering berkunjung ke sana dikala musim liburan tiba, dan menghabiskan
masa liburan dengan keluarga dan teman kerabat untuk menikmati alam Danau Toba yang amat sejuk.
Begitulah indahnya panorama di Kawasan Danau Toba yang amat memikat hati para pengunjungnya dan
membuat hati para pengunjung betah untuk tinggal dalam jangka waktu lama; (16) Parapat, berupa daratan
yang menjorok ke danau ini, merupakan tempat wisata untuk olah raga air seperti watersking, speedboat,
paddle craft (dayung) dan tenis. Juga terdapat kain ulos, ukiran kayu, dan buah-buahan, khususnya mangga
kueni yang terkenal manis rasanya; (17) Tomok, merupakan pintu masuk ke Pulau Samosir, terdapat toko
cinderamata, kain ulos, ukiran dan alat musik tradisional. Disini dapat menyaksikan pertunjukan tarian
tradisional Tor Tor dan Sigale-Gale serta terdapat sebuah Sarkopagus Ketua Sidabutar di Tomok; (18)
Bukit Lawang, kekayaan alam Sumatera Utara tak akan pernah habis habisnya jika kita mau
mengunjunginya, Jika kita melihat dan berjalan jalan keluar daerah kota Medan, seperti daerah Bahorok
terdapat tempat untuk berekreasi yakni Bukit Lawang kita bisa menyaksikan berbagai tempat memukau
yang tak akan pernah kita lupakan selama hidup kita. Jika kita menuju ke Bukit Lawang, kita bisa
menyaksikan orang utan makan atau orang sering menyebutnya Nonton Orang Utan Sarapan . Jarak Medan
ke Bukit Lawang kira-kira 88 km. Butuh waktu sekitar dua jam jika ditempuh dengan kendaraan pribadi.
Dari Medan, berdua dengan seorang rekan saya berangkat pukul 05.00 dengan mobil sewaan plus
pengemudi. Jalan-jalan di Kota Medan masih relatif sepi. Tetapi kesibukan di hari Minggu sudah tampak.
Orang-orang mulai lari pagi. Bukit Lawang termasuk wilayah Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat.
Kawasan Bukit Lawang pun tercakup dalam area Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan luas
900.000 ha. Hutan hujan tropis ini terkenal ke seluruh jagad karena di dalamnya tinggal beberapa spesies
terancam dan langka seperti badak sumatra Dicerorhinus sumatrensis, orang utan Pongo pygmaeus, dan
bunga terbesar di dunia, Raflesia arnoldi. Taman ini juga dihuni hewan lain seperti burung pegar bermata
tajam (great argus pheasant), gajah, macan, serta tujuh spesies primata , salah satunya siamang. Demikian
sekilas potensi pariwisata Sumatera Utara.
Peta 1.
Sumatera dan Semenanjung Malaysia
13
sumber: www. Geocities.com/Tokyo/2439/iludici.htm
(b) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sejarah terbentuknya Provonsi Aceh (kini Nanggroe Aceh
Darussalam) dapat dijelaskan bahwa pada akhir tahun 1949 dengan Peraturan Wakil Perdana Menteri
Pengganti Peraturan Pemerintah No. 8/Des/Wk.PM/1949 tanggal 17 Desember 1949 Keresidenan Aceh
dikeluarkan dari Provinsi Sumatera Utara dan dibentuk menjadi provinsi tersendiri (Provinsi Aeh yang
pertama). Wilayahnya meliputi Keresidenan Aceh dahulu ditambah dengan sebagian daerah Kabupaten
Langkat yang terletak di luar daerah negara bagian Sumatera Timur waktu itu.
Provinsi Aceh ini merupakan bagian dari Negara Republik Indonesia yang pada waktu itu
merupakan salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat (RIS). Sebagai gubernur Aceh
diangkat Teungku Muhammad Daud Beureuh yang sebelumnya adalah Gubernur Militer Aceh, Langkat,
dan Tanah Karo. Dengan telah terbentuknya Provinsi Aceh ini, maka disusunlah Dewan Perwakilan Rakyat
yang dipilih melalui pemilihan umum yang bertingkat dan demokratis, sesuai dengan Peraturan Daerah No.
3 tahun 1946. Segala sesuatu yang berkenan dengan keadaan susunan pemerintahan dan perwakilan
provinsi dan kabupaten-kabupaten disesuaikan menurt Undang-undang No. 22 tahun 1948. Kemudian
dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan Piagam Persetujuan Republik Indonesia
Serikat dan Republik Indonesia tanggal 19 Mei 1950 dan pernyataan bersama tangal 20 Juli 1950,
dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1950 yang menentapkan bahwa daerah Republik Indonesia
Serikat sudah membentuk negara kesatuan yang terbagi atas 10 provinsi administratif, di antaranya terdapat
Provinsi Sumatera Utara yang meliputi daerah-daerah Keresidenan Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli
dahulu. Dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 5 tahun 1950 dikeluarkan oleh
Pemerintah Negara Bagian Republik Indonesia, dibentuklah Provinsi Sumatera Utara yang otonom yang
mulai berlaku pada tanggal 15 Agustus 1950. adi sejak saat itu Aceh menjadi suatu Keresidenan
Administratif yang dikepalai oleh seorang Residen.
Disebabkan oleh peleburan Provinsi Aceh dengan Sumatera Utara bertentangan dengan keinginan
rakyat Aceh dan sesuai dengan perubahan kebijakan pemerintah pusat, melalui Undang-undang No. 24
tahun 1956 dibentuklah Provinsi Otonom Aceh ang kedua, yang kewilayahannya meliputi aerah Bekas
14
Keresidenan Aceh dahulu, terlepas dari Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Aceh ini pembentukannya
didasarkan pada Undang-undang No. 22 tahun 1948, dan dengan keluarnya Undang-undang Nomor 1 tahun
1957 disesuaikan menjadi Daerah Swantara Tingkat I Aceh. Berhubungan dengan pembentukan Provinsi
Aceh yang baru, maka tanggap 27 Januari 1957, bertempat di Pendopo Residen Aceh dilantiklah Gubernur
Provinsi Aceh, yaitu Ali Hasymi, bersamaan itu pula dilakukan serah terima pemerintahan dari Gubernur
Sumatera Utara Sutan Kumala Pontas kepada Ali Hasymi. Selanjutnya sesuai dengan tuntutan rakyat Aceh
dalam rangka keamanan, pada pertangahan tahun 1959 melalui Keputusan Perdana Menteri Republik
Indonesia No. 1/missi/1959 tertanggal 26 Mei 1959 ditetapkan bahwa Daerah Swantara Tingkat I Aceh
menjadi Daerah Istimewa Aceh, yang bermakna diakui hak otonomi yang seluas-luasnya, terutama di
bidang keagamaan, adat, dan pendidikan. Kemudian melalui Perpres No. 6 tahun 1960 dan Undang-
undang No. 18 tahun 1965 sifat keistimewan Aceh ditambah lagi yanitu diberi kedudukan hukum yang
lebih kuat. Sampai akhirnya terjadi reformasi sosiopolitik di Indonesia tahun 1998, yang berdampak
kepada situasi di Aceh. Akhirnya pemerintah Republik Indonesia menjadikan Aceh sebagai Provinsi
Naggroe Aceh Darussalam (NAD), dan kali pertama syariat Islam diterapkan di daerah ini, sebagai salah
satu contoh di Indonesia. Bagaimanapun kesadaran tentang syariat ini begitu tinggi dalam budaya Aceh,
yang dipercayai sebagai sebuah solusi krisis sosiobudaya. Selanjutnya bagaimana kondisi pariwisata di
Nanggroe Aceh Darussalam?
Peristiwa politik dan tsunmi tampaknya memiliki dampak terhadap kondisi pariwisata di NAD.
Rencana Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam membangun sebuah memori tsunami, yang
disebut Tsunami Memorial Park di Lampu’uk, Kabupaten Aceh Besar, merupakan langkah maju bagi dunia
pariwisata di NAD. Tsunami, 26 Desember 2004, telah membuka cakrawala berpikir masyarakat
internasional mengenai Aceh yang sesungguhnya. Sekitar 7.000 warga negara asing dari 150 negara berada
di NAD selama masa tanggap darurat dan sebagian sampai hari ini masih berada di daerah itu. Kepala Seksi
Pelayanan dan Informasi Dinas Pariwisata Provinsi NAD Rafaidah Rasyid S.Ag. mengatakan hal ini di
Banda Aceh, Kamis (2Juni 2005). Mantan Presiden Amerika Serikat William J Clinton saat berada di
Banda Aceh, Senin (30 Mei 2005), memuji keindahan alam dan budaya masyarakat NAD. Obyek wisata
NAD harus dipromosikan ke dunia luar untuk meningkatkan pendapatan asli daerah setempat. Sebelum
musibah tsunami, pemahaman dan pengetahuan mengenai Provinsi NAD sangat terbatas, bahkan tidak
dipikirkan para turis asing. Keindahan obyek wisata Aceh tidak pernah dikenal dunia internasional.
Bahkan, isu-isu negatif sengaja dibangun dan disebarkan sampai ke berbagai pelosok tanah air untuk
menghalangi kedatangan para turis asing ke daerah ini. Namun, dengan adanya tsunami, isu-isu yang
mematikan dunia pariwisata NAD itu hilang dari pandangan para turis asing maupun domestik. Ada oknum
tertentu selalu memberi informasi keliru mengenai Aceh kepada para turis asing di Bali dan di daerah lain,
seperti isu pemberlakuan syariat Islam yang sangat ketat dan konflik bersenjata. Sejumlah kejadian, seperti
penyanderaan orang asing, wartawan, dan masyarakat sipil, selalu dibesar- besarkan sehingga menghalangi
rencana turis asing masuk Aceh.
Rafaidah membenarkan konflik politik berkepanjangan telah menghancurkan dunia pariwisata di
NAD. Sejumlah pusat pariwisata yang dilengkapi fasilitas penunjang terabaikan sampai rusak berantakan.
Tidak ada perhatian sama sekali dari pemprov dan pengelola pariwisata untuk menata sejumlah obyek
wisata yang ada. Mereka menilai tidak ada kunjungan turis asing ke Aceh, kecuali masyarakat setempat
yang sering menggunakan sejumlah obyek wisata alam untuk santai dan berekreasi bersama. Data Dinas
Pariwisata Provinsi NAD menyebutkan, antara 1999 hingga 2003 terdapat sekitar 3.603 turis mancanegara
berkunjung ke 10 daerah kabupaten/kota di Provinsi NAD. Jumlah terbesar berasal dari Jerman dengan
jumlah 2.746 pada tahun 1999 dan tahun 2003 hanya 133 orang, menyusul Inggris sebanyak 2.196 (1999)
dan 119 orang (2003). Jumlah turis asing belakangan ini sampai tsunami terus menurun setelah isu
pemberlakuan syariat Islam di daerah itu bagi semua orang. Salah satu unsur yang menakutkan para turis
adalah wajib jilbab bagi kaum perempuan dan sweeping KTP bagi mereka yang bukan beragama Islam. Isu
seperti ini sengaja dibangun pihak tertentu demi kepentingan politik tertentu.
Pasca tsunami sekitar 150 negara mengirim perwakilannya ke Aceh. Sampai Maret 2005 tercatat
sebanyak 7.000 orang asing tersebar di Aceh dengan tugas sebagai relawan kemanusiaan. Aceh memiliki
sejumlah kekayaan obyek wisata yang dapat dijual kepada para turis asing dan turis domestik. Pulau Sabang
yang sangat indah dengan pantai yang menawan belum menjadi target utama para turis. Dari Sabang para
15
turis dapat meneruskan perjalanan ke Phuket, Thailand, dengan menempuh perjalanan delapan jam.
Mereka tidak hanya berada di Banda Aceh tetapi menyebar di seluruh daerah kabupaten, kecamatan dan
desa dalam rangka rehabilitasi kerusakan akibat tsunami. Aceh yang cantik dan kayu budaya pun mulai
dikenal masyarakat internasional. Masyarakat Aceh menerima kehadiran orang asing ini dengan penuh
antusias. Kehadiran para relawan asing tidak hanya membantu merehabilitasi kerusakan tsunami, mereka
juga turut mendukung pemulihan ekonomi masyarakat setempat. Misalnya, menggunakan jasa warung
makan, rumah penginapan, warung internet, sewa kendaraan roda empat, dan berbagai kebutuhan hidup
sehari-hari.
Pada dasarnya sektor pariwisata memegang sarana sangat penting dalam menunjang peningkatan
perekonimian daerah tahun anggaran 2003 sektor pariwisata di prioritaskan pada peningkatan sarana dan
prasarana, bimbingan dan penyuluhan sadar wisata, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),
pelibatan secara bertahap partisipasi swasta dan masyarakat. Arah pengembangan sektor pariwisata adalah
regelius dan budaya. Pada tahun 2003 pariwisata spiritual mendapat perhatian yang serius dalam
pengembangannya. Objek wisata atau daya tarik wisata di daerah Aceh Utara telah tercatat sebanyak 13
Objek yang meliputi Objek wisata alam, pantai dan budaya. Pendukung lainnya adalah keramah tamahan
dan sopan santun masyarakat Aceh yang dapat dijadikan dukungan dalam pengembangan pariwisata di
Aceh Utara. Berikut ini adalah objek wisata di Aceh Utara.
No
Jenis
Wisata
Jarak Tempat
Ke Objek
Wisata (km)
Lokasi
Dari
LSM
Dari
Ibu
Kota
Kec
Desa
Kecamatan
1
Pantai
25,9
8,7
Bungkah
Muara Batu
2
Alam
45,8
1,0
Keude
Sawang
Sawang
3
Alam
27,0
13,0
Seumirah
Nisam
4
Alam
21,7
4,1
Lhok Asan
Syamt.Bayu
5
Budaya
14,2
4,1
Nibong
Syamt. Bayu
6
Budaya
11,9
7,0
Beunot
Syamt. Bayu
7
Pantai
14,5
7,0
Meraksa
Syamt. Bayu
8
Budaya
17,0
3,0
Beuringen
Samudra
9
Budaya
36,7
8,8
Meuje
Tujoh
Mtg. Kuli
10
Budaya
33,2
7,2
Pirak
Mtg. Kuli
11
Pantai
49,0
6,0
Ulee
Seunudon
Sumber: http://www.acehutara.go.id
Adapun contoh-contoh objek wisata di Aceh adalah sebagai berikut: (1) Nisan Sultan Malik Al-
Shaleh atau Malikussaleh. Nisan Sultan Malik Al-Saleh atau Malikussaleh Nama asal beliau adalah Meurah
Silu, pendiri Kerajaan Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara. Sultan Malikussaleh memerintah sejak
1270 M hingga 1279 M. Makam ini berada didekat bekas reruntuhan bangunan pusat Kerajaan Samudera
di Desa Beuringin Kecamatan Samudera 17 KM sebelah timur Lhokseumawe. Nisan terbuat dari batu
granit berpahatkan aksara Arab, yang terjemahannya, kira -kira demikian: ini kuburan almarhum yang
diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasihat, yang terkenal, yang berketurunan, yang mulia, yang kuat
beribadat, penakluk yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh”.
16
Gambar 3. Nisan Malikussaleh Gambar 4. Nisan Malikuzzahir
(2) Nisan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir atau Malikuzzahir, Nisan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir
atau Malikuzzahir anak laki - laki dari Sultan Malik Al-Shaleh dari pernikahannya dengan Putri Ganggang
Sari, anak perempuan Sultan Peureulak. memimpin Kerajaan Samudera Pasai sekitar 1927 s/d 1326 M.
Terletak disamping makam Sultan Malik Al-Shaleh ayahandanya. Gelar lengkap beliau : As-Syahid sahida'-
marhum 1' Sultan Bin maliku'z-Zahir Syamsu'dunia wa'ddin Muhammad Bin Maliku's Saleh
Terjemahannya, kurang lebih berbunyi sebagai berikut: "Kubur ini kepunyaan tuan yang mulia Sultan
Malik Al-Zahir cahaya dunia dan sinar agama Muhammad bina Malik al-salih wafat pada malam Ahad
dua belas hari bulan Zulhijjah tahun 726 Hijriah" (3) Makam Ratu Nahrisyah. Ratu Nahrisyah yang
memerintah tahun 1420-1428 M adalah anak dari Malikuzzahir atau cucu dari Sultan Malikussaleh.
Makamnya terbuat dari batu pualam yang terindah pahatannya di Pulau Sumatera. Mangkat pada hari Senin
17 Zulhijjah 831 H atau 27 September 1428 H. Lokasi makam ini terletak di Desa Kuta Krueng Kecamatan
Samudera Kabupaten Aceh Utara 18 km arah timur Kota Lhokseumawe, dalam komplek makam ini
terdapat 38 batu pusara.
Gambar 5. Makam Pangeran Abdullah Gambar 6. Makam Pangeran Abdullah
(4) Makam Pangeran Abdullah Ibnu Muhammad Ibnu Abdul Kadir. Makam Pangeran Abdullah Ibnu
Muhammad Ibnu Abdul Kadir salah seorang keturunan Khalifah Abbasiah al- Munta-sir (1226-1242)
mening-gal tahun 810 H (1403 M). Salah seorang Pange-ran yang berhasil lolos dari pembunuhan ketika
serangan Hulagu Khan dari Monggol yang membinasakan Baghdad tahun 656 H (1258). Terletak di Desa
Kuta Krueng 500 m dari Makam Ratu Nahrisah, Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara 15 km
sebelah timur Kota Lhokseumawe.
17
Gambar 7. PLG Lhok Asan Gambar 8. Rumah Adat Cut Meutia Gambar 9. Air Terjun Blang Kolam
(5) Pusat Latihan Gajah (PLG) Lhok Asan. Memiliki areal seluas 112 Ha, milik pemerintah Daerah Aceh
Utara. Telah dihuni oleh seputar 50 ekor gajah jinak dan beberapa satwa lainnya (orang hutan, buaya, ular,
rusa, beruang, mawas, burung dan beberapa jenis unggas lainnya). Tersedia sarana tranportasi dalam
keadaan baik. Di dalam areal tersebut mengalir aliran sungai krueng pase. Tersedia beberapa sarana
pendukung, seperti : Pondok penginap, Jaringan listrik, Lapangan tempat atraksi gajah, kantor, rumah,
karyawan dan mushalla, Sudah dikenal dan sering dikunjungi oleh wisatawan Nilai tambah lainnya adalah
hingga saat ini hanya dua pusat latihan Gajah di Indonesia yaitu Wai Kambang di Lampung dan Lhok Asan
di Aceh Utara, maka pengembangan Objek Wisata ini sangat prospektif dan memiliki potensi untuk
dikembangkan. (6) Rumah Adat Cut Meutia, terletak di Desa Pirak Kecamatan Matangkuli Kabupaten
Aceh Utara, 25 km dari Lhokseumawe. Beliau syahid pada tanggal 24 Oktober 1910. (7) Air terjun Blang
Kolam. Luas areal 46 Ha dengan status lahan milik Pemerintah Daerah. Memiliki air terjun setinggi 75
meter dan air nya mengalir melingkari areal tersebut. Terletak ± 18 Km dari Lhokseumawe yang dapat
dilalui dari beberapa jalur dengan prasarana jalan dalam kondisi baik. Di sekitar areal telah diperuntuhkan
bagi perkebunan karet dan kelapa sawit, sehingga lingkungan di sekitar objek wisata mencerminkan
keadaaan alamiah. Telah tersedia beberapa sarana pendukung seperti ; pintu gerbang, mussalla, kamar
gantik pakaian/toilet, tangga untuk menuju ke lokasi, pondok-pondok tempat beristirahat, dan pondok usaha
wisata/sovenir alami. Telah dibanggun jaringan pembangkit listrik tenaga air. Telah dikenal dan dikunjungi
oleh wisatawan (8) Ladang Gas Arun, terletak di Kecamatan Syamtalira Aron, berjarak ± 25 Km dari
Lhokseumawe, Lading gas Arun tersebut diekploitasi oleh perusahaan Exxon Mobil Oil Indonesia. Kilang
LNG Arun. Terletak di Kecamatan Muara Dua, berjarak sekitar 11 km dari Kota Lhokseumawe Pabrik
Pupuk Asean Aceh Fertilizer (AAF). Merupakan Pabrik Pupuk yang sahamnya dikuasai oleh negara-negara
Asean dalam rangka kerja sama ekonomi regional, lokasi pabrikya di kecamatan Dewantara berjarak sekitar
18 km dari kota Lhokseumawe, (9) Pabrik Pupuk Iskandar Muda (PT.PIM). Terletak di Kecamatan
Dewantara berjarak ± 17 km dari kota Lhokseumawe. Pabrik PT. Kertas Kraft Aceh (PT.KKA).Terletak di
Kecamatan Nisam dengan jarak ± 26 Km dari kota Lhokseumawe. (10) Mesjid Raya Baiturrahman,
zaman dahulu di tempat ini berdiri sebuah Mesjid Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda
Aceh pada tahun 1873 Mesjid ini dibakar, kemudian pada tahun 1875 Belanda membangun kembali sebuah
Mesjid sebagai penggantinya. Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember 1883.
Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah
(1959 - 1968).
18
Gambar 10. Mesjid Baiturrahman Gambar 11. Monumen R.I. 001
Mesjid ini merupakan salah satu Mesjid yang terindah di Indonesia yang memiliki bentuk yang manis,
ukiran yang menarik, halaman yang luas dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan Mesjid
tersebut. (11) Pendopo Gubernur NAD dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1880 diatas tanah
bekas Istana Kerajaan Aceh dan diperuntukkan sebagai tempat tinggal Gubernur Belanda. Kini bangunan
tersebut merupakan tempat kediaman resmi Gubernur Aceh. (12) Museum Negeri Banda Aceh. Kota Banda
Aceh memiliki sebuah Museum Negeri yang terletak dalam sebuah kompleks. Bangunan induk museum
berupa sebuah rumah tradisional Aceh, dibuat pada tahun 1914 untuk Gelanggang Pameran di Semarang,
yang kemudian dibawa pulang ke Banda Aceh tahun 1915 oleh Gubernur Van Swart (Belanda) yang
kemudian dijadikan museum. Sekarang ini lingkungan museum ini telah bertambah dengan bangunan baru
yang mengambil motif-motif bangunan Aceh seperti halnya bangunan Balai Pertemuan yang berbentuk
kerucut yang bentuknya diambil dari cara orang Aceh membungkus nasi dengan daun pisang yang
dinamakan "Bukulah". Bukulah ini antara lain dihidangkan pada kenduri-kenduri tertentu seperti: kenduri
blang, kenduri Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, dan lain sebagainya. Ruang pamer Museum yang
baru, memiliki bangunan 3 lantai, dipenuhi oleh berbagai koleksi barang-barang purbakala yang ditata
dengan baik. Salah satu koleksi Museum ini adalah lonceng besar yang diberi nama cakra donya. Lonceng
ini merupakan hadiah dari Kerajaan Cina tempo dulu yang dibawa oleh Laksamana Muhammad Ceng Ho
pada tahun 1414. Beranda depan Museum memiliki bentuk khas yang juga memperlihatkan ukiran-ukiran
kayu dengan motif Aceh. Di kompleks ini sekaligus dijumpai makam sultan-sultan Aceh dimasa lalu.
Makam para Sultan pada umumnya dinuat dari Batu Gunung dan dihiasi dengan kaligraphi Arab yang indah
mempesona, salah satunya adalah Makam Sultan Iskandar Muda. (13) Taman Sari. Kerajaan Aceh dahulu
mempunyai taman yang indah yang dinamakan "Taman Sari". Taman ini berada disekitar Istana dan berada
pada aliran sebuah sungai yang bernama Krueng Daroy. Bangunan yang masih dapat dilihat antara lain
adalah "Pinto-khop" yang merupakan pintu penghubung antara Istana dan taman. Disamping itu terdapat
sebuah bangunan yang merupakan gunung buatan yang disebut Gunongan, merupakan sebuah bangunan
peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang.Menurut sejarah, Putri
Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang - Malaysia. Sultan kemudian mengetahui
bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istananya dikelilingi oleh perbukitan dimana
permaisuri dapat bermain. (14) Kerkhoff, sebagaimana diketahui bahwa Kerajaan Aceh dan rakyatnya
sangat gigih melawan Belanda yang memerangi Aceh. Rakyat Aceh mempertahankan Negerinya dengan
harta dan nyawa. Perlawanan yang cukup lama mengakibatkan banyak korban dikedua belah pihak. Bukti
sejarah ini dapat ditemukan dipekuburan Belanda (Kerkhoff) ini. Di sini dikuburkan kurang lebih 2000
orang serdadu Belanda yang kuburannya masih dirawat dengan baik. (15) Monumen R.I. 001, setelah
19
Indonesia merdeka (1945) Belanda masih ingin menjajah Negeri ini. Dalam perjuangan phisik melawan
penjajahan Belanda tersebut, pada tahun 1948 Indonesia membutuhkan sebuah pesawat terbang untuk
menembus blokade musuh, karena banyak wilayah telah dikuasai Belanda. Untuk memperoleh sebuah
pesawat terbang untuk kepentingan negara waktu itu dirasa sangat sulit, karena sedang berjuang dan
keadaan keuangan negara belum memungkinkan. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno
menghimbau agar rakyat Aceh menyumbangkan dana untuk membeli pesawat terbang yang diperlukan.
Dalam waktu singkat dana yang diperlukan dapat terkumpul dan berhasil dibeli sebuah pesawat Douglas
DC. 3. Disamping menembus blokade musuh pesawat ini juga digunakan untuk pengangkutan senjata dari
luar negeri untuk mengusir penjajah. Pesawat ini kemudian merupakan cikal bakal Perusahaan Garuda
Indonesia Airways yang kini merupakan perusahaan penerbangan terbesar sekaligus "pembawa bendera
Indonesia". Untuk mengenang jasa, masyarakat Aceh yang patriotik ini, pemerintah membangun sebuah
Monumen yang terletak di Jantung Kota Banda Aceh. (16) Makam Teungku Syiah Kuala (17) Pantai
Lhoknga dan Lampuuk (18) Krueng Raya (19) Museum Cut Nyak Dhien & Museum Ali Hasyimi.
Demikian sekilas pariwisata di NAD. Selanjutnya kita lihat pariwisata di Malasyaia secara umum.
(c) Malaysia. Malaysia terletak di jantung Asia Tenggara, yaitu di ujung selatan daratan Asia
bagian tenggara. Negara Malaysia berbentuk bulan sabit dengan letaknya di garis 0 (khatulistiwa) dan 7
Lintang Utara, dan 100 dan 119 Bujur Timur. Malaysia terdiri atas dua bagian, yaitu Malaysia Barat dan
Malaysia Timur. Malaysia Barat yang lebih dikenal Semenanjung Malaysia, memanjang dari Genting Kra
ke Selat Johor, sedangkan Malaysia Timur terdiri dari Sabah dan Serawak di barat laut pulau Kalimantan
(Lorimer 1991:68).
Kedua wilayah barat dan timur ini, dipisahkan oleh Laut China Selatan yang jaraknya adalah 750
kilometer. Negara Malaysia di sebelah utara berbatasan dengan Thailand (Muang Thai). Di sebelah selatan
dihubungkan dengan bendungan jalan (Tambak Johor) ke Republik Singapura. Di sebelah barat dipisahkan
oleh Selat Melaka dengan Pulau Sumatera (Republik Indonesia), sedangkan kepulauan Filipina terletak do
sebelah Timur Laut Sabah. Luas Malaysia seluruhnya 330434 kilometer persegi. Semenanjung Malaysia
luasnya 131.587 kilometer persegi, sedangkan Sabah dan Serawak masing-masing 74.398 dan 124.449
kilometer persegi.
Garis pantai Malaysia memanjang hampir 4.830 kilometer dari Samudera India ke Laut China
Selatan. Pantai barat Semenanjung Malaysia mudah dilalui oleh alat transportasi laut karena Selat Melaka
terlindung. Melalui pantai timurnya, selama musim angin Monsun atau musim Tengkujuh (Oktober sampai
Februari) adalah sukar dilalui alat trasportasi laut. Panjang pantai Sabah dan Serawak kurang lebih 2.100
kilometer. Iklim Malaysia dipengaruhi oleh Samudera Hindia dan Laut China Selatan. Setiap tahun terjadi
dua musim, yaitu musim Monsun Barat Daya dan Musim Monsun Timur Laut. Musim Monsun Timur Laut
berlangsung pada bulan ktober sampai Februari dan membawa hujan ke pantai timur Semenanjung
Malaysia dan daerah pantai Sabah dan Serawak. Musim Monsun Barat Daya berlangsung pada pertangahan
bulan Mei hingga September. Rata-rata curah hujannya antara 2.030 mm sampai 2.540 mm per tahun,
sedangkan suhu setiap hari di seluruh Malaysia berkisar antara 21 sampai 23 Celcius. Di Cameron
Highland dan Gunung Kinabalu, suhu ang paling tinggi dan paling rendah aalah 26 dan 2 Celcius,dengan
kelembaban udara 80% (Lorimer 1991:68).
Malaysia adalah negara koloni Inggeris, yang merdeka tahun 1957. Malaysia adalah sebuah negara
Persekutuan (Federasi) yakni gabungan antara negara-negara bagian. Ada 13 negara bagian dan satu daerah
persekutuan (federal). Negara bagian dan federal itu adalah: (1) Perak, (2) Johor, (3) Selangor, (4) Negeri
Sembilan, (5) Melaka, (6) Pulau Pinang, (7) Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, (8) Pahang, (9) Kelantan,
(10) Trengganu, (11) Kedah, (12) Perlis, (13) Sabah, dan (14) Serawak.
Malaysia dihuni oleh berbagai kelompok etnik. Etnik Melayu berjumlah 50% lebih dari seluruh
penduduknya, yang umumnya bermukim di kawasan pedesaan, dan secara tradisional mempunyai pengaruh
paling besar di bidang politik. Masyarakat China berjumlah 32% dari keseluruhan pendduknya, yang
migrasi secara besar-besaran dari Daratan China pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
Umumnya masyarakat China menguasai bidang perekonomian. Masyarakat India berjumlah 8% dari
seluruh penduduk Malaysia. Mereka datang sejak masa kolonialisasi Ingeris abad ke-19, yang pada
20
awalnya menjadi buruh penyadap karet. Masyarakat Dayak berjumlah 8% dari seluruh penduduk Malaysia,
dan umumnya tinggal di Malaysia Timur (Lorimer 1991:68).
Bahasa resmi adalah bahasa Malaysia, yang ditulis dengan huruf Romawi ataupun huruf Arab.
Bahasa Inggeris juga luas dipergunakan. Bahasa China dan India dipergunakan oleh masyarakat China dan
India. Orang Melayu umunya beragama Islam, sekte Sunni, mazhab Syafi’i, seperti juga di Indonesia.
Orang-orang China umunya beragama Budha atau Taoisme dan orang-orang India umumnya beragama
Hindua (Lorimer 1991:69). Di antara orang China dan India, serta sebagian masyarakat Dayak beragama
Kristen.
Sistem pemerintahan di Malaysia mengambil model sistem pemerintahan Inggris ang dimodifikasi,
yaitu sistem federal digabung dengan sistem monarki. Kepala negara federal adalah seorang sultan, dan
seluruh sultan dikepalai oleh Yang Dipertuan Agong, yang dipilih lima tahun sekali oleh masing-masing
sultan. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dengan sistem kabinet parlementer. Sejak merdeka
sampai sekarang, partai politik yang berkuasa di Malaysia adalah Barisan Nasional, sebagai alansi partai-
partai politik yang berlandas multietnik.
Berdasarkan sejarah, Malaysia mempunyai kaitan dengan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan.
Malaysia pernah diperintah oleh Kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-9 sampai abad ke-13. Sejak abad ke-14,
mereka mulai menganut agama Islam. Kemudian tahun 1511 Melaka jatuh ke kuasaan Portugis. Tahun
1786 Inggeris menguasai Pulai Pinang, dan secara bertahap mereka menguasai Malaysia. Tahun 1895
Inggeris membentuk Malaysia sebagai salah satu koloninya, dengan sistem Negara Federasi. Di bawah
pemerintahan Inggris Malaysia menjadi negeri yang paling banyak menghasilkan karet. Tahun 1957
Malaysia merdeka, dan membentuk Negera Federasi Malaya, dengan Perdana Menteri Tunku Abdul
Rahman. Kemudian tahun 1963, Negera Federasi Malaya berangotakan lebih luas, yaitu: Malaya,
Singapura, Sabah, dan Serawak. Singapura kemudian memisahkan diri dari Federasi ini tahun 1965,
menjadi sebuah republik.
Adapun gambaran objek pariwisata di Malaysia yang terkenal di Indonesia, di antaranya adalah: (1)
Pulau Langkawi, meski miskin pesona alam, Langkawi berhasil dijual sebagai tujuan wisata dengan
mengedepankan keramahan Melayu dan profesionalisme mengelola pariwisata. Mahsuri asyik berehat di
bawah pohon di depan rumahnya. Derambang melintas. Ia seketika terpesona dengan menantu raja yang
jelita. Putri dari Pandak Mayah dan Cik Alang ini tersohor sebagai wanita jelita berhati lembut.
Kejelitaannya menyebabkan penguasa Kedah, Raja Kerma Jaya, menikahkan putranya Darus dengan
Mahsuri. Tak sekadar terpesona, Derambang berhenti sejenak, dan berbincang dengan Mahsuri. Permaisuri
Mahora menyaksikan pemandangan tak elok itu. Sejak lama, ia tak menyukai menantunya tersebut.
Kebetulan Darus tengah ditugaskan memimpin angkatan laut Langkawi untuk menahan pasukan Siam yang
menyerang. Tak ayal, Mahora yang busuk hati, menebar fitnah: Mahsuri tak setia ketika suaminya
berperang. Fitnah itu singgah di telinga Kerma Jaya. Tanpa tedeng aling-aling, raja memerintahkan hukum
bunuh, pada menantunya. Merasa tudingan itu tak benar, Mahsuri sebelum menjalani hukuman mati pada
1235 H, berdoa agar Allah mengubah warna darahnya yang merah, menjadi putih. Ia pun bersumpah
Langkawi tak akan tenteram selama tujuh turunannya. Darah putih memang kemudian menitis dari
tubuhnya. Legenda itu begitu bersemayam di bilik hati penduduk Langkawi. Begitu kuatnya, sehingga
setelah ditemukan generasi ketujuh Mahsuri, Wan Aishah binti Wan Nawawi di Phuket, Thailand,
penduduk Langkawi bagai bernapas lega. Pembangunan mulai mewarnai Langkawi, sejak 1990.
Digerakkan Mahathir Mohammad semasa menjadi perdana menteri, percepatan pembangunan itu bertajuk
Lada (Langkawi Development). Langkawi merupakan wilayah dari negara bagian Kedah. Berada di utara
Selat Melaka, pulau ini lebarnya 526 kilometer dan luasnya 52,618 hektare, terdiri 99 pulau. Sekitar 45
menit penerbangan dan lima jam melalui kendaraan darat dari Kuala Lumpur, saat ini Langkawi
dipromosikan sebagai daerah tujuan wisata di Malaysia. Wisatawan dari Eropa dan terutama Timur Tengah
mengalir ke pulau yang dihuni 55 ribu penduduk ini. Apa saja objek wisata yang disuguhkan?
Dibandingkan dengan daerah wisata di Indonesia, Langkawi sesungguhnya miskin kekayaan alam. Dengan
hutan tropis seperti jamaknya di Sumatra, pesona kekayaan alam, masih lebih indah Bali maupun Sumatra
seperti Danau Toba. Kendati demikian, Malaysia enggan berkecil hati dengan kemiskinan pesona alam.
Tak sekadar mengedepankan keramahan Melayu sekaligus profesionalisme dalam mengelola pariwisata,
mereka pun membentuk objek wisata. Salah satunya seperti di Langkawi ialah kereta gantung (cable car)
21
yang dibangun pada 1999 dan diresmikan pada 2002. Di saat meresmikannya, Mahathir memahatkan
untaian kata mutiara ''wonder why people climb mountains, when it is safer to sleep at home.'' Dengan
ungkapan indah itu, wisatawan diajak 'bergelantungan' sepanjang 2,2 kilometer dan setinggi 680 meter
untuk stasiun tengah atau 708 meter di persinggahan terakhir. Bermula dari Oriental Village di bawah kaki
Gunung Mat Chincang, kereta gantung ini, menakik ke Gunung Mat Chincang yang tingginya 708 meter.
Dengan kecepatan 3 meter per detik, kereta merayap di tengah belahan hutan tropis. Air terjun Telaga
Tujuh meliuk seperti ular putih di tengah kehijauan hutan. Tiba di stasiun persinggahan, wisatawan
disilakan melepaskan ketegangan. Maklum, mulai stasiun persinggahan hingga ke puncak Mat Cincang,
perjalanan lebih menyeramkan. Pasalnya, jika dari bawah ke stasiun persinggahan kabel lurus, tetapi stasiun
persinggahan hingga ke puncak kabel menyerong. Seorang wisatawan Eropa mengungkapkan, kabel yang
dibuat serong ini, hanya satu-satunya di dunia. Kendati jauh lebih tinggi kereta gantung di Pegunungan
Alpen Swiss, rentangan kabelnya dibuat lurus. Melalui penyerongan kabel ini, merefleksikan ambisi
Mahathir membawa Malaysia, menjadi bahagian nomor satu di dunia. Dengan membayar RM 15, adrenalin
wisatawan akan dipacu, saat kereta gantung berbelok dan mendaki ke puncak ketinggian. Melewati etape
menegangkan itu, wisatawan dapat duduk sembari menikmati jajanan dan tiupan udara sejuk pegunungan
yang suhu terendah mencapai 16 derajat Celsius.
(2) Menara Petronas, yang terletak di ibukota negara, Kuala Lumpur. Dengan penduduk sekitar
1,3 jiwa, Kuala Lumpur kini merupakan saingan terberat bagi Singapura. Kuala Lumpur bukan hanya mulai
mengejar ketinggalan dari aspek sebuah kota metropolitan, bahkan dari segi keindahan simbol dan "gerbang
negeri" pun mereka sudah tak kalah dari Singapura. Kalau selama beberapa dekade Bandara Changi di
Singapura lebih dikenal di mancanegara sebagai pintu masuk ke Asia Tenggara, kini bandara internasional
Kuala Lumpur atau yang dikenal dengan KLIA (Kuala Lumpur International Airport) menjadi pesaing
utama. Takkan sulit tampaknya bagi KLIA dalam beberapa tahun mendatang merebut beberapa
penerbangan internasional agar singgah di Kuala Lumpur ketimbang Bandara Changi Singapura yang sudah
terlalu padat. Bangunan megah dan fenomenal pun tak ketinggalan menghiasi Kuala Lumpur. Kalau Jakarta
mempunyai Monas, di ibu kota Malaysia didirikan sebuah bangunan pencakar langit, Menara Petronas
setinggi 452 meter. Bagi kebanyakan warga Malaysia, Menara Petronas dianggap sebagai bangunan
tertinggi di dunia, melebihi ketinggian yang dicapai oleh Menara Sears di Kota Chicago AS. Meski
demikian bagi publik netral, ketinggian Menara Petronas antara lain dicapai berkat dua tiang di ujung
menara kembar.
(3) Melaka, terletak di barat daya Semenanjung Malaysia, Melaka adalah kota budaya, sejarah, dan
ekonomi penting di Asia Tenggara. Kota ini juga ramai dihuni oleh pendatang China dan India.
Berdasarkan sejarah kota ini didirikan oleh Paramesywara, yang akhirnya menjadi pertemuan penting
budaya Timur dan Barat. Kota ini pernah dikuasai Portugis, Inggris, Belandayang menjadi pusat
perdagangan seperti the, tembakau, parfum, perak, dan lain-lain. Kon kota ini adalah Benteng A’Famosa
(Forta De Sntiago) yang didirikan oleh penguasa Portugis Alfonso a’Albuquerque. Peninggalan sejarah
lainnya adalah Portuguese Settlement serta Museum Warisan Baba dan Nyonya. (4) Sirkuit Sepang adalah
tempat dilaksanakannya balapan Grand Prix tingkat dunia, yang berlokasi di luar kota Kuala Lumpur, yang
bertaraf internasional. (5) Pantai Pangkor Laut, namanya berasal dari bahasa Thailand, Pang Ko yang
berarti pulau yang indah. Di kawasan ini dijumpai memorial Pang Kui, tokoh China legendaries. Pantai ini
menyediakan aktivitas lomba jet ski, ski air, kano, memancing, dan lain-lain kegiatan pantai. (6) Pulau
Pinang, sebuah negara bagian Malaysia yang menjadi tujuan utama perdagangan dengan masyarakat
Sumatera Indonesia, serta tempat berobat yang terkenal. Didirikan oleh penguasa Ingris tahun 1776, dan
kini memperlihatkan percampuran budaya eksotik antara Timur dan Barat. Penang juga mempunyai
jembatan yang panjangnya 13,5 km, yang menghubungkannya dengan Semenanjung Malaysia. Di Pulau
Pinang ini terdapat kota Georgetown yang memiliki nilai-nilai histories. Bagi masyarakat Indonesia dikenal
harga-harga seperti barang kamera, elektronik, pakaian, batik, dan benda-benda antik dengan harga relatif
murah. (7) Kelantan, adalah sebuah negara bagian federal Malaysia paling Utara. KelantanDarul Naim
memiliki luas 14.920 kilometer persegi. Berbatasan dengan Thailand di Utara, Perak di barat, Trengganu di
timur, dan Pahang di selatan. Ibukotanya Kota Bharu, ditambah beberapa kota penting lainnya seperti
Bachok, Pasir Puteh, Tanah Merah, Tumpat, dan Gua Musang. Kelantan terkenal sebagai daerah tujuan
wisata karena keeksotisannya di bidang seni budaya, kerajinan tangan, serta warisan sejarahnya. Masih
22
banyak lagi daeah tujuan wisata di Malaysia, yang menjadi cirri khas setiap negara bagian.
Gambar 12. Beberapa Objek Gambar 13. Beberapa Objek Gambar 14. Beberapa Objek Wisata
Wisata di Melaka Wisata di Pangkor Laut di Pulau Langkawi
6. Seni di Sumatera Utara, Aceh, dan Semenanjung Malaysia
(a) Di Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia. Dalam budaya Melayu, istilah seni pertunjukan
kadang juga dipadankan dengan istilah seni persembahan. Di kawasan budaya Melayu di Indonesia, lazim
digunakan kata seni pertunjukan, sementara di Semenanjung Malaysia, Singapura dan Thailand Selatan
lazim digunakan kata seni persembahan. Makna seni persembahan atau seni pertunjukan adalah adanya
penampilan seniman seni pertunjukan di tempat tertentu dan melakukan komunikasi dengan penonton atau
penikmatnya, dengan berdasarkan kepada nilai-nilai budaya yang dianut dan diresapi masyarakat Melayu.
Seni yang akan dideskripskan mencakup musik, tari, dan teater.
Musik adalah salah satu media ungkap kesenian. Kesenian adalah salah satu dari unsur kebudayaan
unversal. Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik, terkandung nilai-
nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya--baik dalam bentuk formal
maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun genrenya
dalam kebudayaan. Demikian juga yang terjasi musik dalam kebudayaan masyarakat Melayu.
Menurut seorang pengamat seni dari Malaysia, Hamzah (1988), perkembangan musik Melayu di
Malaysia dapat diklasifikasikan kepada sembilan bentuk, berdasarkan bentuknya, yaitu (1) musik
tradisional Melayu; (2) musik pengaruh India, Persia, dan Thailand atau Siam, seperti: nobat, menhora,
makyong, dan rodat; (3) musik pengaruh Arab seperti; gambus, kasidah, ghazal, zapin, dan hadrah; (4)
nyanyian anak-anak; (5) musik vokal (lagu) yang berirama lembut seperti Tudung Periuk, Damak, Dondang
Sayang, dan ronggeng atau joget; (6) keroncong dan stambul yang tumbuh dan berkembang awalnya di
Indonesia; (7) lagu-lagu langgam; (8) lagu-lagu patriotik tentang tanah air, kegagahan, dan keberanian; (9)
lagu-lagu ultramodern yang kuat dipengaruhi budaya Barat.
Sebenarnya pembagian musik Melayu itu di atas secara umum hanya terbagi dua bagian yaitu musik
tradisional dan musik modern. Empat jenis yang pertama adalah musik tradisional dan empat jenis yang
kedua adalah musik modern. Namun demikian adakalanya kita sulit memasukkan satu jenis musik ke dalam
dua kategori besar itu, karena asal-usulnya tak dapat lagi dikenali lagi. Namun tujuan kategorisasi ini
dilakukan supaya kita mudah melihat jenis musik dalam konteks budaya Melayu.
Pertunjukan musik tradisional mengikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan
dengan penguasa alam, mantera (jampi) yang tujuan menjauhkan bencana, mengusir hantu atau setan.
Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi, berdasarkan transmisi tradisi oral. Setiap musik
mempunyai nama tertentu dan alat-alat musik mempunyai legenda asal-usulnya. Pertunjukan musik
mengikuti aturan dan menjaga etika permainan.
23
Nyanyian hiburan sambil kerja (working song) atau dalam konteks bekerja juga terdapat dalam
kebudayaan Melayu. Musik seperti ini biasanya dilakukan dalam rangka bercocok tanam, bekerja
menyiangi gulma, menuai benih, mengirik padi, menumbuk padi sampai menumbuk emping. Begitu juga
dengan nyanyian sambil bekerja di laut, yang dikenal dengan sinandung nelayan atau sinandung si air yang
dijumpai di kawasan Asahan dan Labuhanbatu.
Akulturasi dengan kebudayaan luar menjadi sebuah fenomena yang menarik dalam budaya Melayu.
Dalam musik tradisional Melayu, berbagai unsur musik asing mempengaruhi perkembangannya baik dari
alat-alat musik maupun nyanyian. Pengaruh itu misalnya dari India, China, Timur Tengah, dan Barat.
Unsur-unsur musik yang datang dari Indonesia juga memiliki peran strategis dalam perkembangan musik
Melayu di Malaysia, misalnya musik gamelan, angklung, talempong, dan lainnya. Berbagai musik yang
terdapat di Sumatera dan Jawa juga terdapat di Semenanjung Malaysia, seperti gambus, keroncong, kecapi,
ronggeng, dan sebagainya.
Hubungan antara rakyat yang diperintah dan golongan yang memerintah juga terekspresi dalam seni
muaik. Nobat adalah musik yang menjadi lambang kebesaran negara dan ada hubungannya dengan struktur
sosial. Secara etnomusikologis, nobat diperkirakan berasal dari Persia. Perkataan nobat berasal dari akar
kata naba (pertabalan), naubat berarti sembilan alat musik. Kata ini kemudian diserap menjadi salah satu
upacara penobatan raja-raja Melayu. Nobat yang dipercayai berdaulat telah diinstitusikan sejak zaman
Kesultanan Melayu Melaka pada abad kelima belas. Ensambel musik ini dapat memainkan berbagai jenis
lagu dan orang yang memainkannya dihidupi oleh kerajaan dan disebut dengan orang kalur (kalau). Alat-
alat musik nobat dipercayai mempunyai daya magis tertentu, dan tak semua orang dapat menyentuhnya.
Nobat menjadi musik istiadat di istana-istana Patani, Melaka, Kedah, Perak, Johor, Selangor, dan
Trengganu. Alat-alat musik nobat yang menjadi asas adalah: gendang, nafiri, dan gong. Namun, serunai,
nobat besar dan kecil, dan gendang nekara juga dipergunakan.
Ensambel gamelan yang berasal dari Jawa, juga menjadi bagian dari musik istana di dalam kesultanan-
kesultanan Melayu. Pada akhir abad kesembilan belas, sudah terdapat kelompok musik gamelan diraja di
istana Sultan Riau-Lingga dan Pahang. Joget gamelan Lingga tidak mempunyai pelindung ketika Sultan
Lingga terakhir turun takhta dan pindah ke Singapura tahun 1912. Namun ketika Sultan Ahmad dari Pahang
wafat tahun 1914, puterinya Tengku Mariam yang kawin dengan Sultan Sulaiman dari Terengganu
membawa musik gamelan ke Terengganu dan dinamakan gamelan diraja Trengganu.
Selain itu, di dalam budaya Melayu dikenal pula ensambel makyong yang mengiringi teater makyong.
Alat-alat musik yang dipergunakan adalah rebab, gendang anak, gendang ibu, gong ibu, gong anak, dan
serunai. Dalam persembahannya, makyong mempergunakan unsur-unsur ritual. Teater ini memiliki lebih
dari 100 cerita dan 64 jenis alat musik, dan 20 lagu. Di antara lagu-lagu makyong yang terkenal adalah Pak
Yong Muda, Kijang Mas, Sedayung, Buluh Seruan, Cagok Manis, Pandan Wangi, dan lainnya.
Wayang kulit juga memiliki unsur-unsur musik tersendiri, menjadi suatu bentuk seni pertunjukan untuk
masyarakat ramai. Di antara lagu-lagu dalam wayang kulit Melayu yang terkenal adalah lagu Bertabuh
yang menjadi labu pembuka. Selain itu adalah lagu Seri Rama, Rahwana Berjalan, Maha Risi, Pak Dogol,
dan lainnya.
Pada genre pertunjukan main puteri (boneka yang diisi roh) tampak adanya unsur magis yang dipandu
oleh dukun (bomoh). Genre ini mengekspresikan kepercayaan masyarakat Melayu kepada alam-alam ghaib,
namun dengan asas ajaran-ajaran agama Islam.
Pada genre hadrah, marhaban, zikir, tampak pengaruh yang diserap dari Timur Tengah. Pada genre-
genre ini aspek ajaran-ajaran agama Islam muncul. Biasanya alat musik yang menjalani asasnya adalah
jenis rebana. Genre musik seperti ini memainkan peran penting dalam berbagai aktivitas sosial seperti
upacara perkawinan dan khitanan, dan khatam Al-Quran.
Boria adalah sebuah genre musik dan tari yang diperkirakan berasal dari Pulaupinang. Pertunjukan
boria umumnya dilakukan pada awal (tanggal 1 sampai 10) bulan Muharram setiap tahun. Pada saat itu
setiap kumpulan boria pergi ke suatu tempat yang dianggap sebagai Padang Karbala, dan sebagai tempat
penolak bala. Genre musik dan tarian ini berhubungan dengan kaum Yazid dari Persia untuk memperingati
kemenangan mereka dalam perang bersama dengan Hassan dan Hussein cucu Nabi Muhammad. Secara
historis, boria ini datang bersama orang-orang Hindustani pada saat Pulaupinang dibuka oleh Inggeris.
Pengaruh Hindustani lainnya ada pada genre ghazal. Ghazal adalah musik Melayu yang kuat
24
dipengaruhi budaya musik Hindustani. Di dalamnya terdapat alat musik sarenggi, sitar, harmonium, dan
tabla. Orang Melayu menerima musik ini karena berkaitan erat dengan fungsi keagamaan, lagu-lagunya
sebagian besar memuji Allah dan Nabi Muhammad. Alat-alat musik Hindustan seperti harmonium dan tabla
tetap dipergunakan sementara sarenggi digantikan biola; dan sitar digantikan gambus, dan ditambah gitar.
Genre musik lainnya adalah ronggeng atau joget. Musik ini adalah hasil akulturasi antara musik
Portugis dengan musik Melayu. Musik ronggeng terdapat di kawasan yang luas di Dunia Melayu. Genre
musik dan tari ronggeng adalah seni pertunjukan hiburan yang melibatkan penonton yang menari bersama
ronggeng yang dibayar melalui kupon atau tiket dengan harga tertentu. Tari dan musik ronggeng termasuk
ke dalam tari sosial yang lebih banyak melibatkan perkenalan antara berbagai bangsa. Di dalam seni
ronggeng juga terdapat unsur berbagai budaya menjadi satu. Hingga sekarang seni ini tumbuh dan
berkembang dengan dukungan yang kuat oleh masyarakat Melayu, walau awalnya dipandang rendah.
Genre keroncong tumbuh dan berkembang di dalam kebudayaan Melayu, yang sangat kuat dipengaruhi
oleh tradisi keroncong di Indonesia. Awalnya keroncong muncul di daerah Tugu Jakarta, yang merupakan
musik paduan antara budaya setempat dengan Portugis. Genre musik ini menggunakan alat-alat musik
Barat, seperti: biola, ukulele, cuk, bas akustik, drum trap set, dan lainnya dengan gaya melismatik dan up
beat yang menghentak-hentak. Lagu-lagu seperti Bengawan Solo, Keroncong Moresko,Sepasang Mata
Bola, Jembatan Merah, merupakan contoh-contoh lagu keroncong yang populer di Alam Melayu.
Komedi stambul adalah hasil pertemuan antara budaya Melayu Semenanjung Malaysia dengan Melayu
di Indonesia yang berasaskan cerita Arabian Nights. Genre musik ini menyesuaikan unsur-unsur musik
Barat dan Asia yang menyebabkan dapat menarik minat segenap lapisan masyarakat. Pengaruh musik dari
Timur Tengah dalam kebudayaan Melayu adalah gambus atau zapin.
Musik Barat populer sejak etnik Melayu dengan budaya Barat sejak awal abad keenam belas. Etnik
Melayu menyerap genre-genre musik dan tari seperti: fokstrot, rumba, tanggo, mambo, samba, beguin,
hawaian, wals, suing, blues, bolero, dan sebagainya. Rentak jazz dan swing juga sangat populer dalam lagu-
lagu Melayu.
Dikaji dari aspek historis, maka musik Melayu dapat diklasifikasikan kepada masa-masa: Pra Islam;
Islam, dan Globalisasi. Untuk masa Pra-Islam terdiri dari masa: animisme, Hindu, dan Budha. Masa Pra-
Islam yang terdiri dari lagu anak-anak: lagu membuai anak atau dodo sidodoi; si la lau le; dan lagu timang.
Lagu permainan anak yang terkenal tamtambuku. Musik yang berhubungan dengan mengerjakan ladang
terdiri dari: dedeng mulaka ngerbah, dedeng mulaka nukal, dan dedeng padang rebah. Musik yang
berhubungan dengan memanen padi; lagu mengirik padi atau ahoi, lagu menumbuk padi, dan lagu
menumbung emping. Musik yang bersifat animisme terdiri dari: dedeng ambil madu lebah (nyanyian
pawang mengambil madu lebah secara ritual), lagu memanggil angin atau sinandong nelayan (nyanyian
nelayan ketika mengalami mati angin di tengah lautan), lagu lukah menari (mengiringi nelayan menjala
ikan), dan lagu puaka (lagu memuja penguasa ghaib tetapi pada masa sekarang telah diislamisasi). Selain itu
dijumpai juga lagu-lagu hikayat, yang umum disebut syair. Terdapat juga musik hiburan: dedeng, gambang,
musik pengiring silat, musik tari piring/lilin/inai.
Pada masa Islam, 'musik-musik' pada masa ini di antaranya adalah azan (seruan untuk shalat), takbir
(nyanyian keagamaan yang dipertunjukkan pada saat Idul Fitri dan idhul Adha), qasidah (musik pujian
kepada Nabi), marhaban dan barzanji (musik yang teksnya berdasar kepada Kitab Al-Barzanji karangan
Syech Ahmad Al-Barzanji abad kelimabelas). Di samping itu dijumpai pula barodah (seni nyanyian diiringi
gendang rebana dalam bentuk pujian kepada Nabi), hadrah (seni musik dan tari sebagai salah satu seni
dakwah Islam, awalnya adalah seni kaum sufi), gambus/zapin (musik dan tari dalam irama zapin yang
selalu dipergunakan dalam acara perkawinan), dabus (musik dan tari yang memperlihatkan kekebalan
penari atau pemain dabus terhadap benda-benda tajam atas ridha Allah), dan sya'ir (nyanyian yang berdasar
kepada konsep syair yaitu teks puisi keagamaan) dan lain-lain.
Pada masa pengaruh Barat terdapat musik dondang sayang (musik dalam tempo asli 8/4 iramanya
lambat yang awalnya adalah untuk menidurkan anak, dan kemudian menjadi satu genre yang terkenal
terutama di Melaka), ronggeng dan joget (tari dan musik sosial yang mengadopsi berbagai unsur tari dan
musik dunia, dengan rentak inang, joget, dan asli), pop Melayu (yaitu lagu-lagu Melayu yang digarap
berdasarkan gaya musik kontemporer Barat). Pengaruh Barat ini dapat dilihat dengan ditubuhkannya
kumpulan-kumpulan kombo atau band yang terkenal di antaranya band Serdang dan Langkat di Sumatera
25
Timur. Dengan demikian, genre musik Melayu sebenarnya adalah mencerminkan aspek-aspek inovasi
seniman dan masyarakat Melayu ditambah dengan akulturasi secara kreatif dengan budaya-budaya yang
datang dari luar. Masyarakat Melayu sangat menghargai aspek-aspek universal (seperti yang dianjurkan
dalam Islam), dalam mengisi kehidupannya. Demikian sekilas budaya musik Melayu Sumatera Utara dan
Semenanjung Malaysia, selanjutnya kita lihat bagaimana budaya tari Melayu di kedua kawasan tersebut.
Tari adalah salah satu media ungkap seni, yang mengekspresikan budaya masyarakatnya. Dalam tari
terdapat dimensi ruang, waktu, dan tenaga. Tari adalah ekspresi semangat manusia yang berdasarkan
kepada gerak-gerik yang menarikbisa sebagai mimesis gerakan alam sekitar (flora dan fauna), atau juga
gerakan yang berasal dari jiwa seniman penarinya. Perkembangan tari sering didasari oleh faktor akulturasi
karena pengaruh budaya luar atau juga oleh faktor inovasi sebagai kreativitas dari budaya itu sendiri.
Demikian juga yang terjadi para tari dalam kebudayaan Melayu.
Seni tari dalam kebudayaan Melayu mencakup ide, aktivitas, maupun artifak. Seni tari
mengekspresikan kebudayaan secara umum. Seni tari juga mengikuti norma-norma yang digariskan oleh
adat Melayu. Berbagai gerak mencerminkan halusnya budi orang-orang Melayu, yang menjadi bagian
integral dari diri sendiri maupun alam sekitar, seperti yang tercermin dalam ungkapan Melayu: “Kembali
ke alam semula jadi.” Hal ini dapat ditelusuri melalui konsep-konsep tari dalam budaya Melayu.
Konsep tari dalam budaya Melayu biasanya diungkapkan melalui beberapa istilah yang mengandung
makna denotasi atau konotasi tertentu. Menurut Sheppard, konsep tentang tari dalam budaya Melayu,
diwakili oleh empat terminologi yang memiliki arti yang bernuansa, yaitu: tandak, igal, liok, dan tari,
perbedaan maknanya ditentukan oleh dua faktor, yaitu: (1) penekanan gerak yang dilakukan anggota
tubuh penari dan (2) tekniknya. Tandak selalu dikaitkan dengan gerakan langkah yang dilakukan oleh
kaki; igal gerakan yang seacar umum dilakukan oleh tubuh (terutama pinggul) liok atau liuk teknik
menggerakkan badan ke bawah danm biasanya sambil miring ke kiri atau ke kanan, gerakan ini sering
juga disebut dengan melayah; dan tari selalu dikaitkan dengan gerakan tangan, lengan, dan jari jemari
dengan teknik lemah gemulai.
Selaras dengan pendapat Sheppard yang banyak mengkaji keberadaan tari di Semenanjung Malaysia,
maka Tengku Lah Husni dari Sumatera Utara, mengemukakan bahwa secara taksonomis, tari Melayu
Pesisir Timur Sumatera Utara, dapat dsiklasifikasikan ke dalam tiga konsep gerak: (1) tari, yaitu gerak
yang dilakukan oleh lengan dan jari tangan; (2) tandak, yaitu gerak yang dilakukan oleh wajah, leher,
lengan, jari tangan, dan kaki; dan (3) lenggang yang berupa gerakan lenggok atau liuk pinggang dan badan
yang disertai ayunan tangan dan jari.
Menurut Goldsworthy tari-tarian Melayu didasarkan kepada adat-sitiadat, dan dibatasi oleh
pantangan adat. Para penari wanita disarankan untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya. Mereka
tidak diperkenankan mengangkat tangan melebihi bahunya, dan tidak diperkenankan menampakkan
giginya pada saat menari. Mereka tidak boleh menggoyang-goyangkan pinggulnya, kecuali dalam
pertunjukan joget. Para penari wanita sebagian besar mengutamakan sopan-santun, tidak menantang
pandanganm penari mitra pria nya. Penari wanita mengekspresikan sikap jinak-jinak merpati atau malu-
malu kucing. Penari wanita gerakan-gerakannya menghindari penari pria (1979:343).
Tari-tarian Melayu menurut Sheppard dapat diklasifikasikan ke dalam enam kelompok, yaitu: (1) tari
ashek yang sangat terkenal, (2) tari yangh terdapat dalam drama tari makyong dengan pola lantai berbentuk
lingkaran dan gerakan tarinya yang lambat, (3) tarian yang sellau dikaitkan dengan panen padi atau panen
hasil pertanian lainnya yang sifatnya adalah musiman. Jenis tarian yang ketigha ini populer hampir di
seluruh Semenanjung Malaysia, tetapi sekarang hanya mampu bertahan dibagian utara saja. (4)
Ronggeng, yaitu tarian yang awalnya dari Melaka pada abad ke-16, yang kemudian menyebar dan populer
di mana-mana. Tari ini diperkirakan berkembang selama pendudukan Portugis di Melaka, dan strukturnya
memperlihatkan pengaruh budaya Portugis, yang dapat bertahan terus selama lebih dari empat abad. Tari
ini disebut juga sebagai tari nasional Malaysia. (5) Tari-tarian yang berasal dari Arab, yaitu zapin, rodat,
dan hadrah, yang diperkenalkan oleh orang-orang Arab. (6) Tari yangh awalnya berkembang di Perlis
tahun 1945, yang kemudian menyebar ke seluruh Semenanjung Malaysia. Tari ini disajikan oleh
sekelompok penari dengan iringan musik khusus (1972: 82-83).
Klasifikasi tari yang dilakukan oleh Sheppard seperti di atas adalah klasifikasi yang terdapat di
Semenanjungh Malaysia. Di Dunia Melayu, tari-tarian Melayu berdasarkan akar budaya dan fungsinya,
26
dapat diklasifikasikan sebagai berikut. (1) Tari-tarian Melayu yang mengekspresikan kegiatan yang
berhubungan dengan pertanian, contohnya tari ahoi (mengirik padi), mulaka ngerbah (menebang hutan),
mulaka nukal (menanam benih padi ke lahan pertanian), hala, gunungan, ulik bandar (tarian upacara
simbolis menabur benih padi), ulik gaboh (tarian selepas menuai padi), lerai padi (mengirik padi ala
Semnanjung Malaysia), tumbuk padi (tarian menumbuk padi), ketam padi (mengetam padi), ulik mayang
(pengobatan), belian (pengobatan tradisional), tari balai, dan lainnya. (2) Tari-tarian Melayu yang
mengekspresikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan nelayan, contohnya tari lukah menari
mempergunakan properti jalan untuk menangkap ikan), tari jala (membuat jala), gubang (tarian yang
mengekspresikan nelayan yang memohon kepada Tuhan agar angin diturunkan supaya mereka dapat
berlayar kembali, pada saat mengalami mati angin di lautan), mak dayu (tarian yang mengekspresikan
hubungan nelayan dengan kehidupan ikan-ikan di laut), tari belian (tari pengobatan dalam budaya
masyarakat nelayan). (3) Tari-tarian yang menggambarkan kegiatan di istana, contoh tari asyik, yaitu
tarian di istana raja Kelantan abad ke-14, yang ditarikan oleh para dayang istana yang disebut juga asyik, (4)
Tari-tarian yang menirukan atau mimesis kegiatan alam sekitar, misalnya ula-ula lembing (menirukan
gerakan-gerakan ular). (5) Tari-tarian yang berkaitan dengan kegiatan agama Islam, contohnya hadrah
(puji-pujian terhadap Allah dan Nabi-nabi), zapin (tarian yang diserab dari Arab dengan pengutamaan pada
gerakan kaki); rodat, adalah tarian yang mengungkapkan ajaran agama Islam. Rodat dipercayai dibawa
oleh para pedagang dari Sambas dan Pontianak ke istana Trengganu dan selalu dipertunjukkan waktu
perayaan istana kerajaan. (6) Tari-tarian yang berkaitan dengan kekebalan contonya dabus. (7) Tari-tarian
yang fungsi utamanya hiburan, dan mengadopsi berbagai unsur budaya, Seperti Barat, Timur Tengah,
India, China, dan lain-lain. Misalnya ronggeng dan joget, yang repertoarnya terdiri dari senandung, mak
inang, dan lagu dua, ditambah berbagai unsur teri etnik Nusantara dan Barat, termasuk juga tari-tari yang
dikembangkan dari genre ronggeng/joget seperti mak inang pulau kampai, melenggok, lenggang patah
sembilan, lenggok mak inang, persembahan, campak bunga, anak kala, cek minah sayang, makan sireh,
dondang sayang, gunung banang, sapu tangan, asli selendang, tari lilin, serampang, tudung periuk, dan
yang paling populer adalah tari serampang dua belas. (8) Tari yang berkaitan dengan olah raga,
misalnya pencak silat atau tari silat dan lintau. (9) Tari-tarian yang berkaitan dengan upacara perkawinan
atau khitanan, yaitu tari inai (disebut juga tari piring atau lilin). Tari ini juga dipersembahkan di istana
raja Kelantan pada saat golongan bangsawan berkhatam Al-Quran. Tari joget Pahang yaitu tari istana di
Pahang yang kemudian juga populer pada masyarakat awam. (10) Tari-tarian dalam teater Melayu, seperti
dalam makyong, mendu, mekmulung, jikey, dan lainnya. (11) Tari-tarian garapan baru, yaitu tari-tari yang
diciptakan oleh para pencipta tari Melayu pada masa-masa lebih akhir dalam sejarah tari Melayu yang
berdasarkan kepada perbendaharaan tari tradisional, misalnya tari: ulah rentak angguk terbina, zapin mak
inang, zapin menjelang Maghrib, zapin Deli, zapin Serdang, daun semalu, rentak semenda, ceracap,
lenggang mak inang, senandung mak inang, tampi, mak inang selendang, zapin kasih dan budi, demam
puyoh, dan lain-lain.
Di dalam kebudayaan tari Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara, terdapat istilah-istilah teknis
gerak seperti berikut: (1) legar, yaitu gerakan badan berputar menyambar; (2) geser, yaitu gerak
menggeserkan kaki; (3) limbung, yaitu gerak yang membentuk pola lantai setengah lingkaran, (4) jengket,
yaitu penari berdiri di atas jari kaki, yang menjadi ciri khas tari zapin, (5) jengget, yaitu gerakan seperti
orang yang berjalan pincang, (6) jingkat, yaitu gerakan telapak bagian ujung jari kaki dicecahkan di lantai,
(7) sambar, yaitu gerak luncur berpapasan, (8) melayah, yaitu gerak membungkukkan badan, (9) ogah-agih,
yaitu gerakan badan bergoyang seperti pinang ditiup angin, (10) angguk-angguk, gerak kepala ditunduk-
tundukkan, (11) buka, gerakan memperlihatkan keseluruhan tapak tangan, (12) kuak, gerakan tangan
bersilang ke samping kiri dan kanan, (13) sayap, gerakan kedua tangan dikembangkan sepanjang lengan
kiri dan kanan; (14) senandung, gerakan tangan lemah lembut dan melambai; (15) jentik, menjentikkan
induk jari dan jari tengah tangan; (16) lambai, menjentik dengan ujung jari dari dalam keluar tapak
tangan; (17) gamit, menjentik dengan ujung jari dari luar ke dalam; (18) jendit, memukul ibu jari dengan
telunjuk atau jari tengah sambil menggesernya, sehingga menghasilkan suara; (19) lentik, yaitu
melengkungkan dan melendutkan jari-jari keluar sejauh mungkin seperti air mencecah pantai; (20) titi
batang, yaitu berjalan lurus satu garis seperti meniti batang, (21) kuda-kuda, berdiri memasang kuda-
kuda dengan tumpuan pada kaki dan paha yang diturunkan sedikit; (22) singsing, teknik menyingsingkan
27
kain sedikit ke atas biasanya untuk penari wanita; (23) mengepar, gerakan menyeret kaki, (24) gemulai,
yaitu menggerakkan tangan secara lemah-lembut terutama dalam tari-tari senandung; (25) sentak yaitu
gerakan penari pria hendak menerkam penari wanita, namun ketika telah dekat ia memberhentikannya,
tidak sampai kena; (26) cicing gerakan berlari-lari kecil; (27) gentam gerakan menghentak-hentakkan
tumit kaki; (28) ngebeng, gerakan penari pria memiringkan sedikit salah satu bahu sambil mengitari
penari wanita; (29) terkam gerakan menerkam, (30) lonjak gerakan kaki melonjak-lonjak; (31) gemulai
berbisik, gerakan tari senandung seperti orang berbisik kepada mitranya; dan lain-lainnya lagi.
Sampai sekarang ini tari yang begitu populer di Pesisir Timur Sumatera Utara, dan menjadi tari
nasional Indonesia, adalah tari serampang dua belas. Tari ini diolah oleh Guru Sauti dari Perbaungan
bersama O.K. Adram tahun 1930-an. lagu yang dipergunakan adalah Pulau Sari (berasal dari kata Pulau
Sehari). rentaknya adalah rentak lagu dua dengan birama 6/8 seperti irama branyo Portugis. Tarian ini
mengutamakan gerakan kaki meloncat-loncat, gerakan tangan yang lincah, serta kerlingan mata yang
dinamis. Awalnya tari Pulau Sari tidak berpola, sehingga oleh Guru Sauti diolah ke dalam 12 ragam
dengan jalinan cerita yang mengisahkan pertemuan antara sepasang pria dan wanita dari awal hingga ke
jenjang pernikahan.
Menurut Tengku Luckman Sinar (1990:65), yang mengkaji dari sudut historis, tari serampang dua
belas pertama kali dipertunjukkan di hadapan publik pada malam tanggal 9 April 1938, ketika
diadakannya pertunjukan Muziek en Tonneel Vereeniging Andalas, yang dipimpinm oleh Madong Lubis di
Grand Hotel Medan. Sauti sendiri menarikannya bersama O.K. Adram dengan mitra penari wanita
masing-masing, yang secara musikal diiringi oleh Montik memainkan biola, akub dan ingah memainkan
gendang ronggeng, dan O.K. Mufni memainkan tetawak. Pertunjukan kedua dilakukan Sauti dan kawan-
kawan pada tahun 1941 ketika sebagian kawasan Kesultanan Serdang dilanda banjir sehingga diadakan
malam dana dan amal yang dikoordinasikan oleh Committee Bandjiir Serdang. Pertunjukan ketiga bulan
November 1952 yang diadakan oleh Yayasan Budaya Medan pimpinan Abdul Wahab. Secara struktural,
Sauti membagi ragam tari serampang dua belas ke dalam 12 ragam dengan konsep, ragam tari: (1)
permulaan yang artinya pertemuan pertama, (2) berjalan artinya cinta meresap, (3) pusing tari artinya
memendam rasa, (4) gila kepayang artinya mabuk kepayang, (5) berjalan bersifat artinya isyarat tanda-
tanda cinta, (6) gencat-gencat artinya balasan isyarat, (7) sebelah kaki artinya menduga, (8) langkah
melonjak artinya masih belum percaya, (9) meloncat-loncat artinya ada jawaban, (10) datang-
mendatangi artinya pinangan dilakukan, (11) rupa-rupa artinya mengantar pengantin bersanding, dan
(12) sapu tangan artinya pertemuan kasih mesra. Tari Melayu Sumatera mengekspresikan kebudayaan
masyarakatnya. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan tari, namun pada umumnya adalah berarti seni
gerak. Seni tari Melayu merujuk kepada norma-norma yang belaku pada masyarakat Melayu dan memi-
liki berbagai fungsi serta teknis gerak. Tari Melayu juga menjaga kesinambungan dan perubahan budaya
secara umum. Demikian sekilas keberadaan budaya tari Melayu Sumatera Utara dan Semenanjung
Malaysia. Selanjutnya kita lihat keberadaan teater di kedua daerah Melayu tersebut.
Menurut Nasaruddin dalam bukunya Teater Tradisional Melayu (2000), ritual animisme (primitif)
terdapat pada masyarakat Melayu lama, terutama di kalangan orang asli di Malaysia. Umumnya ritual yang
mereka lakukan adalah untuk memahami alam sekitarnya dan memuja roh-roh. Salah satu contoh ritual
tersebut adalah tari balai raya pada masyarakat Mahameri yang merupakan bagian perayaan dari hari
moyang, yaitu hari ulang tahun roh-roh. Pada tarian teatrikal ini, topeng mewakili berbagai moyang atau
roh dan sekali gus berfungsi untuk menghormati roh-roh ini. Pada masyarakat Melayu pula dijumpai
upacara memuja roh, seperti yang dilakukan pada saat awal musim menangkap ikan, para nelayan
mengadakan ritual main pantai yang tujuannya untuk mendapat restu para makhluk halus di laut untuk
menjaga keselamatan mereka saat menangkap ikan di laut. Begitu juga dengan para petani, pada saat usai
panen mereka mengadakan persembahan seperti makyong dan wayang kulit, yang tujuannya adalah
berterima kasih kepada penguasa hutan. Unsur-unsur upacara tradisional animisme ini mengalami
kontinuitas dalam teater Melayu seperti saat membuka dan menutup panggung yang menggunakan berbagai
upacara.
Dalam konteks seni teater pengaruh India Hindu ini tampak dengan dipergunakannya berbagai tokoh
seperti: Batara Guru, Wisnu, Syiwa, Brahma. Begitu juga dengan berbagai epos Hindu yang terkenal
seperti Ramayana, Mahabrata, Panji, diserap ke dalam cerita-cerita teater wayang kulit. Begitu juga raja
28
dianggap sebagai dewa atau titisan dewa, yang memiliki kekuatan magis dan menjadi pemimpin politik dan
agama. Pengaruh Hindu dalam teater tradisi Melayu dapat pula dilacak dari teater wayang kulit. Meskipun
para ahli sejarah seni banyak yang berselisih faham tentang asal-usul wayang kulit, yaitu ada yang
menyebut memang telah sedia ada di Dunia Melayu seperti Hazeu dan kawan-kawan, dan ada pula yang
menyatakan dari India seperti Otto Spies, Brunet, Ridghway, dan kawan-kawan atau dari China, seperti
Laufer dan kawan-kawan--namun pengaruh India memang kuat pada tradisi teater wayang kulit Melayu.
Di Dunia Melayu, wayang kulit ini biasanya dibedakan ke dalam tiga jenis, berdasarkan akar
budayanya, yaitu: wayang Kelantan (Siam), wayang Melayu, dan wayang Jawa. Wayang Melayu dan
wayang Jawa berakar dari budaya wayang yang sama yaitu wayang purwa. Perbedaannya adalah bentuk
wayang dan ensambel pengiring. Wayang Melayu umumnya menggunakan satu tangan sedangkan wayang
Jawa menggunakan dua tangan. Keduanya menggunakan kosa cerita utama Ramayana dan Mahabrata
ditambah dengan cerita Panji, Amir Hamzah, serta mite dan legenda tempatan. Wayang Kelantan atau
Siam terdapat di bahagian utara semenanjung Malaysia, yaitu Kelantan, Kedah, dan Perlis. Wayang ini
memiliki hubungan kultural dengan wayang nan talung Thailand, yang dapat dibuktikan melalui bentuk
wayang, ensambel musik, mantera buka panggung yang dibaca oleh tuk maha siku (dalang) dalam bahasa
Thai, dan lain-lainnya.
Wayang Melayu umum dijumpai di Semenanjung Melaka, sementara di Sumatera jarang dijumpai. Di
Kesultanan Serdang pada awal abad kedua puluh memang terdapat wayang, namun diadopsi dari Jawa,
yaitu sebagai hadiah dari Sultan Yogyakarta kepada sultan Serdang, sekalian dengan para pemainnya.
Namun demikian, wayang kulit yang berkembang di Serdang ini mengalami berbagai transformasi terutama
interaksinya dengan budaya Melayu di kawasan tersebut. Sementara di Sumatera Utara sendiri, kalangan
masyarakat Jawa tetap memelihara pertunjukan budaya wayang kulitnya hingga kini.
Dalam pertunjukan wayang Melayu, alat-alat musik yang dipergunakan di antaranya adalah: rebab
yaitu alat musik lute berleher panjang yang memainkannya digesek dan bersenar dua, dua buah gendang
panjang, satu mong (gong), enam buah canang, kesi atau simbal, dan sepasang tetawak (gong digantung).
Repertoar yang terkenal di antaranya adalah Kelayong, Katokan, Kijang Mas, Gandang-gandang, Sasang,
dan lain-lainnya.
Berbagai unsur Hindu dan Budha wujud pula dalam teater etnik Melayu. Misalnya teater makyong.
Teater ini muncul di kawasan Kelantan, Trengganu, Kedah, Riau, dan Patani. Di Sumatera Utara juga
muncul di Kesultanan Serdang, pimpinan Tengku Luckman Sinar di Medan. Di dalam Hikayat Patani,
terdapat deskripsi singkat tentang teater ini, yaitu tentang ensambel alat musik, tari, dan ceritanya. Teater
makyong biasa dipergunakan untuk menghibur kaum bangsawan dan kadang juga untuk rakyat awam.
Teater makyong ini biasanya difungsikan untuk merayakan panen padi, menyambut ulang tahun raja-raja,
merayakan pesta perkawinan, dan lain-lainnya. Peran dalam makyong terdiri dari watak protagonis dan
antagonis. Tokoh-tokoh dalam teater makyong di antaranya adalah: pakyong, sebagai tokoh utama yaitu
raja; makyong yaitu permaisuri; awang pengasuh dan sekaligus pelawak; dayang yaitu pengasuh (inang)
pakyong dan makyong; tuk wok; jin; gergasi; hulubalang; Dewa Bataraguru; para bangsawan; masyarakat
awam, dan lainnya. Umumnya cerita yang dipergunakan dalam teater makyong adalah berkaitan dengan
cerita kebangsawanan raja-raja yang dibumbui unsur legenda dunia dewa. Di antara erita-cerita yang
terkenal adalah: Raja Sakti; Raja Panah; Raja Besar;; Raja Kecik; Dewa Bongsu; Dewa Muda; Anak Raja
Gondang; Puteri Timun Muda, dan lain-lain.
29
Alat-alat musik pengiring makyong adalah rebab Melayu bersenar tiga dengan laras kuint, dua buah
gendang panjang, dan sepasang tetawak (gong). Pada ensambel makyong Serdang ditambah pula dua alat
musik canang. Repertoar yang digunakan di antaranya: Sri Gunung, Kisah Putri Makyong, Barat Cepat,
Tari Inai, Tari Menghadap Rebab, dan lain-lainnya. Teater makyong juga selalu diiringi oleh tari-tarian
yang mendukung plot cerita, seperti: Tari Inai, Tari Silat, Sirih Layar, Pakyong Berjalan, Burung Terbang,
dan lain-lain.
Selain makyong, unsur Budhisme dan Hinduisme dalam teater tradisional Melayu lainnya terdapat
dalam teater menhora. Istilah menhora berasal dari penyebutan para pemain dalam teater ini, atau juga
merujuk kepda tokoh cerita Jataka dari India, yang disebut menohara. Teater ini diperkirakan berasal dari
Patani, kemudian menyebar ke Kelantan, Trengganu, Perlis, dan Kedah. Teater ini awalnya
dipersembahkan untuk memeriahkan dan mengabsahkan hari besar agama Budha, yaitu waisyak (lahirnya
Sidharta Gautama). Juga digunakan untuk memperingati roh-roh yang telah meninggal dunia. Namun
setelah orang-orang Melayu beragama Islam, fungsinya berubah sebagai seni pertunjukan, untuk kegiatan
seperti memeriahkan upacara pengantin, hiburan, festival, dan lain-lainnya. Dalam teater ini, unsur
seniman yang terlibat adalah kumpulan pemusik sampai sekitar sepuluh orang, lima pelakon dan sekaligus
penari, pelawak, pengasuh raja, raja, dan seorang permaisuri. Teater ini dipimpin oleh tuk bomoh atau
khana menora, yang tugasnya menjaga jalannya pertunjukan dari kekuatan jahat. Cerita-ceritanya selalu
berkaitan dengan cerita yang ada di Patani atau utara Malaysia, seperti Peak Prod yaitu pahlawan Kedah,
Lakanawong pahlawan Patani, Darawong kisah cinta dari Patani, dan lain-lainnya. Sementara itu, alat-alat
musik yang dipergunakan juga mengindikasikan unsur Patani (Siam), seperti: pi yaitu alat musik tiup dalam
klasifikasi shawm (serunai). Kemudian tharp yaitu gendang gedombak yang berbentuk goblet. Ditambah
gendang klong atau geduk, gendang barel dua sisi yang dipukul hanya satu sisinya oleh stik. Teater ini juga
diiringi oleh tarian yang mengekspresikan tokoh yag dilakonkan. Di antara tariannya adalah: me lai, rahu,
kinari, putik bunga teratai, laba-laba menganyam sarang, dan lain-lain.
Teater dalam kebudayaan Melayu yang mengekspresikan peradaban Islam dan globalisasi di antaranya
adalah bangsawan. Bangsawan adalah teater Melayu yang mengadopsi unsur-unsur teater tradisi dan
modern. Teater ini berakar dari wayang Parsi yang dibawa pada akhir abad ke-19 ke Pulaupinang oleh para
pedagang India terutama mereka yang beragama Islam dari Gujarat. Mereka membawa berbagai cerita dari
Timur Tengah dan menyajikannya dalam bahasa Hindustani. Tokoh utama yang menyebarkan dan
mengembangkan teater bangsawan adalah Mamak Manshor dan Mamak Pushi. Kumpulan bangsawan
mereka ini melanglangbuana sampai ke Sumatera dan Jawa, yang dapat dilihat pengaruhnya sampai kini
pada ketoprak Jawa. Bangsawan ini mencapai zaman keemasannya dari awal sampai pertengahan abad ke-
20, yang melibatkan masyarakat Melayu, India, maupun China di Asia Tenggara.
Watak utama dalam bangsawan di antaranya adalah anak muda, sri panggung, jin Ifrit, pelawak, raja,
menteri, alim ulama, inang, dayang, tentara, dan lainm-lainnya. Cerita-cerita yang disajikan dalam
bangsawan ini mengekspresikan akulturasi kreatif orang-orang Melayu. Misalnya yang berasal dari budaya
Melayu adalah cerita Putheri Hijau, Hang Tuah, Terong Pipit, Bawang Putih Bawang Merah, Batu Belah
Batu Bertangkup, Robohnya Kota Melaka, Raja Bersiung, Sultan MAhmud Mangkat Berjulang, Badang,
dan lain-lain. Cerita Islam contohnya: Laila Majnun, Ali Baba, Siti Zubaidah, Bustaman, dan lain-lain.
Dari Eropa adalah cerita: Hamlet, Romi dan Juli, Machbeth, Merchant of Venice, dan lain-lain. Dari China
cerita: Sam Pek Eng Tai, Si Kau Si Kui, Busung Sa Su, dan lain-lain. Dari India cerita: Marakarma, Krisna,
Jula-juli Bintang Tiga, Burung Putih, dan lainnya. Teater bangsawan ini biasanya diiringi oleh repertoar
musik Melayu atau adsopsi dan tari-tarian.
Selain bangsawan pengaruh Islam lainnya dalam teater Melayu adalah teater boria. Teater ini dioleh
dari peristiwa tewasnya cucu Nabi Muhammad Hasan dan Husin saat perang di Karbala, oleh tentara Yazid,
yang terjadi dalam bulan Muharram. Diperkirakan teater ini berasal dari Persia, sebagai ekspresi
masyarakat muslim Shi'ah dalam memperingati peristiwa tersebut. Kemudian berkembang pula pada
masyarakat muslim India. Di Dunia Melayu, teater ini awal kali tumbuh di Pulau Pinang yang didukung
oleh para pekerja dari India yang tergabung dalam British East India Company. Sebuah kumpulan boria
biasanya terdiri dari dua sampai empat puluhan orang, yang terdiri dari: pelakon, pemusik, penyanyi, dan
penari. Alat-alat musik yang dipergunakan adalah: gambus (ud) lute petik, marwas, gendang frame dua sisi
30
kecil, biola, gendang Melayu, harmonium, tabla, dan lainnya.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, teater bangswan mengalami degradasi secara bertahap.
Kemudian mucul teater modern, yang mengedepankan aspek kreativitas, empirisme, dan memiliki naskah
acuan. Di Sumatera Utara misalnya pada dekade 1930-an datangnya rombongan sandiwara Dardanella Miss
Dja, Miss Ribut, Boleronya Bachtiar Effendi, dan tau yang memang terkenal berasal dari kawasan ini adaah
Miss Alang Opera, dan lain-lainnya. Kemudian teater tersebut bertransformasi sesuai dengan perubahan
jaman, penjajahan Jepang dan masa kemerdekaan.
Di samping teater, sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi, berkembang pula seni film Melayu
dengan mencuatkan tokohnya seperti Tan Sri P. Ramlee dan Bing Slamet. Sampai akhirnya muncullah
sinetron yang menggantikan fungsi teater tradisional dan film di berbagai kawasan Melayu.
Perubahan dan kontiuitas seni persembahan dalam kebudayaan Melayu, sangat dipengaruhi olegh
baik faktor eksernal maupu internal. Perkembangan seni ini dalam kebudayaan Melayu tampaknya semakin
lama semakin kompleks dengan melibatkan perkembangan sains dan teknologi. Selain itu tampak bahwa
masyarakat Melayu menyadari akan pentingnya gobalisasi budaya namun tetap menghargai perbedaan-
perbedaan setiap kawasan, bukan menuju kepada budaya yang monolitik, yang menafikan kemitraan,
kesejajaan, dan kooptasi global. Bagaimanapun kita banyak belajar berbagai kearifan dari dunia seni untuk
diaplikasikan di dalam kehidupan dunia nyata. Dunia ini panggung sandiwara yang skenarionya hanya
diketahui oleh Allah. Oleh karena itu setiap manusia wajib melakukan perannya masing-masing, dalam
konteks tauhid kepada-Nya.
(b) Di Nanggroe Aceh Darussalam. Masyarakat Aceh memiliki warisan budaya yang sangat
menarik, yang pada umumnya berakar dari nilai - nilai ajaran Islam. Ini semua bisa dilihat dari berbagai
aktifitas masyarakat dalam bidang seni budaya seperti tari - tariannya, upacara - upacara adat, tata krama
pergaulan, hasil - hasil kerajinan, kesemuanya kental dengan nuansa Islami. Kesenian nasional adalah
sebagai puncak kesenian daerah yang tumbuh dan berkembang kebudayaan didaerah seluruh Indonesia.
Kesenian Aceh sudah lahir sejak dahulu kala sejak manusia ada mendiami daerahnya sesuai dengan
kehidupannya sehari-hari yang berbudaya dan berkembang sepanjang masa. Daerah Aceh sudah
berkembang dengan berbagai macam kebudayaan sejak zaman dahulu kala dan masyarakat pendukungnya.
Itu terbukti diseluruh daerah Aceh terdapat berbagai macam kebudayaan daerah diseluruh Aceh baik
upacara adat, kesenian, tradisi dan kebersamaan didaerahnya baik pesisir: seperti di Pasai, Pidie, Gayo,
Alas, Lahop, Tamiang, Singkil, Tapaktuan, Meulaboh, Simeulu dan lainnya. Masyarakat Aceh sejak zaman
dahulu hidup dibidang pertanian, perkebunan dan lainnya. Daerah Aceh Utara telah berkembang berbagai
kesenian: seni tari, seni drama, seni sastra, sandiwara, seni ukur /pahat dan berbagai jenis kesenian lainnya.
Tari Aceh diiringi dengan vokal suara dan ada kalanya dengan Rapai, Serune Kale, Canang. Seni tari di
Aceh sudah lama berkembang khususnya kesenian tradisional umumnya kesenian tradisional ini dilakukan
pada malam hari saat bulan terang, setelah musim panen disawah selesai, biasanya semalam sampai pagi,
jenis kesenian di Aceh Utara yang berkembang dan sangat di gemari, yaitu seperti: Seudati/ Saman, rapai
Pasai, rapai dabus, rapai lahee, rapai grimpheng, rapai pulot, alue tunjang, poh kipah, biola Aceh,
meurukon., dan sandiwara Aceh.
Tari kreasi ini merupakan tari ciptaan baru yang berpola pada tari tradisional, tari kreasi baru
berkembang karena pengaruh luar dengan musik dan lagu modern yang terdapat melalui media TV dan
elektronik lainnya yang berkembang saat ini. Bermacam tari kreasi baru ini seperti: Ranup Lampuan,
Rampoe Aceh., Pemulia Jame., Tarek Pukat, Limong Sikarang, Ramphak Dua, dan lainnya.
Tari Seudati. Seudati berasal dari kata yahadatin yang mengandung mana pernyataan atau penyerahan
diri memasuki agama islam dengan mengucapkan dua kalimasyahadat. Tari Seudati dimainkan oleh 8 orang
laki - laki atau 2 orang aneuk syeh (Syahie) yang bertuga mengiringi tarian dengan yair dan lagu. Seluruh
gerakan dari eudati berada dibawah pimpinan seorang syeh seudati. Musik dalam tarian seudati hanya
berupa bunyi yang ditimbulkan dari hentakkan kaki kritipan jari penari dan tepukan dada yang diselingi
dengan irama syair lagu dari anak. syeh. Didalam tarian seudati jelas tergambar semangat perjuangan dan
kepahlawanan serta sikap kebersamaan dan persatuan dengan gerakan lincah dan dinamis Tarian seudati
pada saat ini selain berfungsi sebagai hiburan rakyat juga merupakan simbol kekayaan seni budaya Aceh
31
Utara sekaligus sebagai media penyampaian pesan - pesan pembangunan kepada masyarakat. Tarian ini
juga sering dipertandingkan dikenal dengan istilah Seudati Tunang yang kadang-kadang berlangsung
sampai menjelang subuh.
Gambar 15. Salah Satu Atraksi Tari Seudati Gambar 16. Salah Satu Atraksi Tari Poh Kipah
Tari Poh Kipah. Tari ini merupakan seni tari tradisional Aceh Utara yang menunjukkan gerakan -
gerakan memukul kipas dengan rytme yang unik dan mengagumkan. Kipas yang digunakan dalam tarian ini
adalah kipas yang dijalin khusus, terbuat dari pelepa pinang yang terdiri dari 3 atau 4 lapis yang
menimbulkan bunyi yang nyaring dengan berbagai tepukan yang bervariasi sesuai dengan irama gerak dan
lagu yang dibawakan.Tari Poh Kipah ini mengandung pesan-pesan keagamaan dan pembangunan
danlazimnya disajikan pada saat memperingati kelahiran Rasulullah SAW (Maulid Nabi) dan hari besar
Islam lainnya.
Biola Aceh. Kesenian biola ini telah cukup lama berkembang di Aceh Utara, setelah
berkembangnya tari seudati, kesenian biola Aceh Utara pada saat ini telah menjadi satu jenis hiburan rakyat
yang sangat diminati, kesenian ini dimainkan oleh 3 orang pria, masing - masing 1 orang bertindak sebagai
violis yang disebut syeh, sekaligus merangkap sebagai vokalis. dua orang lagi berfungsi sebagai penari dan
pelawak yang berperan sebagai linto baro dan dara baro (suami isteri) yang melakukan gerak tari dan
banyolan sesuai dengan irama. Ciri khas kesenian ini adalah tarian, cerita (dialog) dan berbalas pantun
dengan ungkapan - ungkapan yang lucu menggelikan dan penuh humor serta warna - warni pakaian yang
kontras membuat kesenian ini benar - benar mengasyikkan.
Rapai Pasai, yang diperagakan dengan alunan syair-syair yang agamais dan sakral dengan
komposisi rapai kecil di depan dan rapai ukuran besar digantung dibelakang. Rapai - rapai kecil sebagai
pendukung, seluruh permainannya berbaris melengkung dengan pakaian yang khas yang dipimpin oleh
seorang khalifah dengan penyajian syair yang sinkron dengan irama tabuhannya.
Rapai Daboh. Penampilan rapai daboih, titik utamanya adalah pada kemahiran spritual dalam
menggunakan senjata tajam dengan berbagai ketangkasan yang cukup menegangkan dan mendebarkan.
Pada rapai daboh yang dipertandingkan (Urouh) setiap pihak minimal satu kuru (12 rapai) dan maksimal 5
kuru (60 buah rapai). Pihak - pihak yang bertanding membentuk lingkaran dan diatara kedua pihak dibuat
tanda batas. Di tengah-tengah pemain ada seorang khalifah mengangkat tangan tinggi-tinggi, terdengarlah
teriakan melengking yang diikuti dengan suara tabuhan, secara serentak, yang dilanjutkan dengan zikee
(salam selamat datang). Pada saat - saat pukulan rapai dimulai cepat, tampilan para pemain debus dengan
kemahiran dan keberanian yang cukup tinggi dalam menggunakan senjata tajam dan membakar diri dengan
api yang membuat setiap penonton menahan nafas. Apabila ada pemain debus yang mengalami cedera atau
luka dalam atraksi tersebut, (karena kesalahan dalam memukul rapai, atau pihak lain yang ingin mencoba
ketinggian ilmunya) Khalifah akan segera turun tangan, dengan hanya menyapu bagian yang terluka dengan
tangan khalifah, darah akan segera berhenti mengalir dan dengan serta merta luka itupun lenyap seketika.
Pertunjukan bercanda dengan maut ini biasanya berlangsung sampai dini hari atau menjelang subuh.
32
Rapai Lagge, kesenian rapai tradisional ini berasal dari Kandang Kecamatan Muara Dua dan Paya
Bakong Kecamatan Matangkuli yang biasanya ditampilkan pada upacara-upacara adat, upacara resmi
pemerintah serta pada hari-hari besar Islam dan sebagai hiburan rakyat yang bersifat sosial. Pertunjukan
rapai ini dipimpin oleh syeh yang duduk berbaris diantara 12 prang penabuh, dengan pakaian khas rapai
yang berwarna kontras. Lagu atau syair yang dibawakan menyerupai syair seudati yang bertujuan untuk
membangkitkan semangat patriotisme, persatuan, gotong royong serta diiringi dengan pantun jenaka dan
terkadang romantis, namun tetap bernuansa agamais.
Bungong Seulanga adalah lagu daerah Aceh yang bersifat kreasi baru, lagu ini populer di
tengahmasyarakat Aceh dan diajarkan di sekolah-sekolah. Lagu ini dicipakan oleh A. Manua dan Anzib.
Bungong Seulanga dalam bahasa Indonesia adalah bunga kenanga, yang dalam budaya Aceh digemari oleh
para ibu dan gadis. Kemudian lagu lainnya yan g terkenal dari Aceh adalah Bungong Sie Yungyung, yang
kemudian dijadikan tajuk lagu dan tarian. Lagu ini dicipta oleh A. Manua tahun 1960-an Masih banyak
lagi seni pertunjukan yang terdapat di Aceh.
7. Sejarah dan Pembumian Islam dalam Masyarakat Melayu Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia
Dari semua pengaruh yang bertapak kuat dalam budaya Dunia Melayu adalah peradaban Islam.
Islam sendiri merupakan ajaran dalam bentuk wahyu Ilahi. Dalam keadaan sedemikian, ia bukan budaya
tetapi wahyu. Dalam bentuk aktivitas masyarakat Islam ia akan lahir sebagai sebuah peradaban
(tamadun) Islam, teramasuk dalam budaya Melayu.
Para pedagang Arab telah aktif mengadakan hubungan perdagangan dengan orang-orang di kepulauan
Nusantara sejak belum lahir dan turunnya agama Islam (Legge 1964:44) dan juga mungkin para nelayan
Melayu telah mengadakan hubungan persahabatan dengan orang-orang Arab sebelum datangnya agama
Islam. Setelah lahirnya agama Islam di Timur Tengah, agama ini menyebar secara luas di dunia,
termasuk ke Gujarat dan daerah Barat Laut India.
Islam yang masuk ke Asia Tenggara diperkirakan melalui baik langsung dari orang-orang Arab atau
dari India. Masuknya Islam yang berdensitas padat ke Asia Tenggara yang tercatat dalam sejarah adalah
pada abad ketiga belas. Marco Polo mencatat bahwa tahun 1292 di Sumatera Utara telah berdiri kerajaan
Islam yang ernama Perlak (Hill 1963:8). Dalam abad-abad ini Islam menyebar ke daerah lainnya. Pada
awal abad kelima belas, kerajaan Aru di pesisir timur Sumatera Utara merupakan suatu kerajaan yang
rakyatnya sebagian besar beragama Islam (Coedes 1968:235), sehingga Islam berpengaruh kuat sejak saat
ini.Bandar Melaka menjadi pusat perdagangan maritim, sekali gus sebagai pusat persebaran agama Islam
ke seluruh kepulauan di kawasan ini. Melaka merupakan bandar yang letaknya strategis dan tidak
memiliki saingan sehingga begitu maju (Sheppard 1972:14). Penguasa Melaka menganut Islam pada awal
dasawarsa abad kelima belas; sejak abad ini Melaka menjadi pusat dan persebaran Islam ke seluruh Asia
Tenggara (Hill 1968:213-214).
Islam di kawasan Sumatera, awalnya masuk di daerah Barus, pantai barat Sumatera. Islam yang masuk
ke kawasan ini diperkirakan langsung dari Timur Tengah, dan masuk di awal-awal abad hijriah atau abad
ke-7 Masehi. Berbagai peninggal artifak sejarah dapat dilacak di daerah tersebut. Saat itu, di Sumatera
Utara terdapat Kerajaan yang bertipe Hindu-Budha yang disebut Haru. Kemudian setelah mereka masuk
Islam, maka kerajaan ini berpilah-pilah menjadi beberapa kesultanan Islam seperti: Langkat, Deli, Serdang,
dan Asahan.
Selain itu, Islam masuk ke Indonesia pada akhir abad pertama hijriah dipantai-pantai Tanah Aceh
sepanjang Selat Malaka yang dibawa oleh para pedagang Arab dan Persia dalam perjalanan niaga menuju
ke Timur Jauh dan singgah di Tanah Aceh untuk berniaga serta memperbaiki kapal mereka. Pada akhir abad
kedua hijriah, barulah Islam secara terang-terangan di syiarkan oleh para pendakwah yang bertolak dari
Teluk Persia menyinggahi Teluk Kambey (India sekarang) dan mendarat di Bandar Perlak dalam tahun 173
hijriah. Pada tahun 225 H tepatnya pada hari Selasa tanggal 1 Muharram 225 H diproklamirkan Kerajaan
Islam Perlak sebagai Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara dengan raja pertamanya Sultan Alaidin
Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Setelah Kerajaan Islam Peureulak, barulah berdiri Kerajaan Islam
Samudera Pase, Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan-kerajaan Islam lainnya di seluruh Indonesia dan
33
Asia Tenggara. Berdasarkan naskah tua dan catatan-catatan sejarah, Kerajaan Aceh Darussalam dibangun
diatas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra
Purwa, Kerajaan Indra Patra dan Kerajaan Indra Pura.
Dari penemuan batu-batu nisan di Kampung Pande salah satu dari batu nisan tersebut terdapat batu
nisan Sultan Firman Syah cucu dari Sultan Johan Syah, maka terungkaplah keterangan bahwa Banda Aceh
adalah ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jum'at, tanggal 1 Ramadhan 601 H (22
April 1205 M) yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha
Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri. Tentang Kota Lamuri ada yang mengatakan ia adalah "Lam
Urik" sekarang terletak di Aceh Besar. Menurut Baloch dan Castle yang dimaksud dengan Lamuri adalah
"Lamreh" di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang). Sedangkan Istananya dibangun di tepi Kuala
Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande sekarang ini dengan nama Kandang Aceh.
Pada masa pemerintahan cucunya Sultan Alaidin Mahmud Syah, dibangun istana baru di seberang Kuala
Naga (Krueng Aceh) dengan nama Kuta Dalam Darud Dunia (dalam kawasan Meligoe Aceh atau Pendopo
Gubernur sekarang) dan beliau juga mendirikan Mesjid Djami Baiturrahman pada tahun 691 H.
Banda Aceh Darussalam sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan sekarang ini merupakan
ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah berusia 797 tahun (tahun 2002 M) merupakan salah satu
kota Islam Tertua di Asia Tenggara. Seiring dengan perkembangan zaman Kerajaan Aceh Darussalam
dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami zaman gemilang dan pernah pula mengalami masa-masa
suram yang menggentirkan. Adapun Masa gemilang Kerajaan Aceh Darussalam yaitu pada masa
pemerintahan Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah, Sultan Alaidin Abdul Qahhar (Al Qahhar), Sultan
Alaidin Iskandar Muda Meukuta Alam dan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin. Sedangkan masa percobaan
berat, pada masa Pemerintahan Ratu yaitu ketika golongan oposisi kaum wujudiyah berusaha merebut
kekuasaan menjadi gagal, maka mereka bertindak liar dengan membakar Kuta Dalam Darud Dunia, Mesjid
Djami Baiturrahman dan bangunan-bangunan lainnya dalam wilayah kota. Kemudian Banda Aceh
Darussalam menderita penghancuran pada waktu pecah perang saudara antara Sultan yang berkuasa dengan
adik-adiknya, peristiwa ini dilukiskan oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut
Muhammad. Masa yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam pada saat terjadi perang di jalan
Allah selama 70 tahun yang dilakukan oleh Sultan dan Rakyat Aceh sebagai jawaban atas "ultimatum"
Kerajaan Belanda yang bertanggal 26 Maret 1837. Dan yang lebih luka lagi setelah Banda Aceh
Darussalam menjadi puing dan di atas puing kota Islam yang tertua di Nusantara ini Belanda mendirikan
Kutaraja sebagai langkah awal Belanda dari usaha penghapusan dan penghancuran kegemilangan Kerajaaan
Aceh Darussalam dan ibukotanya Banda Aceh Darussalam.
Sejak itu ibukota Banda Aceh Darussalam diganti namanya oleh Gubernur Van Swieten ketika
penyerangan Agresi ke-2 Belanda pada Kerajaan Aceh Darussalam tanggal 24 Januari 1874 setelah berhasil
menduduki Istana yang telah menjadi puing-puing dengan sebuah proklamasinya yang berbunyi: Bahwa
Kerajaan Belanda dan Banda Aceh dinamainya dengan Kutaraja, yang kemudian disahkan oleh Gubernur
Jenderal di Batavia dengan beslit yang bertanggal 16 Maret 1874, semenjak saat itu resmilah Banda Aceh
Darussalam dikebumikan dan diatas pusaranya ditegaskan Kutaraja sebagai lambang dari kolonialisme.
Pergantian nama ini banyak terjadi pertentangan di kalangan para tentara Kolonial Belanda yang pernah
bertugas dan mereka beranggapan bahwa Van Swieten hanya mencari muka pada Kerajaan Belanda karena
telah berhasil menaklukkan para pejuang Aceh dan mereka meragukannya. Setelah 89 tahun Banda Aceh
Darussalam dikubur hidup-hidup dan Kutaraja dihidupkan, maka pada tahun 1963 Banda Aceh dihidupkan
kembali, hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9
Mei 1963 No. Des 52/1/43-43. Sejak tanggal tersebut resmilah Banda Aceh menjadi nama ibukota Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam bukan lagi Kutaraja sampai dengan sekarang ini.
Zaman keemasan Islam di Sumatera juga ditandai dengan munculnya para ulama Islam. Dari
Sumatera Utara adalah Hamzah Fansuri. Ia hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17.
Makamnya dapat dijumpai di Singkil sekitar 60 km dari kota Barus. Di Semenanjung Malaysia sendiri
Islam bertapak setelah wujudnya Kesultanan Melaka, yang didirikan oleh Paramesywara dari Sriwijaya.
Dari sini Islam menyebar ke seluruh Semananjung bahkan pengaruhnya terjadi juga di Sumatera.
34
Yang menarik Islam di Nusantara mengalami pembumian dengan asas nilai-nilai universal
kemanusiaan. Islam bersepadu dengan adat yang telah hidup sebelum masuknya Islam. Di dalam
masyarakat Melayu, asas Islam dalam kebudayaan dikonsepkan sebagai adat bersendikan syarak dan syarak
bersendikan kitabullah. Dalam konteks ini adat dalam budaya Melayu dipilah secara integral menjadi
empat stratifikasi, yaitu: (1) adat yang sebenar adat; (2) adat yang teradat, (3) adat yang diadatkan, dan (4)
adat-istiadat. Butir satu adalah hukum alam yang diatur oleh Allah S.W.T. misalnya adat api panas, adat
air membasahi, adat matahari terbit dari timur, dan lainnya. Butir kedua berkenaan dengan sistem
kepemimpinan mengikut Islam, yaitu pemimpin adalah mengemban tugas yang diberikan oleh rakyat, dan
ia wakil Tuhan di atas dunia. Butir ketiga adalah kebiasaan yang ama-lama masuk menjadi bagian adat.
Butir yang terakhir biasanya dihubungkan dengan upacara-upacara dalam kebudayaan Melayu. Islam
dalam masyarakat Melayu ini mengalami pembumian secara berangsur-angsur. Islam diterima sebagai asas
yang paling universal dalam rangka kehidupan berbudaya dan bertamadun.
Menurut Husni (1986) adat pada etnik Melayu tercakup ke dalam empat ragam, yaitu: (1) adat yang
sebenar adat, (2) adat yang diadatkan, (3) adat yang teradat, dan (4) adat istiadat. Adat yang sebenar adat
adalah apabila menurut waktu dan keadaan, jika dikurangi akan merusak, jika dilebihi akan mubazir (sia-
sia). Proses ini berdasar kepada: (a) hati nurani manusia budiman, yang tercermin dalam ajaran adat:
Pisang emas bawa berlayar, masak sebiji di dalam peti, hutang emas dapat dibayar, hutang budi dibawa
mati. (b) Kebenaran yang sungguh ikhlas, dengan berdasar kepada: berbuat karena Allah bukan karena
ulah; (c) keputusan yang berpadan, dengan berdasar kepada: hidup sandar-menyandar, pisang seikat
digulai sebelanga, dimakan bersama-sama, yang benar harus dibenarkan, yang salah disalahkan. Adat
murai berkicau, tak mungkin menguak. Adat lembu menguak, tak mungkin berkicau. Adat sebenar adat
ini menurut konsep etnosains etnik Melayu adalah: penuh tidak melimpah, berisi tidak kurang, yang besar
dibesarkan, yang tua dihormati, yang kecil disayangi, yang sakit diobati, yang bodoh diajari, yang benar
diberi hak, yang kuat tidak melanda, yang tinggi tidak menghimpit, yang pintar tidak menipu, hidup
berpatutan, makan berpadanan. Jadi ringkasnya, hidup itu seharusnya harmonis, baik mencakup diri
sendiri, seluruh negara, dan lingkungan hidupnya. Tak ada hidup yang tak bernafsi-nafsi. Inilah adat yang
tak boleh berubah.
(2) Adat yang diadatkan adalah adat itu bekerja pada suatu landasan tertentu, menurut mufakat dari
penduduk daerah tersebut, kemudian pelaksanaannya diserahkan oleh rakyat kepada yang dipercayai
mereka. Sebagai pemangku adat adalah seorang raja atau penghulu. Pelaksanaan adat ini wujudnya
adalah untuk kebahagiaan penduduk, baik lahir maupun batin, dunia dan akhirat, pada saat itu dan saat
yang akan datang. Tiap-tiap negeri mempunyai situasi yangberbeda dengan negeri lainnya, lain lubuklain
ikannya, lain padang lain belalangnya. Perbedaan keadaan, tempat, dan kemajuan sesuatu negeri itu
membawa resam dan adatnya sendiri, yang sesuai dengan kehenmdak rakyatnya, yang diwarisi dari
leluhur. Perbedaan itu hanyalah lahirnya saja, tidak dalam hakikinya. Adat yang diadatkan ini adalah
sesuatu yang telah diterima untuk menjadi kebiasaan atau peraturan yang diperbuat bersama atas
mufakat menurutukuran yang patut dan benar, yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa secara fleksibel.
Dasar dari adat yang diadatkan ini adalah penuh tidak melimpah, berisi tidak kurang, terapung tidak
hanyut, terendam tidak basah.
(3) Adat yang teradat adalah kebiasaan-kebiasaan yang secara berangsur-angsur atau cepat menjadi
adat. Sesuai dengan pepatah: sekali air bah, sekali tepian berpindah, sekali zaman beredar, sekali adat
berkisar. Walau terjadi perubahan adat itu, inti adat tidak akan lenyap: adat pasang turun naik, adat api
panas, dalam gerak berseimbangan, antara akhlak dan pengetahuan. Perubahan itu hanya terjadi dalam
bentuk ragam, bukan dalam hakiki dan tujuan semula. Umpamanya jika dahulu orang memakai tengkuluk
atau ikat kepala dalam suatu perhelatan, kemudian sekarang memakai kopiah itu menjadi pakaian yang
teradat. Dalam konteks tenunan songket, tengkuluk dan kopiah sampai saat ini sama-sama diproduksi di
Batubara. Jika dahulu berjalan berkeris atau disertai pengiring, sekarang tidak lagi. Jika dahulu warna
kuning hanya raja yang boleh memakainya, sekarang siapa pun boleh memakainya, termasuk songketnya.
Apalagi secara struktural, kesultanan-kesultanan di Sumatera Utara, mengalami degradasi sejak awal
Republik Indonesia merdeka.
(4) Adat istiadat adalah kumpulan dari berbagai kebiasaan, yang lebih banyak diartikan tertuju kepada
upacara khusus seperti adat: perkawinan, penobatan raja, dan pemakaman raja. Jika adat saja maka
35
kecenderungan pengertiannya adalah sebagai himpunan hukum, misalnya: hukum ulayat, hak azasi, dan
lainnya. Dengan demikian terjadi proses yang menarik antara ajaran Islam yang universal serta
pembumiannya di Nusantara.
7. Kerjasama Pariwisata, Seni, dan Agama
Setelah kita lihat bagaimana kekayaan dankhasanah pariwisata, seni, dan agama Islam pada
masyarakat Melayu di Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia. Maka diperlukan kerjasama di semua bidang
budaya termasuk tiga bidang tersebut. Adapun kerjasama ini berasas kepada pemikiran keagamaan Islam
dan budaya. Bahwa Islam itu adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh semesta alam), begitu juga
Islam menganjurkan hubungan yang bersifat ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah.
Kerjasama di tiga bidang tersebut, sangat berkaitan erat dengan tingkat hidup dan perekonomian
masyarakat di Indonesia dan Malaysia, yang dapat dilihat dari pendapatan per kapitanya. Semakin bersar
pendapatan per kapita maka paling tidak menimbulkan keinginan kuat untuk saling berkunjung dalam
konteks dunia wisata di Indonesia dan Malaysia. Selain itu juga faktor keamanan yang kondusif akan
menimbulkan iklim pariwisata yang baik. Seperti diketahui bahwa Indonesia dan Malaysia termasuk
anggota teras dan berwibawa di dalam persatuan ASEAN (Association of Southeast Asia Nations). Begitu
juga keanggotaannya dalam APEC atau AFTA, yang memainkan peran besar bagi pertumbuhan ekonomi di
antara negara-negara dunia. Indonesia dan Malaysia juga dalam merespons situasi ekonomi global yang
tidak kondusif dan berfluktuasi, telah menggagas dipergunakannya mata uang ASEAN, atau memakai mata
uang dinar dan dirham. Sebaiknya pula perekonomian kedua negera tidak didikte oleh kekuatan global
yang ingin memeras sumber daya alam Indonesia dan Malaysia dengan berbagai pinjaman yang sebenarnya
adalah teknik menguasai, melalui berbagai lembaganya, baik dalam tingkat internasional maupun regional.
Karena bagaimanapun bangsa yang kuat adalah bangsa yang mandiri dan tidak didikte oleh bangsa lainnya,
semangat menentang penjajahan dapat terus diaplikasikan hingga kini tentunya. Indonesia dan memerlukan
Sukarno dan Mahathir baru dalam hal ini.
Selain itu persamaan dalam hal budaya dan agama menjadi isu dan sentimen positif dalam
kerjasama di tiga bidang tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa antara Sumatera Utara, Aceh, dan
Malaysia, secara historis adalah sebuah kawasan yang memiliki satu kesatuan budaya dan agama. Hanya
karena faktor politik dan nasionalisme, keduanya dipisahkan oleh sebuah negara bangsa oleh penjajah. Kini
diperlukan sikap dan kesadaran bahwa kita adalah saudara yang wajib saling menolog di berbagai bidang
kehidpan. Meski berada dalam dua negara namun kita berada dalam satu ukhuwah dan satu budaya yang
sama. Kesadaran ini apabila terpupuk dengan baik akan menimbulkan sikap saling percaya dan saling
membantu di semua strata kehidupan termasuk kerjasama bidang pariwisata, seni, dan agama.
Sebaiknya kerjasama pada ketiga bidang tersebut meliputi antar pemerintah Indonesia dan Malaysia
(Governmet to Government, G to G) dan juga antara lembaga swadaya masyarakat (LSM atau NGO), serta
yang paling penting antara rakyat di kedua negara. Pemerintah Indonesia memiliki Departemen Seni,
Budaya, dan Pariwisata, demikian juga pemerintah Malaysia memiliki Kementerian Perpelancongan.
Secara konseptual kedua departemen di dua negera ini telah melakukan kerjasama dalam memorandum
persepahaman (memorandum saling pengertian) terutama di sektor pariwisata. Aplikasi kerjasama tersebut
mislanya beberapa konglomerat Malaysia menanamkan modal atau sahamnya di sektor pariwisataatau
sebaliknya tenaga-tenaga ahli dan pemikir dari Indonesia mengembangkan sarana dan prasarana pariwisata
di Malaysia. Selain itu diperlukan promosi-promosi pariwisata di tingkat grass root baik di Malaysia
maupun Sumatera Utara dan Aceh. Selama ini kerja tersebut dilakukan oleh biro-biro perjalanan wisata di
kedua negara. Dalam hal ini Malaysia telah menciptakan video compact disk (VCD), Malaysia Truly Asia
dalam durasi 12 menit dalam versi Inggeris dan Melayu, dalam jenis video PAL, yang ditaja oleh Tourism
Malaysia. Begitu juga Indoenesia mengeluarkan video compact disk yang berajuk Indonesia, yang
mengenalkan kebudayaan Indonesia secara umum.
Pariwisata dengan perdagangan juga memainkan peranan yang penting bagi Dunia Melayu
Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia. Kini kondisi Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia telah aman untuk
mengaktifkan perdagangan. Aceh dengan berbagai potensi alamnya sangat tepat untuk dibangun kembali
36
daerah-daerahnya apakah itu agroindustri, perumahan, kerajinan tangan, dan lain-lainnya. Demikian juga
Sumatera Utara maupun Malaysia membuka lebar saham dari luar negeri maupun dalam negeri untuk
perdagangan ini. Selanjutnya dengan meningkatnya arus perdagangan maka dengan sendirinya sektor
pariwisata akan mengalami peningkatan.
Kerjasama lainnya antara daerah Melayu tersebut adalah saling menukarkan informasi pariwisata
dan diinformasikan melalui media teknologi seperti situs internet, media massa seperti televisi, radio,
majalah, harian, dan lainnya. Selain itu perlu juga diinformasikan daerah-daerah tujuan wisata baru di
masing-masing daerah. Kerjasama ini dapat pula ditambah ntensitasnya dengan diadakannya perstiwa-
peristiwa budaya yang sifatnya kontinu dan menjadi kalender pariwisata baik di tingkat nasional, regional,
maupun internasional.
Pariwisata alam menjadi modal utama di negeri-neegri Dunia Melayu. Selain itu dapat dilakukan
kerjasama pariwisata agama, misalnya dengan mengunjungi tempat-tempat sejarah Islam seperti mesjid,
surau, makam, situs, yang mengadungi sejarah Islam, seperti sudah dipaparkan sebelumnya. Pariwisata
indutri juga dpat dilakukan pada saat sekarang ini, misalnya tempat-tempat industri seperi Arun, Exonn
Mobil, pembuatan jam tangan di Penang, pembuatan Proton di Malaysia, industri rumah tangga di Pasar
Bengkel Perbaungan Sumatera Utara, dan lain-lainnya.
Di bidang kesenian, kerjasama pariwisata dapat melibatkan dunia seni. Adapun peristiwa-peristiwa
budaya yang menjadi andalah dunia wisata di Sumatera Utara di antaranya adalah: Pesta Rakyat danau
Toba, yang diselenggarakan sekali setahun, berpusat di Danau Toba. Kemudian Pesta Budaya melayu yang
sejak 1998 telah mengalami “mati suri,” yang sudah saatnya untuk dihidupkan kembali. Begitu juga
dengan Pesta Bunga di Tanah Karo yang berpusat di Berastagi dan dilaksanakan tahunan, dan peristiwa
budaya ini memiliki kaitan historis dan kultural dengan budaya masyarakat Melayu di Sumatera Utara. Di
Aceh ada pula Pesta Seni Aceh, dan lain-lainnya, yang mungkin dalam masa mendatang perlu
dikembangkan lagi seiring dengan rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh pasca tsunami. Di Malaysia ada Pesta
Gendang Nusantara (PGN) yang dilaksanakan secara tahunan sejak 1995 hingga kini, mengumpulkan
seniman dan budayawan Melayu Asia Tenggara, bahkan dibantu oleh CIOFF (Lembaga Tradisi Lisan) yang
mendatangkan budayawan dan seniman dari Uzbekistan dan China, dalam beberapa kali persembahannya.
Atraksi budaya ini sepenuhnya dilakukan oleh Pemerintah Negeri Melaka (melalui Majlis Bandaraya
melaka Bersejarah)yang mengundang para seniman dari neegri-negeri di Dunia Melayu, dengan
kerjasama yang baik. Begitu pula dengan Pesta Muzik Rakyat yang dilakukan oleh Majlis Bandaraya Shah
Alam, meskipun baru dilakukan dua kali, kegiatan ini perlu untuk dilakukan kembali. Selain itu di
Kelantan ada Festival Gendang, yang dilakukan secara tahunan, dan mandapat sambutan yang meriah di
seantero kawasan ini. Begitu juga dengan Festival Zapin Nusantara yang secara tahunan diselenggarakan di
Negeri Johor Malaysia, mendapatkan sambutan hangat di kalangan seniman dan masyarakat pendudkung
budaya Melayu di rantau ini.
Kerjasama di bidang seni dapat dilakukan melalui saling memberikan pelatihan seni antara
kawasan Dunia Melayu seperti di atas. Misalnya seniman Melayu Sumatera Utara dapat memberikan
pelatihan seni serampang dua belas, hadrah, sinandong, didong, dan lainnya di Malaysia dan Aceh. Atau
sebaliknya para seniman Aceh melakukan pelatihan berbagai seni dari Aceh seperti seurune Kale, rapa’i
(dengan berbagai genrenya), tari puket, dan lainnya kepaa seniman di Sumatera Utara atau Malaysia.
Begitu juga para seniman Malaysia melakukan pelatihan di Sumatera Utara atau di Aceh dengan materi seni
seperti dondang sayang, zapin, mekyong, jikei, dan lain-lainnya yang kahs dari kawasan itu. Guna dari
saling penukaran seni ini adalah selaras dengan konsep kebudayaan di Malaysia dan Indonesiabahwa kita
satu rumpun budaya dan saling memiliki bersama, tidak terkotak dalam pengertian negara bangsa yang
sempit.
Kerjasama lainnya adalah pentingnya bidang seni ini dihayati dan diamalkan oleh masyarakat
pendukungnya. Untuk itu diperlukan dokumentasi, analisis, dan kajian di berbagai tingkat pendidikan
formal maupun nonformal. Di Sumatera Utara ada Sekolah Menengah Musik Negeri (SMMN) di Medan,
begitu juga Sekolah Menengah Kesenian Indonesia (SMKI) di Tanjungmorawauntuk tingkat sekolah
menengah. Di tingkat Perguruan Tinggi ada Departemen Etnomusikologi di Fakultas Sastra Universitas
37
Sumatera Utara, Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik di Universitas Negeri Medan (Unimed), Fakultas
Kesenian Universitas HKBP Nommensen. Sementara itu di Malaysia ada beberapa sekolah yang
membidangi seni seperti Seni Persembahan di Unioversiti Sains Malaysia, Pusat Kebudayaan Universiti
Malaya, dan lainnya. Hendaknya dilakukan kerjasama di antara institusi perguruan tinggi yang mengasuh
kajian seni ini di Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia. Kerjasama itu bisa berupa pertunjukan bersama,
penelitian bersama, menulis buku bersama, penciptaan seni bersama, dan lain-lainnya. Perlu juga
dikembangkan metode dan teori yang selain diadopsi dari ilmu-imu seni di Dunia Barat juga diambil dari
keraifan berpikir masyarakat Melayu rantau ini, seperti misalnya teori etnosains seni, estetika, norma adat
dalam seni, dan lain-lainnya untuk memperkuat identitas kemelayuan kita.
Kerjasama di bidang seni adalah memberikan enkulturasi kebudayaan tradisi Melayu kita kepada
generasi muda sebagai penerus cita-cita dan pelaku budaya Melayu. Untuk itu diperlukan perhatian setiap
keluarga Melayu di kawasan ini untuk mendidik anak-anaknya mengikut cara berpikir Melayu yang Islami.
Selain sekolah formal, boleh saja dimasukkan ke pengajian, madrasah Islam, majlis taklim, dan lain-lainnya
yang sejenis untuk membentuk kepribadian yang hanya menakui ketuhanan Allah saja. Kegiatan seni dapat
juga dilakukan di pengajian, meunasah, surau, mesjid, pesantren, dan yang terutama benteng utama adalah
keluarga.
Kerjasama di bidang seni lainnya adalah pertunjukan bersama di media-media massa seperti radio
dan televisi, dalam acara-acara seperti yang selama ini telah dilakukan, misalnya muhibah bersama, acara
berita Malaysia dan Indonesia kerjasama antara Rajawali Televisi Indonesia dan Televisi 3 Malaysia.
Begitu pula perlu ditumbuhkan sikap perlunya pertunjukan budaya yang berasas budaya Melayu di berbagai
media massa di Malaysia dan Indonesiabukan mengutamakan bisnis dan rating serta mendahulukan
siaran budaya lain. Lihat berapa persen saja siaran berunsur Indonesia di Indovision, atau siaran berunsur
Melayu di Astro. Ini menunjukkan masih kurang tanggapnya pengelola media akan perlunya jatidiri dan
budaya tempatan sebagai modal dasar pembangunan
Untuk mencegah pembajakan (cetak rompak) terhadap hasil seni, selayaknya para seniman atau
manajer seni di kedua negara bekerjasama menumpas para pembajak indstri seni ini bekerjasama dengan
aparat keamanan dan yang terpenting adalah penyadaran masyarakat penggunan atau konsumen produksi
seni untuk membeli produksi asli yang sekaligus sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan dan
penghormatan karya artis dan pada gilirannya adalah mengembangkan budaya Melayu rantau ini. Hasil
industri budaya tidak jatuh kepada tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab hanya menjadi benalu atau
parasit saja. Begitu juga dengan seni rupa, perlu adanya kerjasama antara seniman, kurator, masyarakat
pendukung seni rupa di kedua negara. Berbagai galeri di Malaysia dan Indonesia harus bahu-membahu
bekerjasama menangkal gerakan pencurian ataupun pemalsuan karya-karya seni. Demikian sekilas gagasan
kerjasama di bidang sen.
Kerjasama di bidang agama, tentu saja berasas kepada ajaran-ajaran agama Islam. Bahwa umat
Islam di seluruh dunia adalah secara otomatis menjadi satu saudara, apakah ia memilii ras Arab, Turki,
Persia, Kurdi, Benggali, Tamil, Melayu, dan lainnya. Islam memandang bahwa mereka semua adalah
kodrat dari Allah yang menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa, untuk saling kenal-mengenal
sesamanyadan yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang beriman, yang penentuannya mutlak
hanya oleh Allah. Renungkan Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13:
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami
menjadikan kamu bangsa dan puak supaya kamu berkenal-kenalan, sesungguhnya semulia-mulia kamu di
sisi Allah ialah orang ang bertakwa di antara kamu.”
38
Bagi masyarakat Melayu, keadaan lingkungannya juga mengharuskan ia berinteraksi dengan berbagai ras,
misalnya India, China, Orang Asli, dan Dayak, di Malaysia. Di Indonesia, ras Melayu itu sendiri terdiri dari
berbagai suku bangsa yang tergolong dalam ras Melayu Muda dan ras Melayu Tua. Selain itu juga terdapat
ras Melanesia yang bermukim di Pulau Papaua sebelah timur Indonesia. Kerjsama di bidang agama Islam
tentu harus memperhatikan keanekaragaman ini, selain itu diperlukan dakwah bagi orang-orang yang belum
mengenal Islam. Karena bagaimanapun sebenarnya setiap muslim adalah pendakwah, sampaikan walau satu
ayat sekali pun.
Selain itu aspek takwa dan jalan kebenaran dianjurkan bagi setiap orang yang beriman untuk
memperoleh kejayaan, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Alma’idah ayat 35:
Artinnya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang boleh
menyampaikan kepadaNya (dengan mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya); dan berjuanglah
pada jalan Allah (untuk menegakkan Islam) supaya kamu beroleh kejayaan.
Antara institusi-institusi pengkajian Islam, seperti Institut Agama Islam di berbagai Perguruan
Tinggi di Indonesia, begitu juga pengajian Islam di berbagai perguruan tinggi di Malaysia perlu
bekerjasama, memberikan data-data perkembangan pengajian Islam di kedua negara. Begitu juga
penerbitan buku, Al-Quran dan tafsirnya, Hadits, serta nilai-nilai Islam yang terserap dalam masyarakat
Melayu sekarang ini. Begitu juga perlunya pengkajian dan pengawalan Islam dari sudut pendistorsian (atau
di Indonesia dikenal aliran sesat).
Di awal abad ke-21 ini, isu terorisme oleh bangsa-bangsa Barat selalu dilabelkan secara
serampangan dan tak bertanggung jawab kepada umat Islam di dunia. Bahkan isu ini menjadi topik utama
pemerintahan Barat sekarang. Malaysia dan Indonesia selain dianggap sebagai kawasan Islam dengan
terorisme juga terkena dampak terorisme itu sendiri. Hal ini perlu dibincangkan oleh para ulama dan umara
di Indonesia dan Malaysia, bagaimana menrespons isu tersebut. Bahwa Islam adalah agama perdamaian,
integritas, menghargai nyawa manusia, bukan sembarangan membunuh orang, dan sebagainya.
Bagaimanapun terorisme adalah respons sebilangan kecil dari milyardan umat Islam dalam menentang
ketidakadilan dunia, meskipun demikian masyarakat Islam seluruh dunia tidak setuju dengan cara-cara
kekerasan, yang justeru memojokkan umat Islam itu sendiri. Yang diperlukan adalah strategi yang cerdik,
memiliki visi, seperti yang selalu dikemukakan oleh Saidina Ali R.A. Begitu juga diplomasi dan perang
yang selama ini diterapkan oleh Rasulullah. Kerjasama membahas hal ini merupakan isu yang segera
dituntaskan oleh umat Islam sedunia khususnya kawasan ini. Begitu pula dengan berdalih terorisme sebuah
negara adidaya ingin mengurusi selat Melaka yang selama ini adalah sebagai bagian dari kedaulatan
Malaysia dan Indonesia. Tentu dalam hal ini tampak inginnya berbagai pihak asing ingin menguasai jalur
dan jantung perekonomian di kedua negara, dan ini juga menjadi isu agama di kawasan ini.
Selain itu, pada masa sekarang ini Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah menjadi salah satu
kawasan yang menerapkan syariat Islam, yang dipercayai oleh masyarakat Islam di kawasan ini akan
menjadikan Aceh sebagai sebuah kawasan yang makmur, adil, sejahtera, dan bermartabat di bawah
bimbingan ajaran Allah melalui syariat (kanun). Penerapan ini menjadi salah satu contoh pengislaman
secara kafah negeri-negeri muslim di Asia Tenggara. Mungkin berikutnya adalah Kabupaten Bulukumba di
Sulawesi, Provinsi Banten, Provinsi Sumatera Barat, dan lain-lainnya. Dalam hal ini juga para ulama dan
umara di kedua negara dapat duduk bersama membicarakan syariat Islam dalam konteks kenegaraan dan
yang lebih luas ukhuwah Islamiyah.
Begitu juga pembumian Islam di kawasan ini menjadi salah satu isu kerja sama yang menarik untuk
dibahas dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat di kedua negara, khsusnya Melayu
Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia. Isu adat bersendikan syarak-syarak bersendikan Kitabullah, atau di
39
Aceh adat bak peuteumeruhom, hukom bak syiah kuala, adat ngon hukom bak zat ngon sipatperlu
dibincangkan dan diberih roh intiqat kemasakinian yang lebih kompleks. Bagaimana konsep tersebut dapat
mengatasi globalisme budaya sekuler, menjaukan manusia dari Tuhannya, tmbuhnya hedonisme di seluruh
dunia, dan lain-lainnya. Bagaimana nenek moyang kita dahulu kala merespons perubahan-perubahan
melalui Islam dan adat secara bersepadu, kita perlu meneladaninya masa kini dan diteruskan kepada
generasi kita yang akan datang. Ini sebuah gagasan yang menarik untuk dikaji dan dilaksanakan
mengharungi dunia yang semakin tua dan panas.
Kerjasama lainnya tentu saja bagaimana menyatukan berbagai visi yang sama antara berbagai faksi
Islam di Asia Tenggara. Kita tahu bahwa sebagian besar muslim di kawasan ini berdasar pada mazhab
Syafi’i—namun berbagai organisasi keagamaan baik secara langsung atau tidak memberikan dampak
semakin berkurangnya rasa integritas dan persatuan antara umat Islam di Asia Tenggara. Mereka ada yang
masuk ke dalam organisasi Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Alwashliyah, dan lain-lainnya. Demikian
pula dalam berpolitik mereka ada yang masuk ke dalam partai-partai yang berasaskan Islam, namun banyak
juga yang masuk ke dalam partai partai berasaskan nasionalis, atau kadang nasonalis-religius, atau
nasionalis-sekuler. Di Malaysia ada UMNO (United Malay Nation Organizations) dan ada pula PAS (Parti
Ugama Islam Se Malaysia), dahulu ada Semangat 46, dan lain-lainnya. Hendaknya setiap kubu ini
menyadari lebih pentingnya ukhuwah Islamiyah yang lebih luas. Kerja sama yang bermanfaat misalnya
penetapan secara bersama jatuhnya hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, untuk masyarakat muslim Asia
Tenggara. Begitu pula diperlukan kerjasama antara Majlis Ulama Indonesia dengan Majlis Ulama Malaysia
dan Majlis Ulama Singapura, untuk menentukan sikap dan memberikan pencerahan serta ketauladanan
kepada masyarakat muslim di masing-masing negara untuk merespons berbagai isu-isu utama Islam.
8. Penutup
Bahwasanya masyarakat Dunia Melayu di Sumatera Utara, Aceh, dan Malaysia memiliki akar
budaya dan sejarah yang sama sejak awal. Mereka juga memiliki budaya yang saling memakai dan
meminjamkan. Mereka memiliki hubungan kekeluargaan. Namun selepas pertengahan abad ke-20 mereka
merdeka dalam arti fisik dari penjajahan dan menjadi dua negara yang seakan-akan terpisahnamun dalam
perasaan bersatu dalam Dunia Melayu. Kini mereka menghadapi cabaran globalisme, termasuk di dalamnya
di bidang pariwisata, seni, dan agama Islam. Diperlukan kerjasama masyarakat rantau ini dalam
menemukan dan mengarahkan jati dirinya di bawah lindungan Allah. Usikum wanafsi bitaquallah, billahi
taufik walhidayah wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Padangbulan, Medan, November 2005.
Daftar Pustaka
Alfian (ed.), 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia.
Bakar, Abdul Latiff Abu, 2005. “Menghayati Puisi Melayu sebagai Jati Diri Warga Malaysia.” Kertas kerja
pada Syarahan Perdana di Jabatan Pengajian Media, Universiti Malaya.
Blagden, C.O., 1899. "The Name Melayu", Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society.
Borhan, Zainal Abidin, 2004. “Pandangan dan Visi Pertubuhan Bukan Kerajaan terhadap Permasalahan
Bangsa dan Kebudayaan Melayu Mutakhir, 10-13 September, sempena Kongres Kebudayaan
Melayu di Johor Bahru.
Hall, D.G.E., 1968. A History of South-East Asia. St. Martin Press, New York.
Garraghan, GilbertJ., S.J. 1957. A Guide o Historical Method. New York: Fordam University Press.
Geldern, Robert Heine. 1972. Konsep tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Jakarta:
Rajawali Press.
Gillin, G.L. dan J.P. Gillin. 1954. For a Science of Social Man. New York: McMillan.
40
Goldsworthy, David J., 1979. Melayu Music of North Sumatra: Continuities and Changes. Sydney:
Disertasi Doktoral Monash University.
Hamzah, Mohd. Zain Hj., 1961. Pengolahan Muzik dan Tari Melayu. Singapura: Dewan Bahasa dan
Kebudayaan Kebangsaan.
Hill, A.H., 1968. "The Coming of Islam to North Sumatra," Journal of Southeast Asian History, 4(1).
Kadir, Wan Abdul, 1988. Budaya Popular dalam Masyarakat Melayu Bandaran. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Koentjaraningrat, 1974. Kebudayaan, Mentaliteit, dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia.
---------------------, 1980a. Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta: Rineka Cistra.
---------------------, 1980b. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru.
---------------------, (ed.), 1980c. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
---------------------, (ed.), 1985. “Konsep Kebudayaan Nasional.” dalam Persepsi Masyarakat tentang
Kebudayaan. Alfian (ed.). Jakarta: Gramedia.
Legge, J.D., 1964. Indonesia. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Narrol,R., 1965. "Ethnic Unit Classification," Current Anthropology, volume 5, No. 4.
Nasharuddin, Mohammed Ghouse, 2000. Teater Tradisional Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka.
Nettl, Bruno, 1973. Folk and Traditional of Western Continents, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice
Hall.
Nor, Mohd Anis Md., 1995. "Lenggang dan Liuk dalam Tari Pergaulan Melayu," Tirai Panggung, jilid 1,
nomor 1.
Radcliffe-Brown, A.R., 1952. Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free Press Sheppard,
Mubin, 1972. Taman Indera: Malay Decorative Arts and Pastimes. London: Oxford University
Press.
Sinar, Tengku Luckman, 1971. Sari Sejarah Serdang. Medan: t.p.
Sinar, Tengku Luckman, 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: Perwira.
Sinar, Tengku Luckman, 1994. Jatidiri Melayu. Medan: Majlis Adat Budaya Melayu Indonesia.
Swettenham, F.A., 1895. Malay Sketches. London: t.p.
Wilkinson, R.J., 1959. A Malay-English Dictioary (Romanised). London: Macmillan.
Yoshiyuki, Tsurumi, 1981. Malaka Monogatari: Sebuah Kisah di Melaka. Tokyo: Jiji Tsuushinsa.
Zam, Ku Zam, 1980. "Muzik Tradisional Melayu Kedah Utara: Ensembel-ensembel Wayang Kulit, Mek
Mulung dan Gendang Keling dengan Tumpuan kepada Alat-alat, Pemuzik-pemuzik dan Fungsi."
Tesis Sarjana, Jabatan Pengajian Melayu, Universiti Malaya.
Situs Internet
www.kompas.co.id/kompas-cetak/0506/11/wisata/1793918.htm
www.tourism.gov.my/europ/destinations/defauls.asp
www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2004/0607/wis01.html
www.kompas.co.od/kompas-cetak/0305/08/wisata/300378.htm dengan penulis
Robert Asdhi KSP “The Trully Asia Mencari Pasar Indonesia,” Kamis, 8 Mei 2003.
www. Geocities.com/Tokyo/2439/iludic1.htm
www.acehutara.go.id
www.acehtengah.go.id
www.acehselatan.go.id
www.nad.go.id
www.tourism.gov.my
www.bainkofomsumut.go.id/tourism04/php
41
Tentang Penulis
Muhammad Takari, Dosen Fakultas Sastra USU, lahir pada tanggal 21 Desember 1965 di Labuhanbatu. Menamatkan
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas di Labuhanbatu. Tahun 1990 menamatkan
studi sarjana seninya di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya tahun 1998
menamatkan studi magister humaniora pada Program Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Sekarang sedang studi S-3 Pengajian Media Komunikasi di Universiti Malaya, Malaysia. Aktif
sebagai dosen, peneliti, penulis di berbagai media dan jurnal dalam dan luar negeri. Juga sebagai seniman khususnya
musik Sumatera Utara, dalam rangka kunjungan budaya dan seni ke luar negeri. Kini juga sebagai Staf Ahli Dekan
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kantor: Jalan Universitas No. 19 Medan, 20155, telefon/fax.:
(061)8215956. Rumah: Tanjungmorawa, Bangunrejo, Ds I, No. 40/3, Deliserdang, 20336, e-mail:
42
BUDAYA MASYARAKAT MELAYU SUMATERA UTARA,
ACEH, DAN SEMENANJUNG MALAYSIA:
KERJASAMA PARIWISATA, SENI, DAN AGAMA
Makalah pada Diskusi Panel Dialog Utara XI
di Lhokseumawe
Nanggroe Aceh Darussalam
Muhammad Takari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
INDONESIA
UNIVERSITI MALAYA
KUALA LUMPUR
MALAYSIA
2005
43
METODOLOGI PENELITIAN MUSIKOLOGI
DALAM KONTEKS BERBAGAI DISIPLIN SENI
Makalah pada Seminar Metodologi Penelitian Musik
pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang, Sumatera Barat,
26-27 Desember 2005
Muhammad Takari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
INDONESIA
UNIVERSITI MALAYA
KUALA LUMPUR
MALAYSIA
2005