MASYARAKAT DAN KESENIAN KALIMANTAN
Pengantar
Kalimantan atau yang lazim disebut dengan Borneo adalah sebuah pulau terbesar di Nusantara selain pulau Papua. Istilah Kalimantan adalah berasal dari bahasa Melayu Banjar yaitu dari dua suku kata kali yang artinya sungai dan mantan atau penganten yang artinya adalah mempelai. Jadi secara harfiah Kalimantan artinya sungai tempat berlayarnya sepasang pengantin. Makna ini memberikan pengertian bahwa sungai merupakan urat nadi utama di pulau besar ini dalam rangka kegiatan ekonomi dan transportasi.
Secara umum, kalau kita membicarakan Kalimantan, tentu yang terbayang dalam benak kita adalah suku bangsa yang mendiaminya adalah orang Melayu dan Dayak. Ini adalah pandangan umum kita secara sekilas saja. Namun jika diperhatikan lebih rinci, orang Melayu pun terdiri lagi dari beberapa puaknya seperti Banjar, Kutai, Mahakam, dan seterusnya. Begitu juga dengan Dayak yang terdiri dari ratusan suku lagi seperti: Suku Kenyah, Suku Modang, Suku Muruts, Suku Badat, Suku Barai, Suku Bangau, Suku Bukat, Suku Galik, Suku Gun, Suku Jangkang, Suku Kalis, Suku Kayan, Suku Kayanan, Suku Kede, Suku Keramai, Suku Klemantan, Suku Pos, Suku Punti, Suku Randuk, Suku Ribun, Suku Cempedek, Suku Dalam, Suku Darok, Suku Kopak, Suku Koyon, Suku Lara, Suku Senunang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di samping itu, sesuai dengan peredaran masa, maka etnik-etnik pendatang juga memperlihatkan geliat eksistensinya. Suku-suku seperti Jawa, Bugis, Makassar, Madura, Tionghoa, telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kebudayaan di Kalimantan ini. Bagaimana struktur masyarakat dan kesenian di Kalimantan, mari kita lihat sesuai dengan uraian berikut ini.
Kalimantan Barat
Dalam konteks pemerintahan di Kalimantan Barat, maka tanggal penting adalah 1 Januari 1957 (hari jadi), ibukotanya Pontianak, luas keseluruhan adalah 146.807 km², jumlah penduduk adalah 4.073.304 jiwa (berdasarkan sensus 2004), jumlah kabupaten 10, jumlah pemerintahan kota 2, jumlah kecamatan 136, dan jumlah kelurahan/desa 1445. Suku-suku bangsa di Kalimantan Barat adalah: Suku Melayu , Suku Dayak, Suku Tionghoa, Suku Jawa, Suku Madura, Suku Bugis. Adapun agama yang dianut penduduknya adalah: Agama Islam (57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%). Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Dayak, dan Bahasa Tionghoa. Zona waktunya adalah Waktu Indonesai Babian Barat. Lagu daerah Cik Cik Periok (www.kalbar.go.id).
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan, dan beribukotakan Pontianak. Secara geografis, Provinsi Kalimantan Barat terletak di antara 108º BT hingga 114º BT, dan antara 2º6' LU hingga 3º5' LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki propinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalbar merupakan perairan laut, akan tetapi Kalbar memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Riau. Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2000 berjumlah 4.073.430 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubemur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvemement Bomeo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Waterafdeling Van Bomeo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Iklim di kalimantan barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0.kelembapan rata-tara antara 80% s/d 90%. Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh aneka ragam suku bangsa. Suku bangsa mayoritasnya yaitu Dayak,Melayu dan Tionghoa, yang jumlahnya melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat juga suku-suku bangsa lain, antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Batak, dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%.
Suku Dayak terdiri dari lima rumpun yaitu: (1) Rumpun Iban, (2) Rumpun Darat, (3) Rumpun Ot Danum, (4) Rumpun Punan, (5) Rumpun Apo Kayan. Suku-suku ini terdiri atas: Suku Iban, Suku Bidayuh, Suku Seberuang, Suku Mualang, Suku Kanayatan, Suku Mali, Suku Sekujam, Suku Sekubang, Suku Kantuk, Suku Ketungau, Suku Desa, Suku Hovongan, Suku Uheng Kereho, Suku Babak, Suku Badat, Suku Barai, Suku Bangau, Suku Bukat, Suku Galik, Suku Gun, Suku Jangkang, Suku Kalis, Suku Kayan, Suku Kayanan, Suku Kede, Suku Keramai, Suku Klemantan, Suku Pos, Suku Punti, Suku Randuk, Suku Ribun, Suku Cempedek, Suku Dalam, Suku Darok, Suku Kopak, Suku Koyon, Suku Lara, Suku Senunang, Suku Sisang, Suku Sintang, Suku Suhaid, Suku Sungkung, Suku Limbai, Suku Maloh, Suku Mayau, Suku Mentebak, Suku Menyangka, Suku Sanggau, Suku Sani, Suku Sekajang, Suku Selayang, Suku Selimpat, Suku Dusun, Suku Embaloh, Suku Empayuh , Suku Engkarong, Suku Ensanang, Suku Menyanya, Suku Merau, Suku Muara, Suku Muduh, Suku Muluk, Suku Ngabang, Suku Ngalampan, Suku Ngamukit, Suku Nganayat, Suku Panu Suku Pengkedang, Suku Pompang, Suku Senangkan, Suku Suruh, Suku Tabuas, Suku Taman, dan Suku Tingui. Masyarakat Melayu lokal/Senganan dan suku lainnya terdiri dari: Suku Melayu, Suku Sambas, Suku Banjar, Suku Pesaguan, Suku Bugis, Suku Jawa, Suku Madura, Suku Minang Suku Batak, dan lain-lain. Selain itu masyarakat keturunan Tionghoa, terdiri dari suku: Hakka, Tiochiu, dan lain-lain
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat pula bahasa-bahasa daerah yang juga banyak dipakai seperti Bahasa Melayu, beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka.Bahasa Melayu di kalbar terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Sanggau, dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang hampir mirip dengan bahas Melayu Malaysia dan Melayu Riau.
Pendidikan di Kalimantan Barat, Perguruan Tinggi /Universitas di Kalimantan Barat adalah Universitas Tanjungpura, STAIN Pontianak, Universitas Pancabakti , Politeknik Negeri Pontianak, Universitas Muhammadiyah, Politeknik Kesehatan , ASMI Pontianak, ABA Pontianak, STIE Pontianak, Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma, Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ), Universitas Kapuas Sintang, STIH Singkawang, STMIK Pontianak, Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma, Akademi Bahasa Asing Widya Dharma, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma, Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka, dan lain-lain.
Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagaiberikut: (1) Kabupaten Sambas ibukotanya Sambas, (2) Kabupaten Pontianak ibukotanya Mempawah, (3) Kabupaten Sanggau ibukotanya Batang Tarang, (4) Kabupaten Ketapang ibukotanya Ketapang, (5) Kabupaten Sintang ibukotanya Sintang, (6) Kabupaten Kapuas Hulu ibukotanya Putussibau, (7) Kabupaten Bengkayang ibukotanya Bengkayang, (8) Kabupaten Landak ibukotanya Ngabang, (9) Kabupaten Melawi ibukotanya Nanga Pinoh, (10) Kabupaten Sekadau ibukotanya Sekadau, (11) Kabupaten Kayong Utara ibukotanya Sukadana, (12) Kabupaten Kubu Raya ibukotanya Sungai Raya, (13) Kota Pontianak, dan (14) Kota Singkawang. Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat diantaranya adalah padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan diantaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dan lain-lain.
Kalimantan Selatan
Tanggal penting7 Desember 1956 (hari jadi), ibu kota Banjarmasin, luas keseluruhan 36.985 km², jumah penduduk3.054.129 (2002), angka kematian anak: 67/1.000 kelahiran. Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari: 11 Kabupaten, 2 buah Kota, 11 Kecamatan, 1.833 kelurahan/desa. Suku-suku setempat yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan adalah suku: Banjar, Bukit, Bakumpai, Dusun Deyah, dan Maanyan. Masyarakat di Kalimanya Selatan menganut Agama Islam (96,80%), Protestan (28,51%), Katolik (18,12%), Hindu (9,51%), dan Buddha (17,59%). Bahasa resmi adalah bahasa Indonesia, dan terdapat pula bahasa etnik setempat yaitu Bahasa Banjar , Bahasa Bakumpai, Bahasa Bukit, Bahasa Dusun Deyah , dan Bahasa Maanyan. Zona waktu Provinsi Kalimantan Selatan adalah Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA). Lagu Daerahnya bertajuk Saputangan Babuncu Ampat.
Kalimantan Selatan adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalsel dengan surat keputusan no.2 tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya sepuluh provinsi, setelah pembubaran RIS, salah satunya provinsi Kalimantan dengan gubemur Dokter Moerjani.
Sejarah. Tahun 8000 SM: Migrasi I, Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Ras ini melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong. 2500 SM : Migrasi II yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau Formosa ke pulau Bomeo yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum). 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Bomeo. 400: Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar Hulu. 520: Munculnya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu. 600: Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar. 1200: Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Tapin dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa. 1200: Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara. 1360: Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih. 1362: Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancumya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa. 1400: Masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekarsungsang menjadi Raja pertama. 1526: Banjarmasih, pemukiman Olohmasih, dipimpin Patih Masih. 1526-1550: Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Kerajaan Banjar. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H: Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. 1550-1570: Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin. 1520-1620: Masa pemerintahan Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612. 1596: Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten. 7 Juli 1607: Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin. 1612: Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura. 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura. 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka, setelah mengadakan perlawanan terhadap Belanda dengan 3000 pengikutnya. 15 Muharam 1251 H/1825: Undang Undang Sultan Adam (UUSA 1825). 1859: Sultan Tamjidillah yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar, diturunkan dari tahta dan diasingkan ke Bogor. 11 November 1858: Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari. 28 April 1859 : Pasukan Antasari menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron, Banjar. 17 Agustus 1860: Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong. 4 Mei 1861 : Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda. 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H) : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan. 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Bomeo. Tanggal 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda.
1915: Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura. Tahun 1919: Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin. Tahun 1923: National Bomeo Congres ke-1. 29-31 Maret 1924: National Bomeo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal. 5 Maret 1930 : Keluamya ketetapan no. 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio. Tahun 1938: Wester afdeeling van Bomeo, Zuider en Ooster Afdeeling van Bomeo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin. Tanggal 5 Desember 1941: Jepang membom Lapangan Terbang Ulin. Kemudian tanggal 21 Januari 1942: Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala. Tanggal 8 Februari 1942: Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubemur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya. Tanggal 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacum. Bulan Februari 1942: Dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Rusbandi, sebagai pemerintahan sementara. Tanggal 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil). Tanggal 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya. Tanggal 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar). Tanggal 17 April 1945: Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya. Tanggal 6 Mei 1945: Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor).
Tanggal 18 Agustus 1945 : Pemerintahan Sukamo-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubemur Kalimantan 23 Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Bulan Agustus 1945: Berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Tanggal 23 September 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara. Bulan November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah. Tanggal 20 November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka) di Amuntai, Hulu Sungai Utara. Tahun 1945 berdiri organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura, Banjar dan Banteng Bomeo di Rantau, Tapin serta Laskar Hizbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai. Tanggal 7 Desember 1945 : Pertempuran Marabahan di Barito Kuala. Tangal 21 Desember 1948 Pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah. Tanggal 2 Januari 1949 Pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan (Palagan Nagara). Tanggal 6 Februari : Pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu. Tanggal 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubemur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).. Tanggal 3 Juni 1949 : Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong. Tanggal 15 April 1949 : Pertempuran Batakan di Tanah Laut. Tanggal 8 Agustus 1949 : Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Tanggal 9 November 1949: Pertempuran di Banjarmasin. Tangal 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan di Cianjur. Tanggal 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalsel yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara. Belakangan Pasir (bagian Federasi Kalimantan Tenggara) bergabung ke provinsi Kalimantan Timur. Tanggal 23 Mei 1957: Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah. Tanggal 10 November 1991: Peresmian Museum Wasaka oleh Gubemur Kalsel Ir. H. Muhammad Said. Tanggal 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bemuansa SARA (partai). Tahun 2005: Terpilihnya H. Rudi Arifin sebagai gubemur untuk masa jabatan 2005-2009
Flora Resmi: Kasturi (Mangifera casturi). Fauna Resmi: Bekantan (Nasalis larvatus). Sumber daya alamnya Kehutanan: Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha) Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dan lain-lain.
Suku Bangsa, Kelompok etnik di Kalimantan Selatan menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain: Orang Banjar Kuala, Banjarmasin sampai Martapura, Orang Banjar Batang Banyu, Margasari sampai Kelua. Orang Banjar Pahuluan, Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura). Suku Barangas di Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh. Suku Bakumpai di Bakumpai, Marabahan, Kuripan, dan Tabukan. Suku Maanyan: Dayak Warukin, Pasar Panas, Dayak Balangan, dan Dayak Samihim. Suku Abal di Kampung Agung sampai Haruai. Suku Dusun Deyah di Muara Uya, Gunung Riut, Upau. Suku Lawangan di , Muara Uya Utara. Suku Bukit di Awayan(Dayak Pitap), Haruyan, Hantakan, Loksado, Piani. Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang. Orang Madura Madurejo di Pengaron, Mangkauk. Orang Jawa Tamban di Purwosari. Orang China Parit di Pelaihari. Suku Bajau di Kotabaru, Tanjung Batu. Orang Bugis Pagatan di Pagatan. Suku Mandar di pulau Laut dan pulau Sebuku (Sumber : Peta alam dan foto kelompok etnik Kalimantan Selatan, Museum Lambung Mangkurat).
Delapan etnik terbanyak di Kal-Sel menurut sensus 2000 (Dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli): (a) Suku Banjar: 2.271.586 jiwa; (b) Suku Jawa: 391.030 jiwa; (c) Suku Bugis: 73.037 jiwa; (d) Suku Madura: 36.334 jiwa; (e) Suku Bukit: 35.838 jiwa; (f) Suku Mandar: 29.322 jiwa; (g) Suku Bakumpai: 20.609 jiwa; (h) Suku Sunda: 18.519 jiwa; (i) suku-suku lainnya : 99.165 jiwa. Total penduduk Propinsi Kalsel tahun 2000: 2.975.440 jiwa (Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk Tahun 2000).
Etnik Banjar mempunyai daerah budaya yang mencakup pesisir barat dan selatan pulau Kalimantan. Mereka sering juga diidentifikasikan sebagai Melayu Banjar. Etnik Banjar mempercayai asal-usulnya berasaskan mite. Mite ini dianggap suci dan tidak boleh diceritakan kepada orang lain diluar etnik Banjar, kecuali dengan meminta izin dari para leluhur mereka, dengan cara menyediakan sesajian dan menadakan komunikasi langsung dengan roh-roh nenek moyang melalui dukun (wawancara dengan Elba Frida 1997).
Pada zaman dahulu kala sebelum adanya manusia di Kalimantan, terdapat seorang puteri cantik jelita yang bemama Junjung Buih, yang tidak diketahui dari mana asalnya. Dipercayai muncul dari lautan dan menelusuri sungai-sungai di sebelah selatan Kalimantan, dan akhimya sampai ke Martapura, sebagai wilayah kekuasaannya. Puteri ini memiliki empat pengawal yang membuatkan istana, yang bahannya dari bambu. Namun bambu yang diinginkan itu dikawal oleh raksasa yang bemama Buto. Di rumpun bambu ini terdapat juga benda-benda lain, iaitu: (1) kunyit putih, (2) kencur putih,(3) buah melinjo, (4) rumpun Lukmanulhakim jantan dan betina, (5) besi kuning, dan (6) rantai babi. Dalam perang, Buto dapat dikalahkan oleh keempat pengawal puteri.
Setelah istana dibangun puteri belum mau masuk ke dalam istana, sebelum diberi jodoh. Keempat pengawal pergi ke Tanah jawa dan menemukan jodoh puteri iaitu Pangeran Suryanata. Upacara dilakukan sangat meriah. Kedua pengantin diarak di sepanjang sungai dengan mengendarai sampan berbentuk naga (indaruk). Dari kegiatan inilah asal-usul nama Kalimantan, iaitu kali yang bererti sungai dan manten yang bererti pengantin, sungai tempat beraraknya sepasang pengantin. Sepasang pengantin inilah yang dipercayai masyarakat banjar sebagai neenk moyangnya (temubual dengan Elba Frida).
Asal-usul etnik Banjar berkaitan dengan istilah Banjarmasin, yang awalnya adalah sebuah kampung di muara sungai Kuin, salah satu cabang sungai Barito. Berada di antara pulau Kembang dan pula Alalak. Sebelum berdirinya Kerajaan Banjarmasin, di Kuin terdapat sebuah bandar yang dipimpin oleh Patih Masih, bahagian daripada Kerajaan Hindu Daha, di tepi sungai Negara dan Barito. Bandar ini disebut Bandar Masih, yang ertinya bandar ola masih atau bandamya orang Melayu. Dalam cerita rakyat Banjar, patih tersebut yang menyelamatkan Pangeran Samudera, pewaris takhta Kerajaan Daha. Kemudian bandar Masih dikenal dengan sebutan Banjarmasin. Dalam perkembangan selanjutnya untuk menyebutkan identiti sebuahnegeri, bahasa dan etnik (temubual dengan Ahmad Setia 1997).
Etnik Banjar yang ada di Sumatera Utara, datang dari Kalimantan terutama berkaitan dengan faktor kekurangan lahan pertanian dan peperangan. Walaupun Kalimantan pulau terbesar di Nusantara, namun saat itu tanah gambut di pulau ini belum dapat diolah dengan teknologi canggih. Pada tahun 1859 terjadi perang Banjar, kerana Belanda mencuba menguasai tanah Kerajaan banjar, yang menyebabkan banyak orang Banjar migrasi ke Sumatera Timur.
Pada mulanya orang-orang Banjar datang dari daerah Kalimantan Selatan, sekitar Martapura dan barito, diperkirakan pada abad kesembilan belas. Mereka menyusuri Sungai Barito lalau mengharungi Selat Melaka ke arah barat, lalu sampai ke Sumatera Timur. Di tempat baru ini, mereka membuat perkampungan etnik Banjar, seperti: Desa Sei Ular, Desa Kebun Kelapa, Pantai Labu dan lain-lainnya (temubual dengan Anjang Nurdin Paitan 1989).
Biasanya orang Banjar berkecenderungan untuk bermastautin di pedesaan dan bermatapencaharian sebagai petani penanam padi, getah, dan kelapa, dengan membuka perkebunan kecil. Etnik Banjar mempunyai kemampuan membuka lahan pertanian di hutan dan menggali saluran-saluran irigasi pertanian. Pada tahun 1903 Sultan Serdang membuka projek persawahan dekat Kota Perbaungan yang disebut bendang. Untuk mengolah sawah ini, didatangkan ribuan orang Banjar dari Kalimantan selatan yang ahli bersawah. Disertai dengan kepala kelompoknya yang bemama Haji Mas Demang. Akhimya mereka menentap di Sumatera Utara sampai sekarang ini (temubual dengan Tengku Luckman Sinar 2008).
Di antara orang-orang Banjar ini sudah banyak pula yang mengaku dirinya sebagai bahagian dari etnik Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara. Hal ini disebabkan oleh sebahagian besar mereka menganut agama Islam yang diserap ke dalam adat istiadat mereka, dan budayanya dianggap sebagai bagian dari budaya Melayu.
Dalam perkembangan berikutnya, etnik Banjar ini juga berinteraksi dengan berbagai etnik di Sumatera Utara, sama ada melal;ui perkahwinan, atau peminjaman unsur-unsur budaya, termasuk kesenian. Bahkan dalam upacara perkahwinan mengadopsi alat-alat muzik Melayu, seperti: gendang ronggeng, biola, serunai, tawak-tawak atau gong dan lainnya. Alat-alat muzik jawa juga mereka pergunakan, iaitu: gendang barel dua sisi yang disebut babun (di Jawa batangan) dan saron.[1]
Namun demikian, mereka juga mempunyai sumbangan besar dalam memajukan kebudayaan di Sumatera Utara. Di antara gadis-gadis etnik Banjar di Sumatera Utara ada pula yang menjadi ronggeng Melayu. Bahkan ada dua ronggeng yang terkenal dan menjadi “primadona” di Sumatera Utara. Yang pertama adalah Galuh Gamid atau Galuh Hamid serta Galuh Dinar. Istilah Galuh adalah berasal dari baahsa Banjar yang ertinya sebutan untuk gadis. Ada masa kini, Ahmad Setia, seorang pemain akordeon gaya muzik Melayu yang terkenal di Sumatera Utara, adalah keturunan Banjar. Ia menghafal sebagian besar lagu-lagu Melayu lama. Ia juga seorang pemain akordion yang dipandang paling “handal” dalam mengiringi tari Serampang Dua Belas.
Bahasa Daerah, Bahasa Melayu Lokal: Bahasa Banjar (Dialek Banjar Hulu, Dialek banjar Kuala, Bahasa Barangas). Bahasa Melayu Bukit (Bahasa Barito, Barito barat, dan Barito barat bagian selatan ); Bahasa Bakumpai, Barito timur, Barito timur bagian utara, Bahasa Lawangan-Pasir, Barito timur bagian Tengah-Selatan (Bagian Tengah: Bahasa Dusun Deyah, Bagian Selatan: Bahasa Maanyan).
Daftar Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Tanah Laut ibukotanya Pelaihari; (2) Kabupaten Kotabaru ibukotanya Kotabaru; (3) Kabupaten Banjar ibukotanya Martapura; (4) Kabupaten Barito ibukotanya Kuala Marabahan; (5) Kabupaten Tapin ibukotanya Rantau; (6) Kabupaten Hulu Sungai Selatan ibukotanya Kandangan; (7) Kabupaten Hulu Sungai Tengah ibukotanya Barabai; (8) Kabupaten Hulu Sungai Utara ibukotanya Amuntai; (9) Kabupaten Tabalong ibukotanya Tanjung; (10) Kabupaten Tanah Bumbu ibukotanya Batulicin; (11) Kabupaten Balangan ibukotanya Paringin; (12) Kota Banjarmasin; dan (13) Kota Banjarbaru.
Gedung Sultan Suriansyah tempat pementasan budaya Kalimantan Selatan. Seni Musik Tradisional: Gamelan Banjar ; Musik Panting (suku Banjar); Musik Kangkurung (suku Dayak Bukit); Musik Bumbung, Musik Kintung, Musik Kangkanong, Musik Salung, Musik Suling, Musik Bambang, dan Musik Masukkiri (suku Bugis). Teater tradisional dan wayang: Mamanda (teater tradisional suku Banjar), Lamut (suku Banjar), Madihin (suku Banjar), Wayang Kulit Banjar (suku Banjar), Wayang Gung (wayang orang suku Banjar), Balian (suku Dayak Bukit). Tarian di Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut. Tarian suku Banjar: Baksa Kambang, Radap Rahayu, Kuda Gepang , dan Tarian suku Banjar lainnya. Tarian suku Dayak Bukit: Tari Tandik Balian, Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita), Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria). Lagu Daerah suku Banjar: Ampar-Ampar Pisang, Sapu Tangan Babuncu Ampat, Paris Barantai, dan Lagu daerah Banjar lainnya.
Kalimantan Tengah
Tanggal penting 23 Mei 1957 (hari jadi), ibu kotaPalangka Raya, l uas157.983 km² , pantai 750 km. Penduduk2.004.110 (2006), kepadatan 12/km², kabupaten 13, kota 1, kkecamatan 88, kelurahan/desa 1.136. Suku-suku bangsa yang ada di Kalimantan Tengah adalah: Suku Dayak (Ngaju, Bakumpai, Maanyan, Lawangan, Siang, Murung, Dusun, Bawo, Dayak Sampit, Ot Danum, Dayak Kotawaringin, Taboyan), Suku Melayu Banjar, Suku Jawa, Suku Madura, dan Suku Bugis. Agama yang dianut penduduk Kalimantan Tengah adalah agamaIslam (69,67%), Protestan (16,41%), Hindu (10,69), Katolik (3,11%), dan Budha (0,12%). Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Dayak dan Bahasa Indonesia (Melayu). Zona waktunya adalah Waktu Indonesia Bagian Barat. Lagu daerah adalah Kalayar, Naluya, Palu Cempang Pupoi, Tumpi Wayu, Saluang, Kitik-Kitik, dan Manasai
Kalimantan Tengah adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibukotanya adalah Palangka Raya. Provinsi ini mempunyai 13 kabupaten dan 1 pemerintahan kota. Bagian Utara terdiri Pegunungan Muller Swachner dan perbukitan, bagian Selatan dataran rendah, rawa, paya-paya. Berbatasan dengan tiga Provinsi Indonesia yaitu Kalimantan Timur, Selatan dan Barat serta Laut Jawa. Iklim tropis lembab, dilintasi garis ekuator. Banyak belum diketahui, dengan ragam wilayah pantai, gunung / bukit, dataran rendah dan paya, segala macam vegetasi tropis mendominasi alam daerah ini. Orang utan merupakan hewan endemik yang masih banyak di Kalteng khususnya di wilayah Taman Nasional tanjung Puting yang mencapai 300.000 Ha di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Terdapat beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, trenggiling, buaya, kukang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan, biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet / beo dan lain-lain bervariasi tinggi. Hutan mendominasi wilayah 80 %. Hutan primer tersisa sekitar 25 % dari luas wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit mencapai 700.000 Ha (2007). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kab Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas dan Kotawaringin Timur. Banyak ragam potensi sumber alam, antara lain yang sudah diusahakan batubara, emas, zirkon, besi. Terdapat pula tembaga, kaolin, batu permata dan lain-lain.
Sebutan umum suku Dayak yang ada di Kalteng adalah suku Dayak Ngaju (dominan), suku lainnya yang tinggal di pesisir adalah Banjar Melayu Pantai merupakan 25 % populasi. Di samping itu ada pula suku Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain. Suku Dayak di Kalteng antara lain: Suku Dayak Ot Danum, Suku Dayak Ngaju, Suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Maanyan, Suku Dayak Dusun, Suku Dayak Lawangan, Suku Dayak Siang Murung, Suku Dayak Punan, Suku Dayak Sampit, Suku Dayak Kotawaringin Barat, Suku Dayak Katingan, Suku Dayak Bawo, Suku Dayak Taboyan, dan Suku Dayak Mangkatip
Busana Adat Kotawarigin Barat yang merupakan unsur budaya Melayu di Kalteng dipengaruhi Busana pengantin Banjar Baamar Galung Pancar Matahari. Seperti pada umumnya bagian negara Indonesia yang merdeka lainnya, masyarakat Kalimantan Tengah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Sebagian besar masyarakat Kalimantan Tengah (sekitar 60%) terutama di daerah perkotaan telah mengenal dan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, terutama sebagai bahasa pengantar di pemerintahan dan pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia telah diajarkan kepada para siswa sejak bangku sekolah dasar. Bahasa Sehari-hari
Keberagaman etnis dan suku bangsa menyebabkan Bahasa Indonesia dipengaruhi berbagai dialek. Namun kebanyakan bahasa daerah ini hanya digunakan dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai bahasa pengantar di pemerintahan maupun pendidikan. Sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah terdiri dari suku bangsa Dayak. Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah,terutama di daerah sungai Kahayan dan Kapuas,bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialek seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu Bahasa Ma'anyan dan Ot 'Danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma'anyan banyak digunakan digunakan di daerah aliran sungai Barito dan sekitamya. Sedangkan bahasa Ot'Danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot'danum di hulu sungai Kahayan dan kapuas. Kelompok masyarakat pendatang juga memberikan keragaman bahasa bagi masyarakat Kalimantan Tengah. Bahasa yang cukup sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Banjar karena memiliki kedekatan geografis dengan daerah Kalimantan Selatan yang mayoritas dihuni oleh suku/orang Banjar, dan cukup banyak orang Banjar yang merantau ke Kalimantan Tengah. Bahasa lainnya adalah bahasa Jawa, bahasa Bugis, bahasa Batak, dan sebagainya yang dibawa pendatang. Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalteng, bahasa daerah (lokal) terdapat pada 11 DAS meliputi 9 bahasa dominan dan 13 bahasa minoritas yaitu: Bahasa Dominan: Bahasa Melayu, Bahasa Banjar, Bahasa Ngaju, Bahasa Manyan, Bahasa Ot Danum, Bahasa Katingan, Bahasa Bakumpai, Bahasa Tamuan, Bahasa Sampit. Bahasa Kelompok Minoritas: Bahasa Mentaya, Bahasa Pembuang, Bahasa Dusun Kalahien, Bahasa Balai, Bahasa Bulik, Bahasa Mendawai, Bahasa Dusun Bayan, Bahasa Dusun Tawoyan, Bahasa Dusun Lawangan, Bahasa Dayak Barean, Bahasa Dayak Bara Injey, Bahasa Kadoreh, dan Bahasa Waringin.
Seperti daerah lain di Indonesia,di Prov. Kalimantan Tengah terdapat berbagai jenis agama dan kepercayaan yang menyebar dan diseluruh daerah Kalimantan Tengah, antara lain : 1. Islam 2. Kristen Prostestan 3. katolik 4. Hindu Bali 5. Budha 6. Hindu Kaharingan. Kaharingan adalah kepercayaan Penduduk asli kalimantan tengah yang hanya terdapat didaerah kalimantan sehingga untuk dapat diakui sebagai agama maka digabungkan dalan agama hindu. Penganut Agama Hindu Kaharingan tersebar didaerah Kalimantan Tengah dan banyak terdapat dibagian hulu sungai, antara lain hulu sungai kahayan, sungai katingan, dan hulu sungai lainnya
Perguruan Tinggi yang ada di Kalimantan Tengah di antaranya adalah: Universitas Negeri terbesar di Kalimantan tengah adalah Universitas Palangka Raya. Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Kotawaringin Barat ibukotanya Pangkalan Bun; (2) Kabupaten Kotawaringin Timur ibukotanya Sampit; (3) Kabupaten Kapuas ibukotanya Kuala Kapuas; (4) Kabupaten Barito Selatan ibukotanya Buntok; (5) Kabupaten Barito Utara ibukotanya Muara Teweh; (6) Kabupaten Katingan ibukotanya Kasongan; (7) Kabupaten Seruyan ibukotanya Kuala Pembuang; (8) Kabupaten Sukamara ibukotanya Sukamara; (9) Kabupaten Lamandau ibukotanya Nanga Bulik; (10) Kabupaten Gunung Mas ibukotanya Kuala Kurun; (11) Kabupaten Pulang Pisau ibukotanya Pulang Pisau; (12) Kabupaten Murung Raya ibukotanya Purukcahu; (13) Kabupaten Barito Timur ibukotanya Tamiang; dan (14)Kota Palangka Raya.
Sebagian Besar Penduduk di Wilayah Katingan Khususnya Kecamatan Katingan Tengah bermata pencaharian sebagai petani dan Penambang. hasil tambang utama yang dihasilkan adalah emas dan puya (pasir zirkon) yang berwama merah. Masyarakat dalam melakukan penambangan masih bersifat tradisional sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. Bandar udara Hasan sampit telah bisa melayani penerbangan dari dan ke Surabaya dan jakarta direct, menggunakan pesawat jet berbadan lebar jenis 737. penerbangan ini dilayani oleh 3 maskapai, yaitu: merpati nusantara airlines,
trigana air service dan kartika airlines.
Memiliki berbagai macam seni musik dan instrumen musik salah satunya instrumen musik kecapi atau kacapi berbentuk seperti dayung berdawai 2 dan 3, terbuat dari bahan kayu ringan (kayu jalutung atau hanjalutung) serta bemada minor, Kacapi biasa untuk mengiringi seni vokal salah satunya seni vokal seperti pantun yang disebut Karungut dan seni tari Manganjan,juga biasa digunakan oleh umat Kaharingan sebagai alat musik dalam upacara-upacaranya. Permainan Kacapi biasa disebut Mangacaping dan lebih dinamis dalam permainannya. Kacapi berbeda dengan instrumen musik petik sejenis dari Propinsi Kalimantan lain. Terdapat tari hugo dan huda, Tari Putri Malawen, Tari Tuntung Tulus dari Barito Timur Wadian
Kalimantan Timur
Lambang Kalimantan Timur Ruhui Rahayu (Bahasa Banjar: "semoga Tuhan memberkati"). Peta lokasi Kalimantan Timur Koordinat113°44' - 119°00' BT, 4°24' LU - 2°25' LS. Dasar hukumUU No. 25 Tahun 1956, tanggal penting 1 Januari 1957, ibu kota Samarinda Luas 245.237,80[1] km², jumlah enduduk 2.750.369[1] jiwa (2004), kepadatan penduduk 11,22 jiwa/km², jumlah kabupaten 10, pemerintahan kota 4, k ecamatan122, kelurahan/desa 191/ 1.347. Suku-suku bangsa yang mendiami Kalimantan Timur adalah sebagai berikut: Suku Jawa (29,55%), Bugis (18,26%), Banjar (13,94%), Dayak (9,91%) dan Kutai (9,21%) dan suku lainnya 19,13%. Agama yan dianut penduduk alimantan Timur adalah: Agama Islam (85,2%), Kristen (Protestan & Katolik) (13,9%), Hindu (0,19%), dan Budha (0,62%) (data tahun 2000). Bahasa yang dipakai penduduknya adalah Bahasa Indonesia, Banjar, Dayak, dan Kutai. Zona waktu adalah Wilayah Indonesia Bagian Tengah (WITA) dengan (UTC+8). Lagu daerah Kalimantan Timur Indung-Indung, Buah Bolok, dan Lamin Talunsur.
Kalimantan Timur adalah salah satu daerah yang berstatus provinsi di Indonesia. Provinsi ini merupakan salah satu dari empat provinsi di Kalimantan. Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia, dengan luas wilayah 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Propinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia
Sebelum kedatangan Belanda Sebelum kedatangan Belanda terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir, Kesultanan Bulungan. Propinsi Kalimantan Timur selain sebagai kesatuan administrasi, juga sebagai kesatuan ekologis dan historis. Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 dengan Gubemumya yang pertama adalah APT Pranoto. Sebelumnya Kalimantan Timur merupakan salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga Provinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Pembentukan provinsi Kalimantan Timur Daerah-daerah Tingkat II di dalam wilayah Kalimantan Timur, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 1959, Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1955 No.9). Lembaran Negara No.72 Tahun 1959 terdiri atas: Kotamadya Samarinda, dengan Kota Samarinda sebagai ibukotanya dan sekaligus sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kotamadya Balikpapan, dengan kota Balikpapan sebagai ibukotanya dan merupakan pintu gerbang Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai, dengan ibukotanya Tenggarong Kabupaten Paser, dengan ibukotanya Tanah Grogot. Kabupaten Berau, dengan ibukotanya Tanjung Redeb. Kabupaten Bulungan, dengan ibukotanya Tanjung Selor.
Dalam Perkembangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan didalam UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka dibentuk 2 Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981 dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1989 yakni: Kota Administratif Bontang (berada di Kabupaten Kutai) Kota Administratif Tarakan (berada di Kabupaten Bulungan). Selanjutnya sebagai perpanjangan tangan dari Gubemur Kepala Dearah Tingkat I Kalimantan Timur dalam mengelola Administrasi Pemerintahan dan Pembangunan di daerah ini, dibentuk 2 (dua) Pembantu Gubemur yang bertugas Mengkoordinir Wilayah Utara dan Wilayah Selatan. Pembantu Gubemur Wilayah Utara, berkedudukan di Kota Tarakan yang dalam hal ini merupakan perpanjangan tangan Gubemur untuk Wilayah Kabupaten Berau, Bulungan dan Kota Administratif Tarakan. Pembantu Gubemur Wilayah Selatan, berkedudukan di Kota Balikpapan yang dalam hal ini merupakan perpanjangan tangan Gubemur untuk Kotamadya Balikpapan, Kabupaten Kutai, Kabupaten Paser dan Kota Administratif Bontang. Kemudian institusi dua Pembantu Gubemur Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara tersebut telah ditiadakan sejak tahun 1999. Kebijakan penghapusan Institusi ini semata-mata untuk memenuhi ketentuan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 47 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Bontang, maka Propinsi Kalimantan Timur menjadi 12 wilayah administrasi pemerintahan daerah yaitu 8 Kabupaten dan 4 Kota. Pada tanggal 17 Juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Kalimantan Timur menjadi 14. Ibukota provinsi ditempatkan di Samarinda, dengan alamat kantor gubemur: Jl. Gadjah Mada No. 2, Samarinda.
Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Paser ibukotanya Tanah Grogot; (2) Kabupaten Kutai Kartanegara Tenggarong; (3) Kabupaten Berau ibukotanya Tanjungredep; (4) Kabupaten Bulungan ibukotanya Tanjungselor; (5) Kabupaten Nunukan ibukotanya Nunukan; (6) Kabupaten Malinau ibukotanya Malinau; (7) Kabupaten Kutai Barat ibukotany Sendawar; (8) Kabupaten Kutai Timur ibukotanya Sangatta; (9) Kabupaten Penajam Paser Utara ibukotanya Penajam; (10) Kabupaten Tana Tidung ibukotanya Tideng Pale; (11) Kota Balikpapan; (12) Kota Samarinda; (13) Kota Tarakan; dan (14) Kota Bontang.
Kalimantan Timur merupakan propinsi terluas di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 245.237,80 km² atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Propinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur. Di kalimantan timur kira-kira tumbuh sekitar 1000-189.000 jenis tumbuhan antara lain anggrek hitam yang harga per bunganya dapat mencapai 100.000-500.000. Masalah sumber daya alam di sini terutama adalah penebangan hutan ilegal yang memusnahkan hutan hujan, selain itu Taman Nasional Kutai yang berada di Kabupaten Kutai Timur ini juga dirambah hutannya. Kurang dari setengah hutan hujan yang masih tersisa, seperti Taman Nasional Kayan Mentarang di bagian utara provinsi ini. Pemerintah lokal masih berusaha untuk menghentikan kebiasaan yang merusak ini. Hasil utama provinsi ini adalah hasil tambang seperti minyak, gas alam, dan batu bara. Sektor lain yangkini sedang berkembang adalah agrikultur, pariwisata, dan industri pengolahan. Beberapa daerah seperti Balikpapan dan Bontang mulai mengembangkan kawasan industri berbagai bidang demi mempercepat pertumbuhan perekonomian. Sementara kabupaten-kabupaten di Kaltim kini mulai membuka wilayahnya untuk dibuat perkebunan seperti kelapa sawit, dan lain-lain. Kalimantan Timur memiliki beberapa tujuan pariwisata yang menarik seperti kepulauan Derawan di Berau, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Pantai Batu Lamampu di Nunukan, petemakan buaya di Balikpapan, petemakan rusa di Penajam, Kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pantai Amal di Kota Tarakan, Pulau Kumala di Tenggarong, dan lain-lain. Tetapi ada kendala dalam menuju tempat-tempat di atas yaitu transportasi. Banyak bagian di provinsi ini masih tidak memiliki jalan aspal, jadi banyak orang berpergian dengan perahu dan pesawat terbang dan tak heran jika di Kalimantan Timur memiliki banyak bandara perintis. Selain itu, akan ada rencana pembuatan Highway Balikpapan-Samarinda-Bontang-Sangata demi memperlancar perekonomian.
Kalimantan Timur memiliki beberapa macam suku bangsa. selama ini yang dikenal oleh masyarakat luas, padahal selain dayak ada 1 suku yang juga memegang peranan penting di Kaltim yaitu suku Kutai. Suku Kutai merupakan suku Melayu asli Kalimantan Timur, yang awalnya mendiami wilayah pesisir Kalimantan Timur. Lalu dalam perkembangannya berdiri dua kerajaan Kutai, kerajaan Kutai Martadipura yang berdiri lebih dulu dengan rajanya Mulawarman, lalu berdiri pula belakangan kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura, dan lalu berubah nama menjadi kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Bahasa daerah di Kalimantan Timur Bahasa-bahasa daerah di Kaltim merupakan bahasa Austronesia dari rumpun Malayu-Polinesia, diantaranya adalah Bahasa Tidung, Bahasa Banjar, Bahasa Berau, dan Bahasa Kutai. Bahasa lainnya adalah Bahasa Lundayeh. Lagu Daerah: Burung Enggang (bahasa Kutai); Meharit (Bahasa Kutai); Sabar'ai-sabar'ai (Bahasa Banjar); Anjat Manik (Bahasa Berau Benua); Bebilin (Bahasa Tidung); Andang Sigurandang (Bahasa Tidung); Bedone (Bahasa Dayak Benuaq); Ayen Sae (Bahasa Dayak); Sorangan (Bahasa Banjar); Lamin Talunsur (Bahasa Kutai); Buah Bolok (Bahasa Kutai); Aku Menyanyi (Bahasa Kutai); Sungai Kandilo (Bahasa Pasir); Rambai Manguning (Bahasa Banjar); Ading Manis (Bahasa Banjar); Indung-Indung (Bahasa Melayu Berau); Basar Niat (Bahasa Melayu Berau); Berampukan (Bahasa Kutai); Undur Hudang (Bahasa Kutai); Kada Guna Marista (Bahasa Banjar); Tajong Samarinda; Citra Niaga; Taman Anggrek Kersik Luwai; Ne Poq Batang; Banuangku; Kekayaan Alam Etam; Mambari Maras; Kambang Goyang; Apandang Jakku; Keledung; Ketuyak; Jalung; Antu; Mena Wang Langit; Tung Tit; To Kejaa; Ting Ting Nging; Endut-Endut; Enjung-Enjung; Julun Lajun; Sungai Mahakam; Samarinda Kota Tepian; Jagung Tepian; Kandania; Sarang Kupu; Adui Indung, dan lan-lain. Seni Suara di Kalimantan Timur di antaranya adalah: Bedeguuq (Dayak Benuaq); Berijooq (Dayak Benuaq); Ninga (Dayak Benuaq). Seni Berpantun: Perentangin (Dayak Benuaq); Ngelengot (Dayak Benuaq); Ngakey (Dayak Benuaq), dan Ngeloak (Dayak Benuaq). Adapun tarian di kawasan ini adalah: Tarian Bedewa dari suku Tidung (Kabupaten Nunukan); Tarian Iluk Bebalon dari suku Tidung (Kota Tarakan); Tarian Besyitan dari suku Tidung (Kabupaten Malinau); Tarian Kedandiu dari suku Tidung (Kabupaten Bulungan); Tarian Gantar dari Suku Dayak Benuaq; Tarian Ngeleway dari Suku Dayak Benuaq; Tarian Ngerangkaw dari Suku Dayak Benuaq; Tarian Kencet dari Suku Dayak Kenyah; Tarian Datun dari Suku Dayak Kenyah ;Tarian Hudoq dari Suku Dayak Bahau.
Upacara penyembuhan penyakit: Beliatn Bawo (suku Dayak Benuaq); Beliatn Sentiyu (suku Dayak Benuaq); Beliatn Kenyong (Suku Dayak Benuaq); Beliatn Luangan (suku Dayak Benuaq); dan Beliatn Bejamu (suku Dayak Benuaq). Upacara tolak bala, hajatan, atau selamatan: Nuak (dari Suku Dayak Benuaq); Bekelew (suku Dayak Benuaq); Nalitn Tautn (suku Dayak Benuaq); Paper Maper (suku Dayak Benuaq); Besamat (suku Dayak Benuaq); Pakatn Nyahuq (suku Dayak Benuaq). Upacara Adat Kematian: Kwangkey/Kuangkay (suku Dayak Benuaq); Kenyeuw (suku Dayak Benuaq); dan Parepm Api/Tooq (suku Dayak Benuaq).
Contoh-contoh Kesenian
Musik Tradisional Suku Dayak Tunjung
Suku Tunjung adalah salah satu suku Dayak yang ada di Kalimantan Timur. Suku Tunjung yang ada di Kalimantan Timur, dijumpai di daerah Kabupaten Kutai (Sungai Mahakam), di Kecamatan‑kecamatan: Kota Bangun, Melak, Kembang Janggut, Muara Pahu, dan lain-lain. Kalau kita melihat bentuk seni dari suku ini, tentunya kita akan melihat pula bentuk musik yang merupakan pengiring tarian yang disajikan. Akan tetapi musik ini tidak hanya sebagai pengiring jenis tari‑tarian, melainkan juga sering dipergunakan dalam upacara‑upacara adat serta keagamaan. Pola, bentuk, dan ciri khas dari suku tersebut tidak terlepas dari persentuhan dengan alam sekitamya dan menjadi milik kolektif, oleh karena mereka pulalah yang bersama‑sama menciptakannya.
Kalau kita melihat dan komposisi musik yang mereka gunakan, kita dapat menduga bahwa kesenian dari suku ini belum begitu maju jika dibandingkan dengan budaya modern Barat. Hal ini dapat kita lihat dari alat‑alat musik yang mereka pergunakan, yang umumnya masih sangat sederhana. Alat-alat musik tersebut adalah klentangan, gong kecil, gong besar, gendang (gemer atau pompong). Jenis‑jenis ini mereka gunakan bersama‑sama, yang di antara alat musik yang satu dan yang lain terdapat fungsi saling mendukung, sehingga menghasilkan pola bentuk kesenian musik yang mereka ciptakan.
Suku Dayak Tunjung memiliki alat-alat musik, seperti yang diuraikan berikut ini. (a) Klentangan merupakan sebuah instrumen yang terdiri dari enam buah gong kecil, yang tersusun menurut nada‑nada tertentu pada suatu standar atau rancak. Klentangan ini terbuat dari logam. Awalnya pada masa mereka belum mengenal logam, klentangan ini masih terbuat dari kayu dengan nama glunikng. Suara glunikng ini tidak sekeras atau senyaring suara klentangan yang yang terbuat dari logam. Hal ini dapat kita maklumi karena suara logam pasti lebih nyaring dari kayu. Kemudian fase selanjutnya setelah mereka menemukan logam tersebut mereka membuatnya dari logam. Dengan adanya perubahan serta perkembangan masyarakat yang menyesuaikan diri dengan zaman, terdapat pengaruh terhadap corak dan bentuk kesenian mereka.
Klentengan terbuat dari jenis perunggu yang bentuknya mirip dengan bonang, akan tetapi mempunyai bentuk tersendiri dengan suara yang khas menunjuk kepada ciri‑ciri khusus dari klentengan tersebut. Kalau kita menyelidiki pembuatannya, diperkirakan bahwa klentengan dibuat di daerah Tunjung. Tidak ditemukan tempat dapur besi atau pandai besi untuk pembuatan alat tersebut, kecuali untuk membuat senjata seperti mandau dan tombak. Jadi ada kemungkinan alat musik tersebut dibuat dari luar, dengan melihat bentuknya yang sangat mirip dengan bonang dari Jawa. Alasan lain yang mendukung bahwa alat musik ini dibuat di luar daerah ini adalah bahan‑bahan untuk pembuatan klentengan, yaitu sejenis pemggu, sangat sulit ditemukan di daerah ini. Kemudian kemungkinan pengolahan dan Jawa yaitu, pada saat Kerajaan Kutai berkuasa dan mengadakan hubungan dengan salah satu kerajaan Jawa (Majapahit), hal itu berpengaruh terhadap masyarakat yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Kutai.
Jenis musik klentengan adalah jenis musik/instrumen yang dipukul. Jadi tidak berbeda dengan cara‑cara musik tabuh yang ada di daerah lain seperti Jawa (gamelan), kulintang Manado, dan sebagainya. Alat pemukulnya dibuat dari sejenis kayu(tanpa dibalut), akan tetapi dipilih kayu yang agak lembut tapi keras. Hal ini dimaksud agar nada‑nada klentengan ini tidak akan berubah akibat pukulan‑pukulan yang dilakukan. Klentengan inilah yang hingga pada saat ini dipergunakan mereka, baik dalam mengiringi tari‑tarian maupun dalam upacara‑upacara adat serta agama. Sedangkanglunikng dan serunai tidak kita jumpai lagi, walaupun kemungkinan alat musik ini masih ada. Dan lagi klentengan. ini dianggap mereka sebagai benda pusaka yang merupakan peninggalan nenek moyang mereka turun‑temurun. Hal mi dapat dimengerti, karena kemungkinan untuk membuat klentengan yang baru dengan bahan yang sama seperti klentengan yang ada, tidak akan diperoleh/didapat dan pembuat klentengan sampai sekarang ini belum diketahui. Jadi wajarlah kalau mereka menganggap bahwa klentengan merupakan pusaka peninggalan nenek moyang mereka.
(b) Tarasi, yaitu Gong kecil ini, untuk masyarakat suku Tunjung mempunyai istilah tertentu, yaitu wraW. Taraai, yaitu sejenis gong kecil (bentuk seperti klentangan), yang jumlahnya hanya satu(I nada), dan biasanya digantung pada tempat yang sudah diolah/disediakan(standar). Biasanya alat ini hanya dipergunakan pada saat upacara naik ayun, yaitu dengan. memukul. taraai tersebut terus‑menerus disertai dengan pantun‑pantun di dalam bahasa mereka, yang berhubungan dengan upacara tersebut. Alat pemukulnya/penabuhnya dibuat dan kayu yang agak lunak.
(c) Genikng adalah istilah untuk gong besar bagi masyarakat suku Tunjung di Kalimantan Timur. Genikng ini terdiri dari dua macam, yaitu yang besar dengan garis tengah kira‑kira 55 cm , dan yang kecil dengan garis tengah kira‑kira 45 cm. Kedua gong ini biasanya digantung pada standamya seperti halnya gong di Jawa, dan standar ini juga diben hiasan/ukiran dengan motif ukiran suku tersebut. Kedua gong itu mempunyai nada yang berbeda, disesuaikan dengan nada perkembangan, yang fungsinya seolah‑olah merupakan alat musik bas. Gong yang besar bemada C, sedangkan yang kecil bemada E. Gong(genikng) ini biasanya digunakan untuk upacara‑upacara keagamaan dan juga dipergunakan untuk membantu klentengan dalam mengiringi lagu‑1agu untuk tari‑tarian. Taraai dan genikng ini terbuat dari bahan perunggu. Cara membuatnya belum dapat diketahui dengan pasti, diperkirakan datangnya juga dari luar, seperti halnya klentangan.glunikng dan serunai tidak kita jumpai lagi, walaupun kemungkinan alat musik ini masih ada. Dan lagi klentengan. ini dianggap mereka sebagai benda pusaka yang merupakan peninggalan nenek moyang mereka turun‑temurun. Hal mi dapat dimengerti, karena kemungkinan untuk membuat klentengan yang baru dengan bahan yang sama seperti klentengan yang ada, tidak akan diperoleh/didapat dan pembuat klentengan sampai sekarang ini belum diketahui. Jadi wajarlah kalau mereka menganggap bahwa klentengan merupakan pusaka peninggalan nenek moyang mereka.
Gendang, bagi suku Tunjung, gendang memegang peranan pula, baik dalam. upacara keagamaan maupun dalam, acara keramaian untuk membantu musik dalam mengiringi taritarian. Gendang ini dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: (a) prahi, yaitu gendang yang panjangnya sekitar 2,15 meter; (b) gimar, yaitu gendang yang panjangnya sekitar 60 cm.; (c) tuukng tuat (tuukng‑‑gendang; tuat=duduk); (d) pempong, yaitu gendang kecil sepanjang 30 cm. Prahi dibuat dari batang pohon kayu yang tentunya‑ diambil dari pohon yang lurus. Biasanya dipergunakan untuk tanda/isyarat dan untuk upacara mengobati orang sakit. Sedangkan gimar juga dibuat dari bahan kayu yang pembuatannya hampir sama dengan yang ada di daerah‑daerah lain. Alat ini dipergunakan untuk membantu klentengan dalam mengmngi musik. Tuukng tuat maksudnya gendang yang duduk; jach apabila, dipakm tidak seperti gimar yang harus direbahkan. Bentuk tuukng tuat ini, tidak seperti gimar, akan tetapi ukurannya kurang lebih sebesar gimar dan agak miring. Alat ini juga biasanya dipergunakan untuk upacara pengobatan orang sakit, ataupun mengtringi musilc tari‑tarian. Alat musik ini digunakan dengan rotan seperti halnya orang memukul tambur atau gendrang. Pampong merupakan gendang yang berukuran sepanjang 50 cm., yang bentuknya seperti gimar tetapi ukurannya lebih kecil. Fungsinya sama seperti gimar yaitu untuk mengiringi musik. Alat ini juga dipergunakan dengan cara memukulnya dengan kayu yang sudah dipersiapkan. Jadi seperti yang sudah dijelaskan alat‑alat ini satu sama lain saling membantu dan saling menunjang sehingga tercipta suatu pola bentuk musik yang berciri khas suku Tunjung ini.
Selain bentuk‑bentuk instrumen yang disebut di atas, suku ini juga mempunyai instrumen tiup yang mereka sebut dengan sukkng (seruling) yang dibuat dari bambu. Bentuk suliikng inipun bermacam jenisnya, antara lain serupaai, suliikng dewa, kelalii, dan tompong. Serupaaj merupakan sejenis seruling yang bentuknya seperti palu, yang terbuat dari bambu. Panjangnya kira‑kira 45 cmbergaris tengah 1,5 cm dengan fungsi empat lubang (3 di atas, I di bawah), dan mempunyai lidah(seperti harmonika) sebagai sumber bunyi, jika ditiup pada bagian tersebut. Cara memainkan serupaai ini hainpir sama dengan harmonika(tiup‑sedot) dengan menutup/membuka lubang yang ada dengan jari tangan kanan dan tangan kiri.
Sufiikng dewa bentuknya sama seperti bentuk sufing daerah lain. Panjangnya kirakira 65 cm dengan garis tengah seldtar 1,5 cm. Alat musik ini mempunyai enam lubang dan lubang tempat memup diben ban ban yang terbuat dan rotan(sama seperti suling Sunda dan Jawa). Alat musik ini dipergunakan untuk mengiringi tari belian dan juga untuk mengisi waktu‑waktu senggang. Cara memainkannyi sama seperti memainkan suling daerah lain. Kelalii juga merupakan sejenis suling yang betuknya sama seperti suling‑suling daerah lain. Suling ini mempunyai empat lubang(3 di atas dan satu di bawah), yang panjangnya sekitar 55 cm dengan garis tengah 1,5 cm. Bagian yang akan ditiup diberi lingkaran tabung yang terbuat dari potongan bambu yang agak besar dari bambunya. Alat musik ini digunakan untuk upacara‑upacara selamatan, syukuran setelah panen, dan terhadap temak. Cara memainkannya sama seperti mentainkan suling biasa.
Tompong juga merupakan sejenis alat musik tiup yang bentuknya hampir sama dengan kelalii. Suling ini mempunyai panjang kira‑kira 20 cm, dengan garis tengah 2,5 cm. Tompong ini mempunyai 5 lubang(empat di atas dan satu di bawah) dengan nadanada C‑E‑F‑G. Cara memainkannya juga sama seperti suling biasa. Alat mugik ini dipergunakan hanya untuk mengisi waktu‑waktu senggang. Dewasa int suling‑suling im sudah sangat jarang sekali dipergunakan dalam pertunjukan‑pertunjukan. Tetapi untuk upacara‑upacara pengobatan masih sering dipergunakan. Oleh sebab itu alat‑alat musik ini semakin tidak populer di kalangan masyarakat suku Tunjung.
Seni Tari Suku Dayak Kenyah
(1) Tari Gong atau Kancet Pepatai. Tarian ini merupakan gabungan tariperang dari tari gong kancet ledo, yangberasal dari kebudayaan suku Dayak Kenyah. Tarian ini mengisahkan seorang putri yang sedang bergembira ria di dalam sebuah taman beserta beberapa orang inang pengasuhnya. Kemudian datanglah dua orang pemuda yang ingin menggodanya dan ingin mempersuntingnya. Kedua pemuda tersebut melakukan pertarungan hidupdan mati. Namun sebelum pertarungan ini selesai sang putri dan para pengasuhnya telah menghilang dari taman. Akhirnya setelah pertarungan selesai, kedua pemuda mencari sang putri yang telah hilang. Gerak tari yang digunakan adalah sebagai berikut. (a) Gerak 1. Gerak ini disebut juga gerak gong, yang ditarikan khusus untuk satu orang penari wanita. Langkah pertama dari penari gong ini ialah jalan di tempat. Kemudian jalan perlahan dengan mengikuti irarna atau matra alat musik sampre. Dimulai dengan kaki kanan maju kedepan, kemudian kaki kiri kemuka, secara berganti‑ganti.,satnpai mendekati gong yang di letakkan di tengah tengah arena/pentas. (b) Gerak 2. Penari sudah ada di dekat gong yang di letakkan ditengah‑tengah pentas. Gerak selanjutnya berputar di tempat berhadapan dengan gong yang di letakkan. Kemudian berjalan memutari gong dengan langkah seperti pada geraka pertama, dengan memutar sampai kedudukan semula. (c) Gerak 3. Pada gerak ketiga ini, penari siap‑siap untuk naik keatas gong secara perlahan. Gerak pertama pada kaki di mulai dengan kaki kiri naik keatas gong, Kemudian kaki kanan. Dan kini seluruh badan sudah ada diatas gong. Gerak selanjutnya adalah menari diatas gong, dengan posisi badan setengah berdiri. Dan selanjutnya terus menari sambil perlahan‑lahan memutar badan di atas gong, kemudian setelah memutar, kembali keposisi semifla dan langsung duduk berjongkok di atas gong. Kemudian berdiri secara perlahan ‑lahan sambil menari. Gerak selanjutnya berupa entak‑antakan kaki kanan, dengan kedua tangan terus menari. Akhimya turun dari gong tersebut.
Gerak Tangan. Waktu kaki kanan jalan ke depan, tangan kirl kemuka dengan memutar mutadwn bulu burung enggang yang di pegang. Dan tangan kanan ada di belakang, sedangkan bahu penari di tonjolkan ke depan sedikit, apabila tiap kaki akan maju ke depan. Istilah Koncet Papatai maknanya adalah penan sewaktu penari gong naik di atas gong. Dua orang penari kancet papatai keluar dari pentas, menuju ke arah penari gong. Dengan gerak kaki (1x 1) dan mengikuti matra bunyi sampe (perlahan‑lahan). Untuk lebih serasi atau gerak kancet papatai ini kelhatan be~alan, geraknya lebih banyak memakal improvisasi, guna lebih mernantapkan gerak penari pria. Pandangan Mata. Sewaktu kaki jalan ke depan, gerak mata atau pandangan mata berganti ganti melihat ke bawah dan keatas, dengan diik‑uti angguk‑anggukan secara gerak yang meyakinkan.Kemudian kedua penari pria maju kedepan. menuju arah panari gong. Apabila penari gong sudah turun dari gong, maka kedua penari perang siap siap untuk bertempur. Dengan mernegang sebilah mandau di tangan kanan, tangan kirinya memegang telabang / perisai. Gerak Kaki Gerak pertama tari kancet papatai di mulai dengan kaki kanan, disusul kaki kiri. Gerak be~alan penari pria secara patah patah dengan mengikuti irama sampe. Gaya tari pria ini, kakukaku, kemudian lemas. Setelah kedua penari ini berhadap‑hadapan, mereka siap‑siapuntuk bertempur atau berperang. Putar ditempat dengan mengikuti irarna sampe. Kemudian loncat langsung bertempur. GerakTangan. Apabila kaki kanan maju, tangan kanan yang mernegang mandau ada di belakang dan diputar‑putarkan, apabila kaki kiri maju, tangan kanan yang mernegang mandau ada di depan. Tangan kiri yang memegang telabang harus setiap saat melindungi dirinya.
(2) Tari Burung Enggang Terbang. Tari ini adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari suku Dayak kenyah. Tarian ini menggambarkan kehidupan sehari hari burung enggang. Menurut kepercayaan suku Dayak Kenyah, nenek moyang mereka pada zaman dahulu berasal dari langit dan turun ke dunia dengan menyerupai burung enggang. Oleh karena itulah enggang ini menyerupai jenis burung yang paling dimuliakan oleh suku Kenyah ini. Bulu‑bulu burung enggang ini selalu mernegang peranan penting pada setiap upacara dan tarian adat dan bentuk bentuk berung enggang itu juga banyak terdapat pada ukiran ukiran suku Dayak Kenyah. Ragam 1. Di dalam ragam pertarna ini dilakukan gerak, dengan jalan ke depan sambil membuat setengah putaran dengan hitungan (1 kali 8). Ragam 2. Dalam ragam ini, dilakukan putaran di tempat, yaitu kearah kiri dengan berbalas‑balasan masing ‑masing dengan hitungan (1 kali 8). Ragam 3. Dalam ragam ini, dilakukan putaran di tempat, mulai dengan kaki kiri, kedua tangan dilambaikan dengan berbalas‑balasan, dan kaki kanan dihentak hentakkan (1 kali 8). Ragam 4. Melakukan putaran dengan cepat kearah kiri, dan kedua tangan direntangkan dengan berbalasan (1 kali 8). Ragam 5. Tumit dihentak-hentakkan dan badan direndahkan, tangan direntangkan sambil dilambai‑lambaikan, sambil melakukan jalan atau langkah ke depan.
(c) Tari Leleng, mengisahkan seorang putri yang akan di kawinkan oleh ibunya dengan seorang pemuda. Tetapi kernudian sang putri yang bernama Utan Along tidak mencintai pemuda tersebut, dia lari seorang diri ke dalam hutan. Berhari hari kerjaa Utan Along menangis, karena telah meninggalkan orang-orang yang disayanginya serta teman temannya yang setia. Dengan susah payah teman-temannya mencari ke dalan hutan dan akhimya berternu. Dengan berbagai cara, di bujuknya Utan Along pulang ke kampung, dan Utan Along dengan gembira pulang bersama sama dengan teman temannya. Tarian im berasal dari budaya suku Dayak Kenyah. Tarian leleng ini mempunyai empat ragam. Ragam 1. Pada ragam pertama tarian leleng Ini, penari jalan ke depan dengan kaki kanan dihentak‑hentakkan, dengan hitungan (l kali 8). Ragam 2. Gerakan selanj utnya bcrputar ke kiri dengan hitungan (1 kali 8). Ragam 3. Penari membengkokkan kaki dengan kedua tangan di pinggang. Ragwn 4. Kaki kanan dan kaki kiri disilangkan berganti-ganti.
(d) Tari Hudoq. Tarian Hudoq khusus ditarikan oleh wanita, berasal dari suku Dayak Kenyah dan Tari Hudoq yang ditarikan oleh pria, berasal dari suku Dayak Bahau. Tarian ini khusus ditarikan sebagai pengusir setan, hantu, dan hewan‑hewan perusak tanaman. Tari Hudoq ini biasanya, dilakukan dengan memakai topeng hudoq yang bermotifkan ukiran Kenyah dan Bahau. Tarian ini tidak memakai ragam-ragam. Penari bebas bergerak dengan memperhatikan keadaan pentas/arena tempat menari. Gerak kaki dalarn Tari Hudoq ini, harus mengikuti irama gong. Caranya kaki kanan dihentak‑hentakkan, kemudian diikuti kaki kiri yang juga dihentak‑hentakkan. Dilakukan sampai ke tengah arena pertunjukan. Gerak tangan, sewaktu kaki dihentak‑hentakkan, kedua tangan dipukul‑pukulkan ke samping paha. Tangan kanan dan tangan kiri memukul paha kaki kiri. Bunyi pukulan kedua tangan tersebut harus mengiringi atau meningkahi bunyi gong. Gerak Tari Hudog, mulai jalan kedepan dimulai dengan kaki kanan dan diselingi hentak‑hentakkan berganti ganti dengan kaki kiri, maju terus ke depan , hitungan ( 1 kali 4). Kedua tangan diPukul‑pukulkan pada kedua paha kaki. Badan harus bergoyang dengan diiringi katupan‑katupan dari mulut topeng hudoq.
(e) Tari Pecuk‑pecuk Kina, artinya bertahap tahap. Tarian ini menggambarkan tahap‑tahap perpindahan suku Dayak Kenyah, yang Pindah dari Apo Kayan di Bulongan ke daerah Long Segar di Kabupaten Kutai, yang katanya memakan waktu kurang lebih delapan belas tahun. Untuk mengenangkan peristiwa itu, diciptakan lambang gerak yang dituangkan mereka menjadi suatu bentuk tarian, yaitu Tari Pecuk‑pecuk Kina. Ragam Tari Pecuk‑pecuk Kina. Gerak 1. Langkah pertama penari, di mulai dengan kaki kanan secara perlahan lahan maju ke depan, dengan mempergunakan hitungan (1 kali 5). Kemudian mundur ke belakang mulai dengan kaki kiri, hitungan (1 kali 5). Gerak 2. Maju cepat di mulai dengan kaki kanan dengan hitungan (1 kali 4). Kemudian jalan di tempat secara cepat di mulai kaki kanan kemudian tutup kaki kanan dengan hitungan (1 kali 5). Gerak 3. Gerak selanjutnya dalam ragam ini adalah duduk berjongkok secara perlahan-lahan, dengan kaki kanan ditaruhkan di depan kaki kiri, kemudian berdiri secara perlahan. Gerak selanjutnya mengulang gerak pertama tersebut di atas.
(f) Tari Datun. Tari ini berasal dari suku Dayak Kenyah dan merupakan tarian memadu janji antara pria dan wanita suku Dayak Kenyah. Tarian gembira ria ini biasannya di tarikan pada upcara‑upacara perimmnan pada suku Kenyah. Gerak 1. Penari keluar dari beberapa orang wanita, langkah (1 kali 4), seperti gerak pada tari leleng. Geraknya, kaki kiri maju menutup kesamping kaki kanan, sampai membentuk lingkaran. Gerak 2. Penari pria Tari Datun ini keluar, menuju lingkaran penari wanitanya. Apabila kaki kanan maju ke depan, tangan kanan juga ke depan dengan menonjolkan pundak atau bahu melebihi kaki kanan, dengan dibarengi hentakan‑hentakan yang ditimbulkan dengan kaki kanan. Bunyi im menambah kemantapan gerak pria tari datun. Gerak 3. Gerak ketiga tari datun ini, penari pria mengelilingi penari wanitanya secara berpasangan. Gerak kaki penari pria ; kaki kanan maju ke depan dengan hentakan-hentakan. Kemudian mundur lagi, maju lagi, begitu seterusnya dengan tak lepas dari pasangannya masing‑masing. Gerak penari wawta, waktu duduk dengan telapak kaki di bawah. Kedua tangan dt letakkan dipundak ang di gerakkan 2 kali berturut‑turut. b‑gerak selanjutnya ialah sujud dengan menggerakkan tangan 2 kali berturut‑turut. Begitu seterusnya.
Pakaian tari atau peralatan yang dipergunakan oleh suku Dayak Kenyah terdiri dari pakaian lengkap penari pria untuk Tari Perang disebut bluko: sejenis topi terbuat dari anyaman rotan yang dihiasi: a. Manik‑manik yang dibentuk dengan ukiran yang halus. b. Bulu‑bulu yang berwama. Biasanya bulu harimau atau bulu‑bulu kambing. c. Bulu burung tebun atau bulu burung enggang, yang ditancapkan pada topi. d. Tulang-tulang yang diukir. Sigep, sejenis anting ‑anting terbuat dari kepata burung enggang atau burung tebun yang di ukir sangat halus. Ueo Kini sejenis anting-anting dibuat dari kuningan atau logarn lain, yang diukir sangat halus. Besunung, Sejenis baju dibuat dari kulit harimau atau kulit kambing yang dihiasi dengan. bulu ekor dan bulu sayap burung enggang dan burung temanggang dan dibelah menjadi dua. Juga dihiai dengan manik‑manik dan kancing yang terbuat dari batu putih. Seleng, gelang yang dibuat dari banir kayu banggris diraut bulat, lalu direndam dalam lumpur selama beberapa hatisupaya menjadi hitam dan berkilat. Abet pakaian terbuat dari kulit kayu, yang disebut kumut, biasa dipergunakan sebagai cawat dengan warna dasar hitam. Sekarang sudah dibuat dan kain yang dihiasi ukiran atau rambu‑rambu. Tabit, sebagai alas pantat agar tidak kotor bila duduk di tanah atau di hutan. Tabit ini terbuat dari anyaman rotan atau kulit binatang (kulit kijang , rusa, harimau, beruang). Tabit ini diikat di pinggang dan pinggirannya diberi ukiran. Belat, ijuk difilitkan di sebelah bawah lutut Yang jumlahnya kurang lebih 25 anyaman. Topeng, pakaian sehari‑hari suku ini untuk bedalan di hutan, agar tidak kena jatuhan dahan atau ranting.
Pakaian Lengkap Panari Wanita Suku Kenyah. (a) Jena dan tangep, tangep atau taket loong ialah topi pakaian sehari‑hari dan pakaian orang tua ‑tua. Jena ialah topi Yyng sebelah atasnya tak tertutup dan terbuat dari anyaman rotan atau pandan. Untuk orang muda pakaian itu di beri hiasan manik ketip‑ketipan mata logam jwnan dahulu. (b) Belaong dan Saban, anting‑anting untuk pemberat telinga supaya panjang. Belaong terbuat dari logam berbentuk lingkaran yang banyak jumlahnya. Menurut mereka apabila seorang gadis tidak memekai belaong, gadis itu tidak cantik. Sabau, terbuat dari manik dari gigi harimau diletakkan pada bagian atas telinga. Anting‑anting ini dipakai oleh pria dan wanita. Tetapi sekarang mereka sudah memakai hiasan dari emas dan kaum prianya, sudah tak ada yang melubangi telinganya lagi. (c) Oleng dan Sapai. Oleng adalah kalung terbuat dari manik manik kecil dan buahnya terdiri dari manik besar, yang biasa di kalungkan pada leher, baik pria maupun wanitanya. Sapai adalah baju beludru hitam berpotong tak berlengan (you can see). Berhiasan mata uang ketip‑ketipan zaman dahulu, dan diberi rurnbai‑rumbai atau manik‑manik yang berbentuk ukiran pada bagian depan sampai kebelakang baju tersebut. (d) Kuwao atau Ta’a. Pakaian seperti kain sarung hitam. Dihiasi dengan mata uang logam, dan rumbai‑rumbai ukiran‑ukiran manik yang beraneka warna. Bila diukir berbentuk kepala burung enggang, khusus dipakai gadis paren (bangsawan). Sedangkan pakaian gadis biasa (gadis panyen), ukiran kepala burung itu tidak diberi mata, sedangkan pakaian sehari‑hari tidak memakai ukiran. (e) Leku Sulak, gelang dari tulang ikan laut, yang dipakai oleh gadis atau oleh kaum pria. Kalau gelang tersebut dari gading gajah yang dipotong-potong dan disusun bertingkat menurut besamya, itu dipakai pada waktu upacara, adat (leku‑kesun). (f) Anggo, cincin perak yang diukir untuk pakaian sehari‑hari. (g) Kilip, hiasan jari pada waktu manari yang berupa bulu burung enggang yang diikat rapi dan mekar.
Peralatan yang dipergunakan penari perang terdiri dari: (a) Bajeng, adalah keselurahan perlengkapan tari perang untuk pria; yakni mandau yang lengkap dengan sarung dan perlatannya. (b) Suwa, sarung mandau yang diikat dengan rotan halus. (c) Sarung pisau (elang): terbuat dari kelopak enau atau kulit elang; pisau raut yang bertangkai panjang. (d) Pete, alat pengikat mandau pada pinggang (ikat pinggang) yang dihiasi dengan ukiran‑ukiran atau diberi manik‑manik halus berenteng‑enteng. (e) Kelembit (telabang), dipergunakan sebagai penangkis senjata musuh, dapat pula disebut perisai. Perisai ini dibuat dari kayu ringan dan kuat, dengan hiasan ukiran ‑ukiran kepala dan kaki atau muka manusia. Khusus pakaian Tari Hudoq terbuat dari daun‑daun pisang yang dirobek‑robek hingga merupakan rumbai‑rumbai, kemudian diikat diseluruh badan. Bagian kepala penari hudoq ini memakai topeng yang bermacarn‑macam bentuknya, ada yang berbentuk kepala babi, muka manusia yang bentuknya jelek, dan sebagainya.
Alat‑alat musik yang mengiringi tari‑tarian itu antara lain: (1) Tari Gong dan Kancet Papatai (a) sampe, (b) gendang, dan (c) gong. (2) Tari Leleng: (a) sampe (b) gendang, dan (c) gong. (3) Tari Enggang Terbang: (a) sampe, (b) g endang, dan (c) gong. (4) Tari Hudoq hanya diiringi oleh gong. (5) Tari Pecuk- pecuk: (a) sampe, (b) gendang, dan (c) gong. (6) Tani Datun: (a) sampe, (b) gendang, dan (c) gong.
Tarian suku Kenyah mempunyai sifat‑sifat dan jenis yang disebut dengan nama tari tradisional dan tergabung didalamnya: adat istiadat, gembira ria, adat kebiasan dan sebagainya. Umumnya tarian suku Dayak Kenyah ini bersifat primitif yang sangat realistis, dan bersumber pada keadaan hidup sehari‑hari. Masalah ragam atau gerak dalam tarian suku Dayak Kenyah ini tidak terlalu banyak, tetapi ragarn‑ragarn itu diulang‑ulang secara berganti‑ganti. Yang membedakan tari Kenyah dengan Tunjung ialah alat musiknya--yang mengiringi tarian Kenyah umumnya adalah sampe, dan alat musik yang mengiringi tari Tunjung adalah kelentangan. Jadi yang membedakan tari dayak Kenyah dengan Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq, adalah alat musik yang mengiringinya. Pakaian bagian atas umumnya berlengan pendek yang disebut sapai, dan bagian bawahnya disebut kuao atau ta'a. Sedangkan untuk tari Hudoq, pakaiannya tidak sukar dicari, karena pakaiannya dibuat dari daun pisang. Umumnya peralatan yang dipergunakan penan wanita ialah bulu‑bulu burung enggang, sedang untuk penari prianya, alat yang dipergunakan adalah mandau dan telabang.
Kesenian Suku Kutai
Tari‑tarian yang berasal darl suku Kutai yang ada di daerah Kabupaten Kutai, umumnya terdinidari duajenis tarian, yakni: (A) Seni tari rakyat. Seni tai rakyat ini merupakan suatu spontanitas dan kreasi dari imajinasi serta keinginan atau aspirasi rakyat yang diungkapkan menjadi suatu ekspresi artistik dan ekspresi emosi atas dasar kemasyarakatan. Dalarn jenis tarian ini tergabung tarian‑tarian dari suku yang mendiami daerah pesisir pantai Kalimantan Timur. (B) Seni tari klasik. Tari klasik adalah suatu bentuk tari bermutu tinggi, yang dibentuk dalam pola dan gerak‑gerik tertentu, berkernbang dai masa ke masa, serta mernpunyai aspek filosofi yang dalarn, simbolik, religi, dan tradisi yang tetap. Dalarn jenis tarian‑tarian klasik ini tergabung tarian‑tarian yang berasal dari keraton Kutai.
Dalam tarian Kutai yang berjenis seni tari rakyat ini umumnya terdapat sendi agama Islam, yang dahulunya dibawa oleh para penyebar agama Islam dari Tanah Arab. Kemudian berubahlah namanya menjadi nama tarian yang disebut tarian jepen. 2. Kemudian jenis kedua tarian‑tarian suku Kutai ini disebut seni tari klasik. Gerak‑gerak kaki maupun gerak‑gerak tangan tari klasik ini umumnya hampir menyerupai gerak tarian‑tarian yang ada di Jawa, karena dahulu kala Kerajaan Kutai memang ada hubungannya dengan kerajaan yang ada di Jawa. Oleh sebab itulah tari jenis klasik ini hampir serupa dengan gerak tai yang ada di Jawa.
Jenis tari rakyat ini pada zaman dulu merupakan suatu tari pergaulan muda‑mudi, misalnya untuk memadu janji, berkasih‑kasihan, dan sebagainya. Pada masa sekarang ini tarian seni rakyat umumnya dipergunakan dalam acara penyambutan tamu‑tamu daerah, upacara perkawinan, dan untuk mengisi acara dalam hari besar. Jenis kedua tarian suku Kutai ini sebagai seni tari klasik, pada zaman dahulu disajikan pada pengangkutan untuk penobatan raja‑raja Kerajaan Kutai di Tenggarong. Pada waktu sekarang tarian‑tarian klasik ini dilakukan dalam acara penyambutan tamu‑tamu yang datang ke daerahnya atau dalam peningatan hari ulang tahun kota Tenggarong.
Adapun jenis tarian suku Kutai yang bersifat dari rakyat itu, terdiri dari: (1) Tari Jepen, tarian ini di Kalimantan Timur banyak sekali persamaannya dengan tarian jepen dari Malaysia, Sumatera Timur, dan Kalimantan Selatan. Tarian ini dikembangkan oleh suku Kutai dan suku Banjar yang mendiami daerah pesisir Kalimantan Timur, dan fungsi utamanya adalah sebagai tarian pergaulan. Adapun ragam-ragamnya adalah sebagai berikut. (a) Ragam I disebut jalan biasa. Dalam ragam pertama, langkah kaki harus dimulal dengan kaki kiri, kanan, kiri lagi, dan tutup kaki kanan dengan hitungan 1 kali 3. Ragam 2 Berbalasan. Dalam ragam dua, dilakukan putaran di tempat dengan berbalas‑balasan, yang dimulai dengan balik kanan, kemudian balas balik kini, dan terakhir balik kanan, dengan hitungan keseluruhan 1 kali 3. Ragam 3, jalan serong. Dalam melakukan gerak ragam tiga ini, mulai putar di tempat secara balas-balasan dulu (sama seperti ragam dua), kemudian setelah melakukan gerak kedua, lalu jalan serong yang dimulal kaki kiri, kemudian serong kanan, dan serong kiri lagi, hitungan keseluruhan 1 kali 3.
(2) Jepen Tungku, tarian ini adalah sebuah tarian rakyat yang berasal dan daerah pesisir Kalimantan Timur. Tarian ini Ichusus ditarikan oleh tiga pasangan muda‑mudi, dan biasanya ditarikan pada selamatan perkawinan. Adapun ragam tarinya adalah ragam I jalan Biasa Dalam ragam ini , langkah gerak kaki harus dimulai kaki kiri, sesudah itu kaki kanan, kaki kiri lagi, kemudian tutup kaki kanan dengan hitungan 1 kali 3. Ragam 2 berbalasan, putar di tempat secara berbalas‑balasan, dimulai putar kanan, kemudian balas balik kiri, dan sesudah itu putar kanan. Kesemua langkah itu mempergunakan hitungan 1 kali 3. Ragam 3 loncat setengah, dalam melakukan ragam tiga ini, mulai putar di tempat dulu secara berbalas‑balasan mulai dengan kaki kanan, kiri, kanan, dan tutup kiri. Kemudian putar langkah dan loncat, dengan dimulai kaki kiri yang diangkat, lalu angkat kaki kanan dan ditutup dengan kaki kiri, hitungan keseluruhan adalah 1 kali 3. Ragam 4 jalan selait, sebelum melakukan gerak kaki selait, putar di tempat secara berbalas-balasan, sama seperti ragam 2 dengan mempergunakan hitungan 1 kali 3. Kemudian jalan dengan memutar langkah kaki kiri dan kaki kiri direntangkan satu kali, kemudian tutup lagi. Seterusnya jalan dengan dimulai kaki kanan, dan yang kiri langkah ke belakang (selait), kemudian kaki kiri langkah ke muka diikuti kaki kin ke belakang, kesemuanya menggunakan hitungan 1 kali 3. Ragam 5 loncat keliling Dalarn ragam lima ini, atau ragam yang terakhir Jepen Tungku ini, lakukan putar di tempat dulu secara berbalas‑balasan sama seperti ragam 2. Kemudian putar langkah dan kaki kiri diangkat secara berganti‑ganti dengan kaki kanan melakukan Ioncat keliling membentuk putaran bulat, dengan meloncat kembali ke asal semula, dengan hitungan 1 kali 9, langsung duduk pada hitungan ke‑9. Lagu atau nyanyian untuk tari Jepen Tengku ini adalah lagu daerah Kalimantan yang bertajuk Mebalas Budi.
(3) Tari Jepen Sibadil, tarian ini merupakan tarian muda‑mudi yang memadu janji yang biasanya dilakukan pada upacara‑upacara perkawinan. Adapu ragam-ragam tarian ini adalah sebagai berikut. (a) Ragam I, rentang, putar, jalan biasa, sewaktu memulai ragam ini, kaki kanan direntangkan di samping kanan, kemudian kaki kanan tutup kembali, dan sesudah itu kaki kanan mundur selangkah ke belakang, diikuti kaki kiri mundur ke belakang menutup kaki kanan, hitungan 1 kali 3. Kemudian putar badan dengan hitungan (l kali 8), sesudah itu jalan blasa dengan hitungan 1 kali 3. (b) Ragam 2 putar kiri, sebelum melakukan putar kiri, kaki kanan direntangkan dan kemudian putar kiri, hitungan 1 kali 3, dilanjutkan dengan jalan biasa dengan hitungan 1 kali 3. (c) Ragam 3 berbalasan, putar di tempat mulai dengan balik kanan, lalu dibalas dengan balik kiri, sesudah itu putar kiri hitungan 1 kali 3, kemudian jalan biasa dengan hitungan 1 kali 3. (d) Ragam 4 rentang/putar, ragam empat ini sama dengan ragam satu, yaitu rentangkan dulu kaki kanan dan tutup lagi, kemudian kaki kanan mundur diikuti kaki kiri, dilakukan sampai tiga kali berturut‑turut, dengan hitungan 1 kali 4. Kemudian putar badan dengan hitungan 1 kali 8. (e) Ragam 5 langkah ganda, sebelum melakukan langkah ganda ini, dilakukan dulu gerak seperti ragam satu, yaitu kaki kiri direntangkan ke samping kanan, tutup lagi kaki kanan itu, kemudian kaki kanan mundur lagi dengan diikuti kaki kiri menutup kaki kanan, dengan hitungan 1 kali 4. Lakukan gerak ini sampai tiga kali. Gerak selanjutnya ialah putar langkah dimulai kaki kanan yang menggeser kaki kiri dengan hitungan 1 kali 4. Sesudah langkah kaki ditambah dua langkah ke belakang, kemudian gerak kaki langkah ganda, yang gerak kakinya adalah kaki kanan dengan langkah ganda, kemudian diikuti kaki kiri maju. Sesudah kaki kiri lagi yang mundur ke belakang dengan langkah ganda, langkah diikuti dengan kaki kanan, sampai dua kali dengan hitungan 1 kali 4. Kemudian langkah ganda berbalik sambil menundukkan badan dengan melangkah ke depan. Geraknya dimulai dengan kaki kanan dan badan mulai berbalik, kemudian langkah kaki kiri mundur ke belakang setelah berbalik tadi. Lakukan sampai dua kali dengan hitungan 1 kali 4. Ulangi gerak maju tadi satu setengah kali, langsung jalan.
(4) Jenis tarian suku Kutai yang bersifat tari klasik yakni Tari Kanjar dan Ganjur. Tarian ini khusus ditarikan pada waktu‑waktu tertentu, pada suatu upacara Erau di keraton Kutai. Pada masa dulu upacara Erau ini diadakan setahun sekali untuk menghormati masa penobatan seorang raja. Sejak tahun 1972 sampai sekarang upacara Erau ini diadakan pada hari ulang tahun Kota Tenggarong, biasanya pada bulan September, yang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. Pada saat inilah Tari Kanjar dan Ganjur ditarikan. (4A) Tari Kanjar, (a) di dalam ragam pertama si penari melakukan gerak di tempat dengan hitungan satu kali satu. Kemudian putar badan ke kiri yang dimulai dengan kaki kiri di tempat, kemudian kaki kanan di tempat, dengan posisi badan miring; sesudah itu putar jalan kaki kiri ke muka, selanjutnya kaki kanan di tempat, kemudian kaki kiri balik di tempat dan sesudah itu kaki kanan jalan putar lagi, kemudian dilakukan sampai batas pentas yang ditentukan semula. (b) Pada ragam kedua, kembali dilakukan jalan pulang masuk kembali dengan gerak seperti semula yaitu kanjar. (4B) Ganjur, (a) ragam I gerak mula‑mula ialah kaki kanan diangkat dengan suatu cara dan pada waktu gong berbunyi, kaki sudah di atas dengan ujung kaki di bawah, tumit di atas, kemudian kaki kanan diturunkan. Kaki kiri menggeser sedikit‑sedikit, kemudian setelah gong kecil berbunyi, kaki kiri tadi diletakkan di muka kaki kanan dengan tumit di atas, kemudian setelah gong berbunyi, baru tumit kaki ditunmkan, dengan posisi badan miring, hitungan 1 kali 4. Gerak tangan, keadaan tangan pada ragam tiga penari pria atau wanita tidak membawa apa‑apa. Gerak tangan pada waktu kaki kanan diangkat, tangan kiri ada di sekitar paha kiri, sedang tangan kanan adadi atas sekitar dada. Kemudian kaki kiri bergeser, tangan kiri ada di belakang pinggang dan tanan kanan sekitar tinggi dagu. Tangan kiri dilambaikan setengah, dan tangan kanan digenggam dan diturunkan sedikit, hampir dekat leher, disertai goyangan bahu, dan berbarengan dengan berbunyinya gong besar. (b) Ragam 2 jalan ke depan yang dimulai kaki kanan dengan hitungan 1 kali 3. Kemudian hadap kiri dengan tumit di atas berjingkat, diturunkan setelah gong besar berbunyi. Keadaan tangan pada saat ini direntangkan pada saat kaki berjingkat, yang kemudian diturunkan setelah gong besar berbunyi. Kemudian jalan lagi ke depan dimulai dengan kaki kanan, dengan hitungan 1 kali 3. Sesudah itu balik kiri dengan tumit kaki di atas, dan diturunkan setelah gong besar berbunyi. Jalan lagi ke depan dimulai dengan kaki kanan ( 1 kali 3). Kemudian putar kiri kedua tumit berjingkat, dan tangan direntangkan, dan diturunkan setelah gong besar berbunyi. Kemudian jalan ke depan, dimulal dengan kaki kanan (hitungan 1 kali 3), balik kanan, tangan direntangkan, dan diturunkan setelah gong besar berbunyi. (c) Ragam 3, pada ragarn ini penari pria mencabut tongkatnya yang terselip di pinggang. Penari wanita mencabut kipas yang terselip di depan dan dipegang tangan kanan. Kaki kanan diangkat ke depan dengan turnit di atas sewaktu gong kecil berbunyi, kemudian diturunkan. Kaki kiri digeserkan sedikit‑sedikit, sesudah gong kecil berbunyi, kemudian diturunkan. Kemudian kaki kiri yang bergeser itudiletakkan di muka kaki kanan dengan tumit di atas, dalam posisi badan miring. Kemudian diturunkan apabila gong besar berbunyi, dengan hitungan 1 kali 4. (d) Ragam 4, gerak kaki sama seperti gerak ragarn satu (Ganjur). Hadap kanan: penari pria, kedua tangan memegang kedua ujung tongkat. Caranya kaki kanan diangkat setelah gong kecil berbunyi. Sesudah ltu kaki kiri menggeser sedikit‑sedikit, kemudian meletakkan di muka kaki kanan dengan posisi badan miring. Kedua tangan yang memegang ujung tongkat, diletakkan di sekitar perut, kemudian ujung tongkat yang dipegang tangan kanan diangkat secara perlahan‑lahan sampai di sekitar dagu, apabila berbunyi gong besar. Untuk penari wanita, sewaktu hadap kanan, tangan kanan yang memegang kipas, diletakkan di atas sekitar bahu, tangan kiri ada di bawah, setelah gong besar berbunyi, yang diikuti dengan anggukan dagu dan pandangan mata yang tertuju. Properti kipas yang dipegang tangan kanan, diturunkan hampir ke dagu, sedang tangan kiri sewaktu gong besar berbunyi, diputar‑putarkan ke belakang. (Dilakukan sampai empat kali yaitu hadap kanan, hadap kiri, hadap kanan lagi dan hadap kiri lagi). (e) Ragam 5, hadap kanan: kaki kanan diangkat, kaki kiri bergeser sedikit‑sedikit, waktu akan hadap kanan possisi miring. Tangan kiri sudah ada di sekitar kaki kiri, tangan kanan yang memegang tongkat setinggi dagu, diturunkan pelan‑pelan dan apabila gong kecil berbunyi, ujung tongkat sudah ada di bawah, kemudian naik perlahan‑lahan sampai ujung tongkat setinggi dagu, kemudian turun sedikit saja apabila gong besar berbunyi, dengan diikuti anggukan dagu dan pandangan mata yang tertuju pada tongkat. Untukpenari wanita: hadap kanan, kipas yang dipegang tangan kanan setinggi dagu, kemudian turun sedikit sampai sekitar mulut, apabila gong besar berbunyl, diikuti pandangan mata dan dagu tertuju kepada kipas. Tangan kiri dilambaikan ke belakang berbarengan dengan bunyi gong besar. Alat-alat musik yang digunakan pada tarian jepen adalah: gambus, ketipung, gendang. Alat‑alat yang digunakan pada tarian Kanjar dan Ganjar adalah: bonang, kenoong, saron, gambang, gendang, gong besar, gong keeil.
Bahwa tarian jepen ini merupakan tarian muda‑mudi pada masa dulu dan sekarang berubah menjadi suatu tarian yang sering dipertunjukkan pada acara peringatan, upacara perkawinan, dan sebagainya. Tari Kanjar dan Ganjur adalah tanan yang pada mulanya hanya dipergunakan apabila ada pengangkatan raja pada masa kerajaan Kutai. Sekarang tarian ini dijadikan pengisi acara‑acara pada penyambutan tamu daerah yang datang ke daerahnya, dan juga dipergunakan untuk mengisi acara‑acara pada hari ulang tahun kota Tenggarong.
Daftar Pusataka untuk Memperdalam Kajian
Boeken, 1968. Steen Drukkerij van het H.L. Smits. S'Gravenhage. Broersma, R., 1927. Handel en Bedrijf in Zuiz Oost Bomeo, S'Gravenhage, G. Naeff.
Bondan, A.H.K. ,1953. Suluh Sedjarah Kalimantan, Padjar, Banjarmasin.
de Bruyn, W.K.H.F.;, 1923. Bijdrage tot de kennis van de Afdeeling Hoeloe Soengai, (Zuider a Ooster Afdeeling van Bomeo).
Eisenberger, J., 1936. Kroniek de Zuider en Ooster Afdeeling van Bomeo, Bandjermasin, Drukkerij Lim Hwat Sing.
Heekeren, C. van., 1969. Helen, Hazen en Honden Zuid Bomeo 1942, Den Haag, 1969.
Ras, J.J., 1910. Hikajat Bandjar, A study in Malay Histiography, N.V. de Ned.
Riwut, Tjilik, 1970. Kalimantan Memamnggil, Penerbit Endang, Djakarta.
Saleh, Idwar, 1986. Sejarah daerah Tematis Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta.
Situs internet
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat"
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur"
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/19/time/231458/idnews/619475/idkanal/10
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah"
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan"
Situs web resmi: www.kaltimprov.go.id
Situs web resmi: www.kalsel.go.id
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan"
http://www.bappeda-kaltim.com/geografi.php
http://www.indonesia.go.id/index.php/content/view/341/869/
http://kaltim.bps.go.id/
Situs web resmi: [www.kalteng.go.id]
[1]Berasaskan pengamatan dalam sebuah perkawinan adat Banjar di Desa Sungai lar, 12 Mei 1996, dan informasi yang diberikan Ahmad Setia 1996.
Kalimantan atau yang lazim disebut dengan Borneo adalah sebuah pulau terbesar di Nusantara selain pulau Papua. Istilah Kalimantan adalah berasal dari bahasa Melayu Banjar yaitu dari dua suku kata kali yang artinya sungai dan mantan atau penganten yang artinya adalah mempelai. Jadi secara harfiah Kalimantan artinya sungai tempat berlayarnya sepasang pengantin. Makna ini memberikan pengertian bahwa sungai merupakan urat nadi utama di pulau besar ini dalam rangka kegiatan ekonomi dan transportasi.
Secara umum, kalau kita membicarakan Kalimantan, tentu yang terbayang dalam benak kita adalah suku bangsa yang mendiaminya adalah orang Melayu dan Dayak. Ini adalah pandangan umum kita secara sekilas saja. Namun jika diperhatikan lebih rinci, orang Melayu pun terdiri lagi dari beberapa puaknya seperti Banjar, Kutai, Mahakam, dan seterusnya. Begitu juga dengan Dayak yang terdiri dari ratusan suku lagi seperti: Suku Kenyah, Suku Modang, Suku Muruts, Suku Badat, Suku Barai, Suku Bangau, Suku Bukat, Suku Galik, Suku Gun, Suku Jangkang, Suku Kalis, Suku Kayan, Suku Kayanan, Suku Kede, Suku Keramai, Suku Klemantan, Suku Pos, Suku Punti, Suku Randuk, Suku Ribun, Suku Cempedek, Suku Dalam, Suku Darok, Suku Kopak, Suku Koyon, Suku Lara, Suku Senunang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di samping itu, sesuai dengan peredaran masa, maka etnik-etnik pendatang juga memperlihatkan geliat eksistensinya. Suku-suku seperti Jawa, Bugis, Makassar, Madura, Tionghoa, telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kebudayaan di Kalimantan ini. Bagaimana struktur masyarakat dan kesenian di Kalimantan, mari kita lihat sesuai dengan uraian berikut ini.
Kalimantan Barat
Dalam konteks pemerintahan di Kalimantan Barat, maka tanggal penting adalah 1 Januari 1957 (hari jadi), ibukotanya Pontianak, luas keseluruhan adalah 146.807 km², jumlah penduduk adalah 4.073.304 jiwa (berdasarkan sensus 2004), jumlah kabupaten 10, jumlah pemerintahan kota 2, jumlah kecamatan 136, dan jumlah kelurahan/desa 1445. Suku-suku bangsa di Kalimantan Barat adalah: Suku Melayu , Suku Dayak, Suku Tionghoa, Suku Jawa, Suku Madura, Suku Bugis. Adapun agama yang dianut penduduknya adalah: Agama Islam (57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%). Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Dayak, dan Bahasa Tionghoa. Zona waktunya adalah Waktu Indonesai Babian Barat. Lagu daerah Cik Cik Periok (www.kalbar.go.id).
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan, dan beribukotakan Pontianak. Secara geografis, Provinsi Kalimantan Barat terletak di antara 108º BT hingga 114º BT, dan antara 2º6' LU hingga 3º5' LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki propinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalbar merupakan perairan laut, akan tetapi Kalbar memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Riau. Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2000 berjumlah 4.073.430 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubemur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvemement Bomeo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Waterafdeling Van Bomeo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Iklim di kalimantan barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0.kelembapan rata-tara antara 80% s/d 90%. Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh aneka ragam suku bangsa. Suku bangsa mayoritasnya yaitu Dayak,Melayu dan Tionghoa, yang jumlahnya melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat juga suku-suku bangsa lain, antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Batak, dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%.
Suku Dayak terdiri dari lima rumpun yaitu: (1) Rumpun Iban, (2) Rumpun Darat, (3) Rumpun Ot Danum, (4) Rumpun Punan, (5) Rumpun Apo Kayan. Suku-suku ini terdiri atas: Suku Iban, Suku Bidayuh, Suku Seberuang, Suku Mualang, Suku Kanayatan, Suku Mali, Suku Sekujam, Suku Sekubang, Suku Kantuk, Suku Ketungau, Suku Desa, Suku Hovongan, Suku Uheng Kereho, Suku Babak, Suku Badat, Suku Barai, Suku Bangau, Suku Bukat, Suku Galik, Suku Gun, Suku Jangkang, Suku Kalis, Suku Kayan, Suku Kayanan, Suku Kede, Suku Keramai, Suku Klemantan, Suku Pos, Suku Punti, Suku Randuk, Suku Ribun, Suku Cempedek, Suku Dalam, Suku Darok, Suku Kopak, Suku Koyon, Suku Lara, Suku Senunang, Suku Sisang, Suku Sintang, Suku Suhaid, Suku Sungkung, Suku Limbai, Suku Maloh, Suku Mayau, Suku Mentebak, Suku Menyangka, Suku Sanggau, Suku Sani, Suku Sekajang, Suku Selayang, Suku Selimpat, Suku Dusun, Suku Embaloh, Suku Empayuh , Suku Engkarong, Suku Ensanang, Suku Menyanya, Suku Merau, Suku Muara, Suku Muduh, Suku Muluk, Suku Ngabang, Suku Ngalampan, Suku Ngamukit, Suku Nganayat, Suku Panu Suku Pengkedang, Suku Pompang, Suku Senangkan, Suku Suruh, Suku Tabuas, Suku Taman, dan Suku Tingui. Masyarakat Melayu lokal/Senganan dan suku lainnya terdiri dari: Suku Melayu, Suku Sambas, Suku Banjar, Suku Pesaguan, Suku Bugis, Suku Jawa, Suku Madura, Suku Minang Suku Batak, dan lain-lain. Selain itu masyarakat keturunan Tionghoa, terdiri dari suku: Hakka, Tiochiu, dan lain-lain
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat pula bahasa-bahasa daerah yang juga banyak dipakai seperti Bahasa Melayu, beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka.Bahasa Melayu di kalbar terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Sanggau, dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang hampir mirip dengan bahas Melayu Malaysia dan Melayu Riau.
Pendidikan di Kalimantan Barat, Perguruan Tinggi /Universitas di Kalimantan Barat adalah Universitas Tanjungpura, STAIN Pontianak, Universitas Pancabakti , Politeknik Negeri Pontianak, Universitas Muhammadiyah, Politeknik Kesehatan , ASMI Pontianak, ABA Pontianak, STIE Pontianak, Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma, Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ), Universitas Kapuas Sintang, STIH Singkawang, STMIK Pontianak, Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma, Akademi Bahasa Asing Widya Dharma, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma, Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka, dan lain-lain.
Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagaiberikut: (1) Kabupaten Sambas ibukotanya Sambas, (2) Kabupaten Pontianak ibukotanya Mempawah, (3) Kabupaten Sanggau ibukotanya Batang Tarang, (4) Kabupaten Ketapang ibukotanya Ketapang, (5) Kabupaten Sintang ibukotanya Sintang, (6) Kabupaten Kapuas Hulu ibukotanya Putussibau, (7) Kabupaten Bengkayang ibukotanya Bengkayang, (8) Kabupaten Landak ibukotanya Ngabang, (9) Kabupaten Melawi ibukotanya Nanga Pinoh, (10) Kabupaten Sekadau ibukotanya Sekadau, (11) Kabupaten Kayong Utara ibukotanya Sukadana, (12) Kabupaten Kubu Raya ibukotanya Sungai Raya, (13) Kota Pontianak, dan (14) Kota Singkawang. Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat diantaranya adalah padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan diantaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dan lain-lain.
Kalimantan Selatan
Tanggal penting7 Desember 1956 (hari jadi), ibu kota Banjarmasin, luas keseluruhan 36.985 km², jumah penduduk3.054.129 (2002), angka kematian anak: 67/1.000 kelahiran. Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari: 11 Kabupaten, 2 buah Kota, 11 Kecamatan, 1.833 kelurahan/desa. Suku-suku setempat yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan adalah suku: Banjar, Bukit, Bakumpai, Dusun Deyah, dan Maanyan. Masyarakat di Kalimanya Selatan menganut Agama Islam (96,80%), Protestan (28,51%), Katolik (18,12%), Hindu (9,51%), dan Buddha (17,59%). Bahasa resmi adalah bahasa Indonesia, dan terdapat pula bahasa etnik setempat yaitu Bahasa Banjar , Bahasa Bakumpai, Bahasa Bukit, Bahasa Dusun Deyah , dan Bahasa Maanyan. Zona waktu Provinsi Kalimantan Selatan adalah Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA). Lagu Daerahnya bertajuk Saputangan Babuncu Ampat.
Kalimantan Selatan adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalsel dengan surat keputusan no.2 tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya sepuluh provinsi, setelah pembubaran RIS, salah satunya provinsi Kalimantan dengan gubemur Dokter Moerjani.
Sejarah. Tahun 8000 SM: Migrasi I, Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Ras ini melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong. 2500 SM : Migrasi II yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau Formosa ke pulau Bomeo yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum). 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Bomeo. 400: Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar Hulu. 520: Munculnya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu. 600: Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar. 1200: Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Tapin dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa. 1200: Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara. 1360: Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih. 1362: Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancumya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa. 1400: Masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekarsungsang menjadi Raja pertama. 1526: Banjarmasih, pemukiman Olohmasih, dipimpin Patih Masih. 1526-1550: Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Kerajaan Banjar. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H: Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. 1550-1570: Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin. 1520-1620: Masa pemerintahan Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612. 1596: Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten. 7 Juli 1607: Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin. 1612: Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura. 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura. 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka, setelah mengadakan perlawanan terhadap Belanda dengan 3000 pengikutnya. 15 Muharam 1251 H/1825: Undang Undang Sultan Adam (UUSA 1825). 1859: Sultan Tamjidillah yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar, diturunkan dari tahta dan diasingkan ke Bogor. 11 November 1858: Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari. 28 April 1859 : Pasukan Antasari menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron, Banjar. 17 Agustus 1860: Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong. 4 Mei 1861 : Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda. 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H) : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan. 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Bomeo. Tanggal 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda.
1915: Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura. Tahun 1919: Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin. Tahun 1923: National Bomeo Congres ke-1. 29-31 Maret 1924: National Bomeo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal. 5 Maret 1930 : Keluamya ketetapan no. 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio. Tahun 1938: Wester afdeeling van Bomeo, Zuider en Ooster Afdeeling van Bomeo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin. Tanggal 5 Desember 1941: Jepang membom Lapangan Terbang Ulin. Kemudian tanggal 21 Januari 1942: Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala. Tanggal 8 Februari 1942: Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubemur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya. Tanggal 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacum. Bulan Februari 1942: Dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Rusbandi, sebagai pemerintahan sementara. Tanggal 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil). Tanggal 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya. Tanggal 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar). Tanggal 17 April 1945: Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya. Tanggal 6 Mei 1945: Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor).
Tanggal 18 Agustus 1945 : Pemerintahan Sukamo-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubemur Kalimantan 23 Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Bulan Agustus 1945: Berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Tanggal 23 September 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara. Bulan November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah. Tanggal 20 November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka) di Amuntai, Hulu Sungai Utara. Tahun 1945 berdiri organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura, Banjar dan Banteng Bomeo di Rantau, Tapin serta Laskar Hizbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai. Tanggal 7 Desember 1945 : Pertempuran Marabahan di Barito Kuala. Tangal 21 Desember 1948 Pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah. Tanggal 2 Januari 1949 Pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan (Palagan Nagara). Tanggal 6 Februari : Pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu. Tanggal 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubemur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).. Tanggal 3 Juni 1949 : Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong. Tanggal 15 April 1949 : Pertempuran Batakan di Tanah Laut. Tanggal 8 Agustus 1949 : Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Tanggal 9 November 1949: Pertempuran di Banjarmasin. Tangal 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan di Cianjur. Tanggal 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalsel yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara. Belakangan Pasir (bagian Federasi Kalimantan Tenggara) bergabung ke provinsi Kalimantan Timur. Tanggal 23 Mei 1957: Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah. Tanggal 10 November 1991: Peresmian Museum Wasaka oleh Gubemur Kalsel Ir. H. Muhammad Said. Tanggal 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bemuansa SARA (partai). Tahun 2005: Terpilihnya H. Rudi Arifin sebagai gubemur untuk masa jabatan 2005-2009
Flora Resmi: Kasturi (Mangifera casturi). Fauna Resmi: Bekantan (Nasalis larvatus). Sumber daya alamnya Kehutanan: Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha) Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dan lain-lain.
Suku Bangsa, Kelompok etnik di Kalimantan Selatan menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain: Orang Banjar Kuala, Banjarmasin sampai Martapura, Orang Banjar Batang Banyu, Margasari sampai Kelua. Orang Banjar Pahuluan, Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura). Suku Barangas di Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh. Suku Bakumpai di Bakumpai, Marabahan, Kuripan, dan Tabukan. Suku Maanyan: Dayak Warukin, Pasar Panas, Dayak Balangan, dan Dayak Samihim. Suku Abal di Kampung Agung sampai Haruai. Suku Dusun Deyah di Muara Uya, Gunung Riut, Upau. Suku Lawangan di , Muara Uya Utara. Suku Bukit di Awayan(Dayak Pitap), Haruyan, Hantakan, Loksado, Piani. Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang. Orang Madura Madurejo di Pengaron, Mangkauk. Orang Jawa Tamban di Purwosari. Orang China Parit di Pelaihari. Suku Bajau di Kotabaru, Tanjung Batu. Orang Bugis Pagatan di Pagatan. Suku Mandar di pulau Laut dan pulau Sebuku (Sumber : Peta alam dan foto kelompok etnik Kalimantan Selatan, Museum Lambung Mangkurat).
Delapan etnik terbanyak di Kal-Sel menurut sensus 2000 (Dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli): (a) Suku Banjar: 2.271.586 jiwa; (b) Suku Jawa: 391.030 jiwa; (c) Suku Bugis: 73.037 jiwa; (d) Suku Madura: 36.334 jiwa; (e) Suku Bukit: 35.838 jiwa; (f) Suku Mandar: 29.322 jiwa; (g) Suku Bakumpai: 20.609 jiwa; (h) Suku Sunda: 18.519 jiwa; (i) suku-suku lainnya : 99.165 jiwa. Total penduduk Propinsi Kalsel tahun 2000: 2.975.440 jiwa (Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk Tahun 2000).
Etnik Banjar mempunyai daerah budaya yang mencakup pesisir barat dan selatan pulau Kalimantan. Mereka sering juga diidentifikasikan sebagai Melayu Banjar. Etnik Banjar mempercayai asal-usulnya berasaskan mite. Mite ini dianggap suci dan tidak boleh diceritakan kepada orang lain diluar etnik Banjar, kecuali dengan meminta izin dari para leluhur mereka, dengan cara menyediakan sesajian dan menadakan komunikasi langsung dengan roh-roh nenek moyang melalui dukun (wawancara dengan Elba Frida 1997).
Pada zaman dahulu kala sebelum adanya manusia di Kalimantan, terdapat seorang puteri cantik jelita yang bemama Junjung Buih, yang tidak diketahui dari mana asalnya. Dipercayai muncul dari lautan dan menelusuri sungai-sungai di sebelah selatan Kalimantan, dan akhimya sampai ke Martapura, sebagai wilayah kekuasaannya. Puteri ini memiliki empat pengawal yang membuatkan istana, yang bahannya dari bambu. Namun bambu yang diinginkan itu dikawal oleh raksasa yang bemama Buto. Di rumpun bambu ini terdapat juga benda-benda lain, iaitu: (1) kunyit putih, (2) kencur putih,(3) buah melinjo, (4) rumpun Lukmanulhakim jantan dan betina, (5) besi kuning, dan (6) rantai babi. Dalam perang, Buto dapat dikalahkan oleh keempat pengawal puteri.
Setelah istana dibangun puteri belum mau masuk ke dalam istana, sebelum diberi jodoh. Keempat pengawal pergi ke Tanah jawa dan menemukan jodoh puteri iaitu Pangeran Suryanata. Upacara dilakukan sangat meriah. Kedua pengantin diarak di sepanjang sungai dengan mengendarai sampan berbentuk naga (indaruk). Dari kegiatan inilah asal-usul nama Kalimantan, iaitu kali yang bererti sungai dan manten yang bererti pengantin, sungai tempat beraraknya sepasang pengantin. Sepasang pengantin inilah yang dipercayai masyarakat banjar sebagai neenk moyangnya (temubual dengan Elba Frida).
Asal-usul etnik Banjar berkaitan dengan istilah Banjarmasin, yang awalnya adalah sebuah kampung di muara sungai Kuin, salah satu cabang sungai Barito. Berada di antara pulau Kembang dan pula Alalak. Sebelum berdirinya Kerajaan Banjarmasin, di Kuin terdapat sebuah bandar yang dipimpin oleh Patih Masih, bahagian daripada Kerajaan Hindu Daha, di tepi sungai Negara dan Barito. Bandar ini disebut Bandar Masih, yang ertinya bandar ola masih atau bandamya orang Melayu. Dalam cerita rakyat Banjar, patih tersebut yang menyelamatkan Pangeran Samudera, pewaris takhta Kerajaan Daha. Kemudian bandar Masih dikenal dengan sebutan Banjarmasin. Dalam perkembangan selanjutnya untuk menyebutkan identiti sebuahnegeri, bahasa dan etnik (temubual dengan Ahmad Setia 1997).
Etnik Banjar yang ada di Sumatera Utara, datang dari Kalimantan terutama berkaitan dengan faktor kekurangan lahan pertanian dan peperangan. Walaupun Kalimantan pulau terbesar di Nusantara, namun saat itu tanah gambut di pulau ini belum dapat diolah dengan teknologi canggih. Pada tahun 1859 terjadi perang Banjar, kerana Belanda mencuba menguasai tanah Kerajaan banjar, yang menyebabkan banyak orang Banjar migrasi ke Sumatera Timur.
Pada mulanya orang-orang Banjar datang dari daerah Kalimantan Selatan, sekitar Martapura dan barito, diperkirakan pada abad kesembilan belas. Mereka menyusuri Sungai Barito lalau mengharungi Selat Melaka ke arah barat, lalu sampai ke Sumatera Timur. Di tempat baru ini, mereka membuat perkampungan etnik Banjar, seperti: Desa Sei Ular, Desa Kebun Kelapa, Pantai Labu dan lain-lainnya (temubual dengan Anjang Nurdin Paitan 1989).
Biasanya orang Banjar berkecenderungan untuk bermastautin di pedesaan dan bermatapencaharian sebagai petani penanam padi, getah, dan kelapa, dengan membuka perkebunan kecil. Etnik Banjar mempunyai kemampuan membuka lahan pertanian di hutan dan menggali saluran-saluran irigasi pertanian. Pada tahun 1903 Sultan Serdang membuka projek persawahan dekat Kota Perbaungan yang disebut bendang. Untuk mengolah sawah ini, didatangkan ribuan orang Banjar dari Kalimantan selatan yang ahli bersawah. Disertai dengan kepala kelompoknya yang bemama Haji Mas Demang. Akhimya mereka menentap di Sumatera Utara sampai sekarang ini (temubual dengan Tengku Luckman Sinar 2008).
Di antara orang-orang Banjar ini sudah banyak pula yang mengaku dirinya sebagai bahagian dari etnik Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara. Hal ini disebabkan oleh sebahagian besar mereka menganut agama Islam yang diserap ke dalam adat istiadat mereka, dan budayanya dianggap sebagai bagian dari budaya Melayu.
Dalam perkembangan berikutnya, etnik Banjar ini juga berinteraksi dengan berbagai etnik di Sumatera Utara, sama ada melal;ui perkahwinan, atau peminjaman unsur-unsur budaya, termasuk kesenian. Bahkan dalam upacara perkahwinan mengadopsi alat-alat muzik Melayu, seperti: gendang ronggeng, biola, serunai, tawak-tawak atau gong dan lainnya. Alat-alat muzik jawa juga mereka pergunakan, iaitu: gendang barel dua sisi yang disebut babun (di Jawa batangan) dan saron.[1]
Namun demikian, mereka juga mempunyai sumbangan besar dalam memajukan kebudayaan di Sumatera Utara. Di antara gadis-gadis etnik Banjar di Sumatera Utara ada pula yang menjadi ronggeng Melayu. Bahkan ada dua ronggeng yang terkenal dan menjadi “primadona” di Sumatera Utara. Yang pertama adalah Galuh Gamid atau Galuh Hamid serta Galuh Dinar. Istilah Galuh adalah berasal dari baahsa Banjar yang ertinya sebutan untuk gadis. Ada masa kini, Ahmad Setia, seorang pemain akordeon gaya muzik Melayu yang terkenal di Sumatera Utara, adalah keturunan Banjar. Ia menghafal sebagian besar lagu-lagu Melayu lama. Ia juga seorang pemain akordion yang dipandang paling “handal” dalam mengiringi tari Serampang Dua Belas.
Bahasa Daerah, Bahasa Melayu Lokal: Bahasa Banjar (Dialek Banjar Hulu, Dialek banjar Kuala, Bahasa Barangas). Bahasa Melayu Bukit (Bahasa Barito, Barito barat, dan Barito barat bagian selatan ); Bahasa Bakumpai, Barito timur, Barito timur bagian utara, Bahasa Lawangan-Pasir, Barito timur bagian Tengah-Selatan (Bagian Tengah: Bahasa Dusun Deyah, Bagian Selatan: Bahasa Maanyan).
Daftar Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Tanah Laut ibukotanya Pelaihari; (2) Kabupaten Kotabaru ibukotanya Kotabaru; (3) Kabupaten Banjar ibukotanya Martapura; (4) Kabupaten Barito ibukotanya Kuala Marabahan; (5) Kabupaten Tapin ibukotanya Rantau; (6) Kabupaten Hulu Sungai Selatan ibukotanya Kandangan; (7) Kabupaten Hulu Sungai Tengah ibukotanya Barabai; (8) Kabupaten Hulu Sungai Utara ibukotanya Amuntai; (9) Kabupaten Tabalong ibukotanya Tanjung; (10) Kabupaten Tanah Bumbu ibukotanya Batulicin; (11) Kabupaten Balangan ibukotanya Paringin; (12) Kota Banjarmasin; dan (13) Kota Banjarbaru.
Gedung Sultan Suriansyah tempat pementasan budaya Kalimantan Selatan. Seni Musik Tradisional: Gamelan Banjar ; Musik Panting (suku Banjar); Musik Kangkurung (suku Dayak Bukit); Musik Bumbung, Musik Kintung, Musik Kangkanong, Musik Salung, Musik Suling, Musik Bambang, dan Musik Masukkiri (suku Bugis). Teater tradisional dan wayang: Mamanda (teater tradisional suku Banjar), Lamut (suku Banjar), Madihin (suku Banjar), Wayang Kulit Banjar (suku Banjar), Wayang Gung (wayang orang suku Banjar), Balian (suku Dayak Bukit). Tarian di Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut. Tarian suku Banjar: Baksa Kambang, Radap Rahayu, Kuda Gepang , dan Tarian suku Banjar lainnya. Tarian suku Dayak Bukit: Tari Tandik Balian, Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita), Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria). Lagu Daerah suku Banjar: Ampar-Ampar Pisang, Sapu Tangan Babuncu Ampat, Paris Barantai, dan Lagu daerah Banjar lainnya.
Kalimantan Tengah
Tanggal penting 23 Mei 1957 (hari jadi), ibu kotaPalangka Raya, l uas157.983 km² , pantai 750 km. Penduduk2.004.110 (2006), kepadatan 12/km², kabupaten 13, kota 1, kkecamatan 88, kelurahan/desa 1.136. Suku-suku bangsa yang ada di Kalimantan Tengah adalah: Suku Dayak (Ngaju, Bakumpai, Maanyan, Lawangan, Siang, Murung, Dusun, Bawo, Dayak Sampit, Ot Danum, Dayak Kotawaringin, Taboyan), Suku Melayu Banjar, Suku Jawa, Suku Madura, dan Suku Bugis. Agama yang dianut penduduk Kalimantan Tengah adalah agamaIslam (69,67%), Protestan (16,41%), Hindu (10,69), Katolik (3,11%), dan Budha (0,12%). Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Dayak dan Bahasa Indonesia (Melayu). Zona waktunya adalah Waktu Indonesia Bagian Barat. Lagu daerah adalah Kalayar, Naluya, Palu Cempang Pupoi, Tumpi Wayu, Saluang, Kitik-Kitik, dan Manasai
Kalimantan Tengah adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibukotanya adalah Palangka Raya. Provinsi ini mempunyai 13 kabupaten dan 1 pemerintahan kota. Bagian Utara terdiri Pegunungan Muller Swachner dan perbukitan, bagian Selatan dataran rendah, rawa, paya-paya. Berbatasan dengan tiga Provinsi Indonesia yaitu Kalimantan Timur, Selatan dan Barat serta Laut Jawa. Iklim tropis lembab, dilintasi garis ekuator. Banyak belum diketahui, dengan ragam wilayah pantai, gunung / bukit, dataran rendah dan paya, segala macam vegetasi tropis mendominasi alam daerah ini. Orang utan merupakan hewan endemik yang masih banyak di Kalteng khususnya di wilayah Taman Nasional tanjung Puting yang mencapai 300.000 Ha di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Terdapat beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, trenggiling, buaya, kukang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan, biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet / beo dan lain-lain bervariasi tinggi. Hutan mendominasi wilayah 80 %. Hutan primer tersisa sekitar 25 % dari luas wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit mencapai 700.000 Ha (2007). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kab Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas dan Kotawaringin Timur. Banyak ragam potensi sumber alam, antara lain yang sudah diusahakan batubara, emas, zirkon, besi. Terdapat pula tembaga, kaolin, batu permata dan lain-lain.
Sebutan umum suku Dayak yang ada di Kalteng adalah suku Dayak Ngaju (dominan), suku lainnya yang tinggal di pesisir adalah Banjar Melayu Pantai merupakan 25 % populasi. Di samping itu ada pula suku Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain. Suku Dayak di Kalteng antara lain: Suku Dayak Ot Danum, Suku Dayak Ngaju, Suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Maanyan, Suku Dayak Dusun, Suku Dayak Lawangan, Suku Dayak Siang Murung, Suku Dayak Punan, Suku Dayak Sampit, Suku Dayak Kotawaringin Barat, Suku Dayak Katingan, Suku Dayak Bawo, Suku Dayak Taboyan, dan Suku Dayak Mangkatip
Busana Adat Kotawarigin Barat yang merupakan unsur budaya Melayu di Kalteng dipengaruhi Busana pengantin Banjar Baamar Galung Pancar Matahari. Seperti pada umumnya bagian negara Indonesia yang merdeka lainnya, masyarakat Kalimantan Tengah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Sebagian besar masyarakat Kalimantan Tengah (sekitar 60%) terutama di daerah perkotaan telah mengenal dan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, terutama sebagai bahasa pengantar di pemerintahan dan pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia telah diajarkan kepada para siswa sejak bangku sekolah dasar. Bahasa Sehari-hari
Keberagaman etnis dan suku bangsa menyebabkan Bahasa Indonesia dipengaruhi berbagai dialek. Namun kebanyakan bahasa daerah ini hanya digunakan dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai bahasa pengantar di pemerintahan maupun pendidikan. Sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah terdiri dari suku bangsa Dayak. Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah,terutama di daerah sungai Kahayan dan Kapuas,bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialek seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu Bahasa Ma'anyan dan Ot 'Danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma'anyan banyak digunakan digunakan di daerah aliran sungai Barito dan sekitamya. Sedangkan bahasa Ot'Danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot'danum di hulu sungai Kahayan dan kapuas. Kelompok masyarakat pendatang juga memberikan keragaman bahasa bagi masyarakat Kalimantan Tengah. Bahasa yang cukup sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Banjar karena memiliki kedekatan geografis dengan daerah Kalimantan Selatan yang mayoritas dihuni oleh suku/orang Banjar, dan cukup banyak orang Banjar yang merantau ke Kalimantan Tengah. Bahasa lainnya adalah bahasa Jawa, bahasa Bugis, bahasa Batak, dan sebagainya yang dibawa pendatang. Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalteng, bahasa daerah (lokal) terdapat pada 11 DAS meliputi 9 bahasa dominan dan 13 bahasa minoritas yaitu: Bahasa Dominan: Bahasa Melayu, Bahasa Banjar, Bahasa Ngaju, Bahasa Manyan, Bahasa Ot Danum, Bahasa Katingan, Bahasa Bakumpai, Bahasa Tamuan, Bahasa Sampit. Bahasa Kelompok Minoritas: Bahasa Mentaya, Bahasa Pembuang, Bahasa Dusun Kalahien, Bahasa Balai, Bahasa Bulik, Bahasa Mendawai, Bahasa Dusun Bayan, Bahasa Dusun Tawoyan, Bahasa Dusun Lawangan, Bahasa Dayak Barean, Bahasa Dayak Bara Injey, Bahasa Kadoreh, dan Bahasa Waringin.
Seperti daerah lain di Indonesia,di Prov. Kalimantan Tengah terdapat berbagai jenis agama dan kepercayaan yang menyebar dan diseluruh daerah Kalimantan Tengah, antara lain : 1. Islam 2. Kristen Prostestan 3. katolik 4. Hindu Bali 5. Budha 6. Hindu Kaharingan. Kaharingan adalah kepercayaan Penduduk asli kalimantan tengah yang hanya terdapat didaerah kalimantan sehingga untuk dapat diakui sebagai agama maka digabungkan dalan agama hindu. Penganut Agama Hindu Kaharingan tersebar didaerah Kalimantan Tengah dan banyak terdapat dibagian hulu sungai, antara lain hulu sungai kahayan, sungai katingan, dan hulu sungai lainnya
Perguruan Tinggi yang ada di Kalimantan Tengah di antaranya adalah: Universitas Negeri terbesar di Kalimantan tengah adalah Universitas Palangka Raya. Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Kotawaringin Barat ibukotanya Pangkalan Bun; (2) Kabupaten Kotawaringin Timur ibukotanya Sampit; (3) Kabupaten Kapuas ibukotanya Kuala Kapuas; (4) Kabupaten Barito Selatan ibukotanya Buntok; (5) Kabupaten Barito Utara ibukotanya Muara Teweh; (6) Kabupaten Katingan ibukotanya Kasongan; (7) Kabupaten Seruyan ibukotanya Kuala Pembuang; (8) Kabupaten Sukamara ibukotanya Sukamara; (9) Kabupaten Lamandau ibukotanya Nanga Bulik; (10) Kabupaten Gunung Mas ibukotanya Kuala Kurun; (11) Kabupaten Pulang Pisau ibukotanya Pulang Pisau; (12) Kabupaten Murung Raya ibukotanya Purukcahu; (13) Kabupaten Barito Timur ibukotanya Tamiang; dan (14)Kota Palangka Raya.
Sebagian Besar Penduduk di Wilayah Katingan Khususnya Kecamatan Katingan Tengah bermata pencaharian sebagai petani dan Penambang. hasil tambang utama yang dihasilkan adalah emas dan puya (pasir zirkon) yang berwama merah. Masyarakat dalam melakukan penambangan masih bersifat tradisional sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. Bandar udara Hasan sampit telah bisa melayani penerbangan dari dan ke Surabaya dan jakarta direct, menggunakan pesawat jet berbadan lebar jenis 737. penerbangan ini dilayani oleh 3 maskapai, yaitu: merpati nusantara airlines,
trigana air service dan kartika airlines.
Memiliki berbagai macam seni musik dan instrumen musik salah satunya instrumen musik kecapi atau kacapi berbentuk seperti dayung berdawai 2 dan 3, terbuat dari bahan kayu ringan (kayu jalutung atau hanjalutung) serta bemada minor, Kacapi biasa untuk mengiringi seni vokal salah satunya seni vokal seperti pantun yang disebut Karungut dan seni tari Manganjan,juga biasa digunakan oleh umat Kaharingan sebagai alat musik dalam upacara-upacaranya. Permainan Kacapi biasa disebut Mangacaping dan lebih dinamis dalam permainannya. Kacapi berbeda dengan instrumen musik petik sejenis dari Propinsi Kalimantan lain. Terdapat tari hugo dan huda, Tari Putri Malawen, Tari Tuntung Tulus dari Barito Timur Wadian
Kalimantan Timur
Lambang Kalimantan Timur Ruhui Rahayu (Bahasa Banjar: "semoga Tuhan memberkati"). Peta lokasi Kalimantan Timur Koordinat113°44' - 119°00' BT, 4°24' LU - 2°25' LS. Dasar hukumUU No. 25 Tahun 1956, tanggal penting 1 Januari 1957, ibu kota Samarinda Luas 245.237,80[1] km², jumlah enduduk 2.750.369[1] jiwa (2004), kepadatan penduduk 11,22 jiwa/km², jumlah kabupaten 10, pemerintahan kota 4, k ecamatan122, kelurahan/desa 191/ 1.347. Suku-suku bangsa yang mendiami Kalimantan Timur adalah sebagai berikut: Suku Jawa (29,55%), Bugis (18,26%), Banjar (13,94%), Dayak (9,91%) dan Kutai (9,21%) dan suku lainnya 19,13%. Agama yan dianut penduduk alimantan Timur adalah: Agama Islam (85,2%), Kristen (Protestan & Katolik) (13,9%), Hindu (0,19%), dan Budha (0,62%) (data tahun 2000). Bahasa yang dipakai penduduknya adalah Bahasa Indonesia, Banjar, Dayak, dan Kutai. Zona waktu adalah Wilayah Indonesia Bagian Tengah (WITA) dengan (UTC+8). Lagu daerah Kalimantan Timur Indung-Indung, Buah Bolok, dan Lamin Talunsur.
Kalimantan Timur adalah salah satu daerah yang berstatus provinsi di Indonesia. Provinsi ini merupakan salah satu dari empat provinsi di Kalimantan. Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia, dengan luas wilayah 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Propinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia
Sebelum kedatangan Belanda Sebelum kedatangan Belanda terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir, Kesultanan Bulungan. Propinsi Kalimantan Timur selain sebagai kesatuan administrasi, juga sebagai kesatuan ekologis dan historis. Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 dengan Gubemumya yang pertama adalah APT Pranoto. Sebelumnya Kalimantan Timur merupakan salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga Provinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Pembentukan provinsi Kalimantan Timur Daerah-daerah Tingkat II di dalam wilayah Kalimantan Timur, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 1959, Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1955 No.9). Lembaran Negara No.72 Tahun 1959 terdiri atas: Kotamadya Samarinda, dengan Kota Samarinda sebagai ibukotanya dan sekaligus sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kotamadya Balikpapan, dengan kota Balikpapan sebagai ibukotanya dan merupakan pintu gerbang Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai, dengan ibukotanya Tenggarong Kabupaten Paser, dengan ibukotanya Tanah Grogot. Kabupaten Berau, dengan ibukotanya Tanjung Redeb. Kabupaten Bulungan, dengan ibukotanya Tanjung Selor.
Dalam Perkembangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan didalam UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka dibentuk 2 Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981 dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1989 yakni: Kota Administratif Bontang (berada di Kabupaten Kutai) Kota Administratif Tarakan (berada di Kabupaten Bulungan). Selanjutnya sebagai perpanjangan tangan dari Gubemur Kepala Dearah Tingkat I Kalimantan Timur dalam mengelola Administrasi Pemerintahan dan Pembangunan di daerah ini, dibentuk 2 (dua) Pembantu Gubemur yang bertugas Mengkoordinir Wilayah Utara dan Wilayah Selatan. Pembantu Gubemur Wilayah Utara, berkedudukan di Kota Tarakan yang dalam hal ini merupakan perpanjangan tangan Gubemur untuk Wilayah Kabupaten Berau, Bulungan dan Kota Administratif Tarakan. Pembantu Gubemur Wilayah Selatan, berkedudukan di Kota Balikpapan yang dalam hal ini merupakan perpanjangan tangan Gubemur untuk Kotamadya Balikpapan, Kabupaten Kutai, Kabupaten Paser dan Kota Administratif Bontang. Kemudian institusi dua Pembantu Gubemur Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara tersebut telah ditiadakan sejak tahun 1999. Kebijakan penghapusan Institusi ini semata-mata untuk memenuhi ketentuan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 47 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Bontang, maka Propinsi Kalimantan Timur menjadi 12 wilayah administrasi pemerintahan daerah yaitu 8 Kabupaten dan 4 Kota. Pada tanggal 17 Juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Kalimantan Timur menjadi 14. Ibukota provinsi ditempatkan di Samarinda, dengan alamat kantor gubemur: Jl. Gadjah Mada No. 2, Samarinda.
Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Paser ibukotanya Tanah Grogot; (2) Kabupaten Kutai Kartanegara Tenggarong; (3) Kabupaten Berau ibukotanya Tanjungredep; (4) Kabupaten Bulungan ibukotanya Tanjungselor; (5) Kabupaten Nunukan ibukotanya Nunukan; (6) Kabupaten Malinau ibukotanya Malinau; (7) Kabupaten Kutai Barat ibukotany Sendawar; (8) Kabupaten Kutai Timur ibukotanya Sangatta; (9) Kabupaten Penajam Paser Utara ibukotanya Penajam; (10) Kabupaten Tana Tidung ibukotanya Tideng Pale; (11) Kota Balikpapan; (12) Kota Samarinda; (13) Kota Tarakan; dan (14) Kota Bontang.
Kalimantan Timur merupakan propinsi terluas di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 245.237,80 km² atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Propinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur. Di kalimantan timur kira-kira tumbuh sekitar 1000-189.000 jenis tumbuhan antara lain anggrek hitam yang harga per bunganya dapat mencapai 100.000-500.000. Masalah sumber daya alam di sini terutama adalah penebangan hutan ilegal yang memusnahkan hutan hujan, selain itu Taman Nasional Kutai yang berada di Kabupaten Kutai Timur ini juga dirambah hutannya. Kurang dari setengah hutan hujan yang masih tersisa, seperti Taman Nasional Kayan Mentarang di bagian utara provinsi ini. Pemerintah lokal masih berusaha untuk menghentikan kebiasaan yang merusak ini. Hasil utama provinsi ini adalah hasil tambang seperti minyak, gas alam, dan batu bara. Sektor lain yangkini sedang berkembang adalah agrikultur, pariwisata, dan industri pengolahan. Beberapa daerah seperti Balikpapan dan Bontang mulai mengembangkan kawasan industri berbagai bidang demi mempercepat pertumbuhan perekonomian. Sementara kabupaten-kabupaten di Kaltim kini mulai membuka wilayahnya untuk dibuat perkebunan seperti kelapa sawit, dan lain-lain. Kalimantan Timur memiliki beberapa tujuan pariwisata yang menarik seperti kepulauan Derawan di Berau, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Pantai Batu Lamampu di Nunukan, petemakan buaya di Balikpapan, petemakan rusa di Penajam, Kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pantai Amal di Kota Tarakan, Pulau Kumala di Tenggarong, dan lain-lain. Tetapi ada kendala dalam menuju tempat-tempat di atas yaitu transportasi. Banyak bagian di provinsi ini masih tidak memiliki jalan aspal, jadi banyak orang berpergian dengan perahu dan pesawat terbang dan tak heran jika di Kalimantan Timur memiliki banyak bandara perintis. Selain itu, akan ada rencana pembuatan Highway Balikpapan-Samarinda-Bontang-Sangata demi memperlancar perekonomian.
Kalimantan Timur memiliki beberapa macam suku bangsa. selama ini yang dikenal oleh masyarakat luas, padahal selain dayak ada 1 suku yang juga memegang peranan penting di Kaltim yaitu suku Kutai. Suku Kutai merupakan suku Melayu asli Kalimantan Timur, yang awalnya mendiami wilayah pesisir Kalimantan Timur. Lalu dalam perkembangannya berdiri dua kerajaan Kutai, kerajaan Kutai Martadipura yang berdiri lebih dulu dengan rajanya Mulawarman, lalu berdiri pula belakangan kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura, dan lalu berubah nama menjadi kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Bahasa daerah di Kalimantan Timur Bahasa-bahasa daerah di Kaltim merupakan bahasa Austronesia dari rumpun Malayu-Polinesia, diantaranya adalah Bahasa Tidung, Bahasa Banjar, Bahasa Berau, dan Bahasa Kutai. Bahasa lainnya adalah Bahasa Lundayeh. Lagu Daerah: Burung Enggang (bahasa Kutai); Meharit (Bahasa Kutai); Sabar'ai-sabar'ai (Bahasa Banjar); Anjat Manik (Bahasa Berau Benua); Bebilin (Bahasa Tidung); Andang Sigurandang (Bahasa Tidung); Bedone (Bahasa Dayak Benuaq); Ayen Sae (Bahasa Dayak); Sorangan (Bahasa Banjar); Lamin Talunsur (Bahasa Kutai); Buah Bolok (Bahasa Kutai); Aku Menyanyi (Bahasa Kutai); Sungai Kandilo (Bahasa Pasir); Rambai Manguning (Bahasa Banjar); Ading Manis (Bahasa Banjar); Indung-Indung (Bahasa Melayu Berau); Basar Niat (Bahasa Melayu Berau); Berampukan (Bahasa Kutai); Undur Hudang (Bahasa Kutai); Kada Guna Marista (Bahasa Banjar); Tajong Samarinda; Citra Niaga; Taman Anggrek Kersik Luwai; Ne Poq Batang; Banuangku; Kekayaan Alam Etam; Mambari Maras; Kambang Goyang; Apandang Jakku; Keledung; Ketuyak; Jalung; Antu; Mena Wang Langit; Tung Tit; To Kejaa; Ting Ting Nging; Endut-Endut; Enjung-Enjung; Julun Lajun; Sungai Mahakam; Samarinda Kota Tepian; Jagung Tepian; Kandania; Sarang Kupu; Adui Indung, dan lan-lain. Seni Suara di Kalimantan Timur di antaranya adalah: Bedeguuq (Dayak Benuaq); Berijooq (Dayak Benuaq); Ninga (Dayak Benuaq). Seni Berpantun: Perentangin (Dayak Benuaq); Ngelengot (Dayak Benuaq); Ngakey (Dayak Benuaq), dan Ngeloak (Dayak Benuaq). Adapun tarian di kawasan ini adalah: Tarian Bedewa dari suku Tidung (Kabupaten Nunukan); Tarian Iluk Bebalon dari suku Tidung (Kota Tarakan); Tarian Besyitan dari suku Tidung (Kabupaten Malinau); Tarian Kedandiu dari suku Tidung (Kabupaten Bulungan); Tarian Gantar dari Suku Dayak Benuaq; Tarian Ngeleway dari Suku Dayak Benuaq; Tarian Ngerangkaw dari Suku Dayak Benuaq; Tarian Kencet dari Suku Dayak Kenyah; Tarian Datun dari Suku Dayak Kenyah ;Tarian Hudoq dari Suku Dayak Bahau.
Upacara penyembuhan penyakit: Beliatn Bawo (suku Dayak Benuaq); Beliatn Sentiyu (suku Dayak Benuaq); Beliatn Kenyong (Suku Dayak Benuaq); Beliatn Luangan (suku Dayak Benuaq); dan Beliatn Bejamu (suku Dayak Benuaq). Upacara tolak bala, hajatan, atau selamatan: Nuak (dari Suku Dayak Benuaq); Bekelew (suku Dayak Benuaq); Nalitn Tautn (suku Dayak Benuaq); Paper Maper (suku Dayak Benuaq); Besamat (suku Dayak Benuaq); Pakatn Nyahuq (suku Dayak Benuaq). Upacara Adat Kematian: Kwangkey/Kuangkay (suku Dayak Benuaq); Kenyeuw (suku Dayak Benuaq); dan Parepm Api/Tooq (suku Dayak Benuaq).
Contoh-contoh Kesenian
Musik Tradisional Suku Dayak Tunjung
Suku Tunjung adalah salah satu suku Dayak yang ada di Kalimantan Timur. Suku Tunjung yang ada di Kalimantan Timur, dijumpai di daerah Kabupaten Kutai (Sungai Mahakam), di Kecamatan‑kecamatan: Kota Bangun, Melak, Kembang Janggut, Muara Pahu, dan lain-lain. Kalau kita melihat bentuk seni dari suku ini, tentunya kita akan melihat pula bentuk musik yang merupakan pengiring tarian yang disajikan. Akan tetapi musik ini tidak hanya sebagai pengiring jenis tari‑tarian, melainkan juga sering dipergunakan dalam upacara‑upacara adat serta keagamaan. Pola, bentuk, dan ciri khas dari suku tersebut tidak terlepas dari persentuhan dengan alam sekitamya dan menjadi milik kolektif, oleh karena mereka pulalah yang bersama‑sama menciptakannya.
Kalau kita melihat dan komposisi musik yang mereka gunakan, kita dapat menduga bahwa kesenian dari suku ini belum begitu maju jika dibandingkan dengan budaya modern Barat. Hal ini dapat kita lihat dari alat‑alat musik yang mereka pergunakan, yang umumnya masih sangat sederhana. Alat-alat musik tersebut adalah klentangan, gong kecil, gong besar, gendang (gemer atau pompong). Jenis‑jenis ini mereka gunakan bersama‑sama, yang di antara alat musik yang satu dan yang lain terdapat fungsi saling mendukung, sehingga menghasilkan pola bentuk kesenian musik yang mereka ciptakan.
Suku Dayak Tunjung memiliki alat-alat musik, seperti yang diuraikan berikut ini. (a) Klentangan merupakan sebuah instrumen yang terdiri dari enam buah gong kecil, yang tersusun menurut nada‑nada tertentu pada suatu standar atau rancak. Klentangan ini terbuat dari logam. Awalnya pada masa mereka belum mengenal logam, klentangan ini masih terbuat dari kayu dengan nama glunikng. Suara glunikng ini tidak sekeras atau senyaring suara klentangan yang yang terbuat dari logam. Hal ini dapat kita maklumi karena suara logam pasti lebih nyaring dari kayu. Kemudian fase selanjutnya setelah mereka menemukan logam tersebut mereka membuatnya dari logam. Dengan adanya perubahan serta perkembangan masyarakat yang menyesuaikan diri dengan zaman, terdapat pengaruh terhadap corak dan bentuk kesenian mereka.
Klentengan terbuat dari jenis perunggu yang bentuknya mirip dengan bonang, akan tetapi mempunyai bentuk tersendiri dengan suara yang khas menunjuk kepada ciri‑ciri khusus dari klentengan tersebut. Kalau kita menyelidiki pembuatannya, diperkirakan bahwa klentengan dibuat di daerah Tunjung. Tidak ditemukan tempat dapur besi atau pandai besi untuk pembuatan alat tersebut, kecuali untuk membuat senjata seperti mandau dan tombak. Jadi ada kemungkinan alat musik tersebut dibuat dari luar, dengan melihat bentuknya yang sangat mirip dengan bonang dari Jawa. Alasan lain yang mendukung bahwa alat musik ini dibuat di luar daerah ini adalah bahan‑bahan untuk pembuatan klentengan, yaitu sejenis pemggu, sangat sulit ditemukan di daerah ini. Kemudian kemungkinan pengolahan dan Jawa yaitu, pada saat Kerajaan Kutai berkuasa dan mengadakan hubungan dengan salah satu kerajaan Jawa (Majapahit), hal itu berpengaruh terhadap masyarakat yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Kutai.
Jenis musik klentengan adalah jenis musik/instrumen yang dipukul. Jadi tidak berbeda dengan cara‑cara musik tabuh yang ada di daerah lain seperti Jawa (gamelan), kulintang Manado, dan sebagainya. Alat pemukulnya dibuat dari sejenis kayu(tanpa dibalut), akan tetapi dipilih kayu yang agak lembut tapi keras. Hal ini dimaksud agar nada‑nada klentengan ini tidak akan berubah akibat pukulan‑pukulan yang dilakukan. Klentengan inilah yang hingga pada saat ini dipergunakan mereka, baik dalam mengiringi tari‑tarian maupun dalam upacara‑upacara adat serta agama. Sedangkanglunikng dan serunai tidak kita jumpai lagi, walaupun kemungkinan alat musik ini masih ada. Dan lagi klentengan. ini dianggap mereka sebagai benda pusaka yang merupakan peninggalan nenek moyang mereka turun‑temurun. Hal mi dapat dimengerti, karena kemungkinan untuk membuat klentengan yang baru dengan bahan yang sama seperti klentengan yang ada, tidak akan diperoleh/didapat dan pembuat klentengan sampai sekarang ini belum diketahui. Jadi wajarlah kalau mereka menganggap bahwa klentengan merupakan pusaka peninggalan nenek moyang mereka.
(b) Tarasi, yaitu Gong kecil ini, untuk masyarakat suku Tunjung mempunyai istilah tertentu, yaitu wraW. Taraai, yaitu sejenis gong kecil (bentuk seperti klentangan), yang jumlahnya hanya satu(I nada), dan biasanya digantung pada tempat yang sudah diolah/disediakan(standar). Biasanya alat ini hanya dipergunakan pada saat upacara naik ayun, yaitu dengan. memukul. taraai tersebut terus‑menerus disertai dengan pantun‑pantun di dalam bahasa mereka, yang berhubungan dengan upacara tersebut. Alat pemukulnya/penabuhnya dibuat dan kayu yang agak lunak.
(c) Genikng adalah istilah untuk gong besar bagi masyarakat suku Tunjung di Kalimantan Timur. Genikng ini terdiri dari dua macam, yaitu yang besar dengan garis tengah kira‑kira 55 cm , dan yang kecil dengan garis tengah kira‑kira 45 cm. Kedua gong ini biasanya digantung pada standamya seperti halnya gong di Jawa, dan standar ini juga diben hiasan/ukiran dengan motif ukiran suku tersebut. Kedua gong itu mempunyai nada yang berbeda, disesuaikan dengan nada perkembangan, yang fungsinya seolah‑olah merupakan alat musik bas. Gong yang besar bemada C, sedangkan yang kecil bemada E. Gong(genikng) ini biasanya digunakan untuk upacara‑upacara keagamaan dan juga dipergunakan untuk membantu klentengan dalam mengiringi lagu‑1agu untuk tari‑tarian. Taraai dan genikng ini terbuat dari bahan perunggu. Cara membuatnya belum dapat diketahui dengan pasti, diperkirakan datangnya juga dari luar, seperti halnya klentangan.glunikng dan serunai tidak kita jumpai lagi, walaupun kemungkinan alat musik ini masih ada. Dan lagi klentengan. ini dianggap mereka sebagai benda pusaka yang merupakan peninggalan nenek moyang mereka turun‑temurun. Hal mi dapat dimengerti, karena kemungkinan untuk membuat klentengan yang baru dengan bahan yang sama seperti klentengan yang ada, tidak akan diperoleh/didapat dan pembuat klentengan sampai sekarang ini belum diketahui. Jadi wajarlah kalau mereka menganggap bahwa klentengan merupakan pusaka peninggalan nenek moyang mereka.
Gendang, bagi suku Tunjung, gendang memegang peranan pula, baik dalam. upacara keagamaan maupun dalam, acara keramaian untuk membantu musik dalam mengiringi taritarian. Gendang ini dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: (a) prahi, yaitu gendang yang panjangnya sekitar 2,15 meter; (b) gimar, yaitu gendang yang panjangnya sekitar 60 cm.; (c) tuukng tuat (tuukng‑‑gendang; tuat=duduk); (d) pempong, yaitu gendang kecil sepanjang 30 cm. Prahi dibuat dari batang pohon kayu yang tentunya‑ diambil dari pohon yang lurus. Biasanya dipergunakan untuk tanda/isyarat dan untuk upacara mengobati orang sakit. Sedangkan gimar juga dibuat dari bahan kayu yang pembuatannya hampir sama dengan yang ada di daerah‑daerah lain. Alat ini dipergunakan untuk membantu klentengan dalam mengmngi musik. Tuukng tuat maksudnya gendang yang duduk; jach apabila, dipakm tidak seperti gimar yang harus direbahkan. Bentuk tuukng tuat ini, tidak seperti gimar, akan tetapi ukurannya kurang lebih sebesar gimar dan agak miring. Alat ini juga biasanya dipergunakan untuk upacara pengobatan orang sakit, ataupun mengtringi musilc tari‑tarian. Alat musik ini digunakan dengan rotan seperti halnya orang memukul tambur atau gendrang. Pampong merupakan gendang yang berukuran sepanjang 50 cm., yang bentuknya seperti gimar tetapi ukurannya lebih kecil. Fungsinya sama seperti gimar yaitu untuk mengiringi musik. Alat ini juga dipergunakan dengan cara memukulnya dengan kayu yang sudah dipersiapkan. Jadi seperti yang sudah dijelaskan alat‑alat ini satu sama lain saling membantu dan saling menunjang sehingga tercipta suatu pola bentuk musik yang berciri khas suku Tunjung ini.
Selain bentuk‑bentuk instrumen yang disebut di atas, suku ini juga mempunyai instrumen tiup yang mereka sebut dengan sukkng (seruling) yang dibuat dari bambu. Bentuk suliikng inipun bermacam jenisnya, antara lain serupaai, suliikng dewa, kelalii, dan tompong. Serupaaj merupakan sejenis seruling yang bentuknya seperti palu, yang terbuat dari bambu. Panjangnya kira‑kira 45 cmbergaris tengah 1,5 cm dengan fungsi empat lubang (3 di atas, I di bawah), dan mempunyai lidah(seperti harmonika) sebagai sumber bunyi, jika ditiup pada bagian tersebut. Cara memainkan serupaai ini hainpir sama dengan harmonika(tiup‑sedot) dengan menutup/membuka lubang yang ada dengan jari tangan kanan dan tangan kiri.
Sufiikng dewa bentuknya sama seperti bentuk sufing daerah lain. Panjangnya kirakira 65 cm dengan garis tengah seldtar 1,5 cm. Alat musik ini mempunyai enam lubang dan lubang tempat memup diben ban ban yang terbuat dan rotan(sama seperti suling Sunda dan Jawa). Alat musik ini dipergunakan untuk mengiringi tari belian dan juga untuk mengisi waktu‑waktu senggang. Cara memainkannyi sama seperti memainkan suling daerah lain. Kelalii juga merupakan sejenis suling yang betuknya sama seperti suling‑suling daerah lain. Suling ini mempunyai empat lubang(3 di atas dan satu di bawah), yang panjangnya sekitar 55 cm dengan garis tengah 1,5 cm. Bagian yang akan ditiup diberi lingkaran tabung yang terbuat dari potongan bambu yang agak besar dari bambunya. Alat musik ini digunakan untuk upacara‑upacara selamatan, syukuran setelah panen, dan terhadap temak. Cara memainkannya sama seperti mentainkan suling biasa.
Tompong juga merupakan sejenis alat musik tiup yang bentuknya hampir sama dengan kelalii. Suling ini mempunyai panjang kira‑kira 20 cm, dengan garis tengah 2,5 cm. Tompong ini mempunyai 5 lubang(empat di atas dan satu di bawah) dengan nadanada C‑E‑F‑G. Cara memainkannya juga sama seperti suling biasa. Alat mugik ini dipergunakan hanya untuk mengisi waktu‑waktu senggang. Dewasa int suling‑suling im sudah sangat jarang sekali dipergunakan dalam pertunjukan‑pertunjukan. Tetapi untuk upacara‑upacara pengobatan masih sering dipergunakan. Oleh sebab itu alat‑alat musik ini semakin tidak populer di kalangan masyarakat suku Tunjung.
Seni Tari Suku Dayak Kenyah
(1) Tari Gong atau Kancet Pepatai. Tarian ini merupakan gabungan tariperang dari tari gong kancet ledo, yangberasal dari kebudayaan suku Dayak Kenyah. Tarian ini mengisahkan seorang putri yang sedang bergembira ria di dalam sebuah taman beserta beberapa orang inang pengasuhnya. Kemudian datanglah dua orang pemuda yang ingin menggodanya dan ingin mempersuntingnya. Kedua pemuda tersebut melakukan pertarungan hidupdan mati. Namun sebelum pertarungan ini selesai sang putri dan para pengasuhnya telah menghilang dari taman. Akhirnya setelah pertarungan selesai, kedua pemuda mencari sang putri yang telah hilang. Gerak tari yang digunakan adalah sebagai berikut. (a) Gerak 1. Gerak ini disebut juga gerak gong, yang ditarikan khusus untuk satu orang penari wanita. Langkah pertama dari penari gong ini ialah jalan di tempat. Kemudian jalan perlahan dengan mengikuti irarna atau matra alat musik sampre. Dimulai dengan kaki kanan maju kedepan, kemudian kaki kiri kemuka, secara berganti‑ganti.,satnpai mendekati gong yang di letakkan di tengah tengah arena/pentas. (b) Gerak 2. Penari sudah ada di dekat gong yang di letakkan ditengah‑tengah pentas. Gerak selanjutnya berputar di tempat berhadapan dengan gong yang di letakkan. Kemudian berjalan memutari gong dengan langkah seperti pada geraka pertama, dengan memutar sampai kedudukan semula. (c) Gerak 3. Pada gerak ketiga ini, penari siap‑siap untuk naik keatas gong secara perlahan. Gerak pertama pada kaki di mulai dengan kaki kiri naik keatas gong, Kemudian kaki kanan. Dan kini seluruh badan sudah ada diatas gong. Gerak selanjutnya adalah menari diatas gong, dengan posisi badan setengah berdiri. Dan selanjutnya terus menari sambil perlahan‑lahan memutar badan di atas gong, kemudian setelah memutar, kembali keposisi semifla dan langsung duduk berjongkok di atas gong. Kemudian berdiri secara perlahan ‑lahan sambil menari. Gerak selanjutnya berupa entak‑antakan kaki kanan, dengan kedua tangan terus menari. Akhimya turun dari gong tersebut.
Gerak Tangan. Waktu kaki kanan jalan ke depan, tangan kirl kemuka dengan memutar mutadwn bulu burung enggang yang di pegang. Dan tangan kanan ada di belakang, sedangkan bahu penari di tonjolkan ke depan sedikit, apabila tiap kaki akan maju ke depan. Istilah Koncet Papatai maknanya adalah penan sewaktu penari gong naik di atas gong. Dua orang penari kancet papatai keluar dari pentas, menuju ke arah penari gong. Dengan gerak kaki (1x 1) dan mengikuti matra bunyi sampe (perlahan‑lahan). Untuk lebih serasi atau gerak kancet papatai ini kelhatan be~alan, geraknya lebih banyak memakal improvisasi, guna lebih mernantapkan gerak penari pria. Pandangan Mata. Sewaktu kaki jalan ke depan, gerak mata atau pandangan mata berganti ganti melihat ke bawah dan keatas, dengan diik‑uti angguk‑anggukan secara gerak yang meyakinkan.Kemudian kedua penari pria maju kedepan. menuju arah panari gong. Apabila penari gong sudah turun dari gong, maka kedua penari perang siap siap untuk bertempur. Dengan mernegang sebilah mandau di tangan kanan, tangan kirinya memegang telabang / perisai. Gerak Kaki Gerak pertama tari kancet papatai di mulai dengan kaki kanan, disusul kaki kiri. Gerak be~alan penari pria secara patah patah dengan mengikuti irama sampe. Gaya tari pria ini, kakukaku, kemudian lemas. Setelah kedua penari ini berhadap‑hadapan, mereka siap‑siapuntuk bertempur atau berperang. Putar ditempat dengan mengikuti irarna sampe. Kemudian loncat langsung bertempur. GerakTangan. Apabila kaki kanan maju, tangan kanan yang mernegang mandau ada di belakang dan diputar‑putarkan, apabila kaki kiri maju, tangan kanan yang mernegang mandau ada di depan. Tangan kiri yang memegang telabang harus setiap saat melindungi dirinya.
(2) Tari Burung Enggang Terbang. Tari ini adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari suku Dayak kenyah. Tarian ini menggambarkan kehidupan sehari hari burung enggang. Menurut kepercayaan suku Dayak Kenyah, nenek moyang mereka pada zaman dahulu berasal dari langit dan turun ke dunia dengan menyerupai burung enggang. Oleh karena itulah enggang ini menyerupai jenis burung yang paling dimuliakan oleh suku Kenyah ini. Bulu‑bulu burung enggang ini selalu mernegang peranan penting pada setiap upacara dan tarian adat dan bentuk bentuk berung enggang itu juga banyak terdapat pada ukiran ukiran suku Dayak Kenyah. Ragam 1. Di dalam ragam pertarna ini dilakukan gerak, dengan jalan ke depan sambil membuat setengah putaran dengan hitungan (1 kali 8). Ragam 2. Dalam ragam ini, dilakukan putaran di tempat, yaitu kearah kiri dengan berbalas‑balasan masing ‑masing dengan hitungan (1 kali 8). Ragam 3. Dalam ragam ini, dilakukan putaran di tempat, mulai dengan kaki kiri, kedua tangan dilambaikan dengan berbalas‑balasan, dan kaki kanan dihentak hentakkan (1 kali 8). Ragam 4. Melakukan putaran dengan cepat kearah kiri, dan kedua tangan direntangkan dengan berbalasan (1 kali 8). Ragam 5. Tumit dihentak-hentakkan dan badan direndahkan, tangan direntangkan sambil dilambai‑lambaikan, sambil melakukan jalan atau langkah ke depan.
(c) Tari Leleng, mengisahkan seorang putri yang akan di kawinkan oleh ibunya dengan seorang pemuda. Tetapi kernudian sang putri yang bernama Utan Along tidak mencintai pemuda tersebut, dia lari seorang diri ke dalam hutan. Berhari hari kerjaa Utan Along menangis, karena telah meninggalkan orang-orang yang disayanginya serta teman temannya yang setia. Dengan susah payah teman-temannya mencari ke dalan hutan dan akhimya berternu. Dengan berbagai cara, di bujuknya Utan Along pulang ke kampung, dan Utan Along dengan gembira pulang bersama sama dengan teman temannya. Tarian im berasal dari budaya suku Dayak Kenyah. Tarian leleng ini mempunyai empat ragam. Ragam 1. Pada ragam pertama tarian leleng Ini, penari jalan ke depan dengan kaki kanan dihentak‑hentakkan, dengan hitungan (l kali 8). Ragam 2. Gerakan selanj utnya bcrputar ke kiri dengan hitungan (1 kali 8). Ragam 3. Penari membengkokkan kaki dengan kedua tangan di pinggang. Ragwn 4. Kaki kanan dan kaki kiri disilangkan berganti-ganti.
(d) Tari Hudoq. Tarian Hudoq khusus ditarikan oleh wanita, berasal dari suku Dayak Kenyah dan Tari Hudoq yang ditarikan oleh pria, berasal dari suku Dayak Bahau. Tarian ini khusus ditarikan sebagai pengusir setan, hantu, dan hewan‑hewan perusak tanaman. Tari Hudoq ini biasanya, dilakukan dengan memakai topeng hudoq yang bermotifkan ukiran Kenyah dan Bahau. Tarian ini tidak memakai ragam-ragam. Penari bebas bergerak dengan memperhatikan keadaan pentas/arena tempat menari. Gerak kaki dalarn Tari Hudoq ini, harus mengikuti irama gong. Caranya kaki kanan dihentak‑hentakkan, kemudian diikuti kaki kiri yang juga dihentak‑hentakkan. Dilakukan sampai ke tengah arena pertunjukan. Gerak tangan, sewaktu kaki dihentak‑hentakkan, kedua tangan dipukul‑pukulkan ke samping paha. Tangan kanan dan tangan kiri memukul paha kaki kiri. Bunyi pukulan kedua tangan tersebut harus mengiringi atau meningkahi bunyi gong. Gerak Tari Hudog, mulai jalan kedepan dimulai dengan kaki kanan dan diselingi hentak‑hentakkan berganti ganti dengan kaki kiri, maju terus ke depan , hitungan ( 1 kali 4). Kedua tangan diPukul‑pukulkan pada kedua paha kaki. Badan harus bergoyang dengan diiringi katupan‑katupan dari mulut topeng hudoq.
(e) Tari Pecuk‑pecuk Kina, artinya bertahap tahap. Tarian ini menggambarkan tahap‑tahap perpindahan suku Dayak Kenyah, yang Pindah dari Apo Kayan di Bulongan ke daerah Long Segar di Kabupaten Kutai, yang katanya memakan waktu kurang lebih delapan belas tahun. Untuk mengenangkan peristiwa itu, diciptakan lambang gerak yang dituangkan mereka menjadi suatu bentuk tarian, yaitu Tari Pecuk‑pecuk Kina. Ragam Tari Pecuk‑pecuk Kina. Gerak 1. Langkah pertama penari, di mulai dengan kaki kanan secara perlahan lahan maju ke depan, dengan mempergunakan hitungan (1 kali 5). Kemudian mundur ke belakang mulai dengan kaki kiri, hitungan (1 kali 5). Gerak 2. Maju cepat di mulai dengan kaki kanan dengan hitungan (1 kali 4). Kemudian jalan di tempat secara cepat di mulai kaki kanan kemudian tutup kaki kanan dengan hitungan (1 kali 5). Gerak 3. Gerak selanjutnya dalam ragam ini adalah duduk berjongkok secara perlahan-lahan, dengan kaki kanan ditaruhkan di depan kaki kiri, kemudian berdiri secara perlahan. Gerak selanjutnya mengulang gerak pertama tersebut di atas.
(f) Tari Datun. Tari ini berasal dari suku Dayak Kenyah dan merupakan tarian memadu janji antara pria dan wanita suku Dayak Kenyah. Tarian gembira ria ini biasannya di tarikan pada upcara‑upacara perimmnan pada suku Kenyah. Gerak 1. Penari keluar dari beberapa orang wanita, langkah (1 kali 4), seperti gerak pada tari leleng. Geraknya, kaki kiri maju menutup kesamping kaki kanan, sampai membentuk lingkaran. Gerak 2. Penari pria Tari Datun ini keluar, menuju lingkaran penari wanitanya. Apabila kaki kanan maju ke depan, tangan kanan juga ke depan dengan menonjolkan pundak atau bahu melebihi kaki kanan, dengan dibarengi hentakan‑hentakan yang ditimbulkan dengan kaki kanan. Bunyi im menambah kemantapan gerak pria tari datun. Gerak 3. Gerak ketiga tari datun ini, penari pria mengelilingi penari wanitanya secara berpasangan. Gerak kaki penari pria ; kaki kanan maju ke depan dengan hentakan-hentakan. Kemudian mundur lagi, maju lagi, begitu seterusnya dengan tak lepas dari pasangannya masing‑masing. Gerak penari wawta, waktu duduk dengan telapak kaki di bawah. Kedua tangan dt letakkan dipundak ang di gerakkan 2 kali berturut‑turut. b‑gerak selanjutnya ialah sujud dengan menggerakkan tangan 2 kali berturut‑turut. Begitu seterusnya.
Pakaian tari atau peralatan yang dipergunakan oleh suku Dayak Kenyah terdiri dari pakaian lengkap penari pria untuk Tari Perang disebut bluko: sejenis topi terbuat dari anyaman rotan yang dihiasi: a. Manik‑manik yang dibentuk dengan ukiran yang halus. b. Bulu‑bulu yang berwama. Biasanya bulu harimau atau bulu‑bulu kambing. c. Bulu burung tebun atau bulu burung enggang, yang ditancapkan pada topi. d. Tulang-tulang yang diukir. Sigep, sejenis anting ‑anting terbuat dari kepata burung enggang atau burung tebun yang di ukir sangat halus. Ueo Kini sejenis anting-anting dibuat dari kuningan atau logarn lain, yang diukir sangat halus. Besunung, Sejenis baju dibuat dari kulit harimau atau kulit kambing yang dihiasi dengan. bulu ekor dan bulu sayap burung enggang dan burung temanggang dan dibelah menjadi dua. Juga dihiai dengan manik‑manik dan kancing yang terbuat dari batu putih. Seleng, gelang yang dibuat dari banir kayu banggris diraut bulat, lalu direndam dalam lumpur selama beberapa hatisupaya menjadi hitam dan berkilat. Abet pakaian terbuat dari kulit kayu, yang disebut kumut, biasa dipergunakan sebagai cawat dengan warna dasar hitam. Sekarang sudah dibuat dan kain yang dihiasi ukiran atau rambu‑rambu. Tabit, sebagai alas pantat agar tidak kotor bila duduk di tanah atau di hutan. Tabit ini terbuat dari anyaman rotan atau kulit binatang (kulit kijang , rusa, harimau, beruang). Tabit ini diikat di pinggang dan pinggirannya diberi ukiran. Belat, ijuk difilitkan di sebelah bawah lutut Yang jumlahnya kurang lebih 25 anyaman. Topeng, pakaian sehari‑hari suku ini untuk bedalan di hutan, agar tidak kena jatuhan dahan atau ranting.
Pakaian Lengkap Panari Wanita Suku Kenyah. (a) Jena dan tangep, tangep atau taket loong ialah topi pakaian sehari‑hari dan pakaian orang tua ‑tua. Jena ialah topi Yyng sebelah atasnya tak tertutup dan terbuat dari anyaman rotan atau pandan. Untuk orang muda pakaian itu di beri hiasan manik ketip‑ketipan mata logam jwnan dahulu. (b) Belaong dan Saban, anting‑anting untuk pemberat telinga supaya panjang. Belaong terbuat dari logam berbentuk lingkaran yang banyak jumlahnya. Menurut mereka apabila seorang gadis tidak memekai belaong, gadis itu tidak cantik. Sabau, terbuat dari manik dari gigi harimau diletakkan pada bagian atas telinga. Anting‑anting ini dipakai oleh pria dan wanita. Tetapi sekarang mereka sudah memakai hiasan dari emas dan kaum prianya, sudah tak ada yang melubangi telinganya lagi. (c) Oleng dan Sapai. Oleng adalah kalung terbuat dari manik manik kecil dan buahnya terdiri dari manik besar, yang biasa di kalungkan pada leher, baik pria maupun wanitanya. Sapai adalah baju beludru hitam berpotong tak berlengan (you can see). Berhiasan mata uang ketip‑ketipan zaman dahulu, dan diberi rurnbai‑rumbai atau manik‑manik yang berbentuk ukiran pada bagian depan sampai kebelakang baju tersebut. (d) Kuwao atau Ta’a. Pakaian seperti kain sarung hitam. Dihiasi dengan mata uang logam, dan rumbai‑rumbai ukiran‑ukiran manik yang beraneka warna. Bila diukir berbentuk kepala burung enggang, khusus dipakai gadis paren (bangsawan). Sedangkan pakaian gadis biasa (gadis panyen), ukiran kepala burung itu tidak diberi mata, sedangkan pakaian sehari‑hari tidak memakai ukiran. (e) Leku Sulak, gelang dari tulang ikan laut, yang dipakai oleh gadis atau oleh kaum pria. Kalau gelang tersebut dari gading gajah yang dipotong-potong dan disusun bertingkat menurut besamya, itu dipakai pada waktu upacara, adat (leku‑kesun). (f) Anggo, cincin perak yang diukir untuk pakaian sehari‑hari. (g) Kilip, hiasan jari pada waktu manari yang berupa bulu burung enggang yang diikat rapi dan mekar.
Peralatan yang dipergunakan penari perang terdiri dari: (a) Bajeng, adalah keselurahan perlengkapan tari perang untuk pria; yakni mandau yang lengkap dengan sarung dan perlatannya. (b) Suwa, sarung mandau yang diikat dengan rotan halus. (c) Sarung pisau (elang): terbuat dari kelopak enau atau kulit elang; pisau raut yang bertangkai panjang. (d) Pete, alat pengikat mandau pada pinggang (ikat pinggang) yang dihiasi dengan ukiran‑ukiran atau diberi manik‑manik halus berenteng‑enteng. (e) Kelembit (telabang), dipergunakan sebagai penangkis senjata musuh, dapat pula disebut perisai. Perisai ini dibuat dari kayu ringan dan kuat, dengan hiasan ukiran ‑ukiran kepala dan kaki atau muka manusia. Khusus pakaian Tari Hudoq terbuat dari daun‑daun pisang yang dirobek‑robek hingga merupakan rumbai‑rumbai, kemudian diikat diseluruh badan. Bagian kepala penari hudoq ini memakai topeng yang bermacarn‑macam bentuknya, ada yang berbentuk kepala babi, muka manusia yang bentuknya jelek, dan sebagainya.
Alat‑alat musik yang mengiringi tari‑tarian itu antara lain: (1) Tari Gong dan Kancet Papatai (a) sampe, (b) gendang, dan (c) gong. (2) Tari Leleng: (a) sampe (b) gendang, dan (c) gong. (3) Tari Enggang Terbang: (a) sampe, (b) g endang, dan (c) gong. (4) Tari Hudoq hanya diiringi oleh gong. (5) Tari Pecuk- pecuk: (a) sampe, (b) gendang, dan (c) gong. (6) Tani Datun: (a) sampe, (b) gendang, dan (c) gong.
Tarian suku Kenyah mempunyai sifat‑sifat dan jenis yang disebut dengan nama tari tradisional dan tergabung didalamnya: adat istiadat, gembira ria, adat kebiasan dan sebagainya. Umumnya tarian suku Dayak Kenyah ini bersifat primitif yang sangat realistis, dan bersumber pada keadaan hidup sehari‑hari. Masalah ragam atau gerak dalam tarian suku Dayak Kenyah ini tidak terlalu banyak, tetapi ragarn‑ragarn itu diulang‑ulang secara berganti‑ganti. Yang membedakan tari Kenyah dengan Tunjung ialah alat musiknya--yang mengiringi tarian Kenyah umumnya adalah sampe, dan alat musik yang mengiringi tari Tunjung adalah kelentangan. Jadi yang membedakan tari dayak Kenyah dengan Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq, adalah alat musik yang mengiringinya. Pakaian bagian atas umumnya berlengan pendek yang disebut sapai, dan bagian bawahnya disebut kuao atau ta'a. Sedangkan untuk tari Hudoq, pakaiannya tidak sukar dicari, karena pakaiannya dibuat dari daun pisang. Umumnya peralatan yang dipergunakan penan wanita ialah bulu‑bulu burung enggang, sedang untuk penari prianya, alat yang dipergunakan adalah mandau dan telabang.
Kesenian Suku Kutai
Tari‑tarian yang berasal darl suku Kutai yang ada di daerah Kabupaten Kutai, umumnya terdinidari duajenis tarian, yakni: (A) Seni tari rakyat. Seni tai rakyat ini merupakan suatu spontanitas dan kreasi dari imajinasi serta keinginan atau aspirasi rakyat yang diungkapkan menjadi suatu ekspresi artistik dan ekspresi emosi atas dasar kemasyarakatan. Dalarn jenis tarian ini tergabung tarian‑tarian dari suku yang mendiami daerah pesisir pantai Kalimantan Timur. (B) Seni tari klasik. Tari klasik adalah suatu bentuk tari bermutu tinggi, yang dibentuk dalam pola dan gerak‑gerik tertentu, berkernbang dai masa ke masa, serta mernpunyai aspek filosofi yang dalarn, simbolik, religi, dan tradisi yang tetap. Dalarn jenis tarian‑tarian klasik ini tergabung tarian‑tarian yang berasal dari keraton Kutai.
Dalam tarian Kutai yang berjenis seni tari rakyat ini umumnya terdapat sendi agama Islam, yang dahulunya dibawa oleh para penyebar agama Islam dari Tanah Arab. Kemudian berubahlah namanya menjadi nama tarian yang disebut tarian jepen. 2. Kemudian jenis kedua tarian‑tarian suku Kutai ini disebut seni tari klasik. Gerak‑gerak kaki maupun gerak‑gerak tangan tari klasik ini umumnya hampir menyerupai gerak tarian‑tarian yang ada di Jawa, karena dahulu kala Kerajaan Kutai memang ada hubungannya dengan kerajaan yang ada di Jawa. Oleh sebab itulah tari jenis klasik ini hampir serupa dengan gerak tai yang ada di Jawa.
Jenis tari rakyat ini pada zaman dulu merupakan suatu tari pergaulan muda‑mudi, misalnya untuk memadu janji, berkasih‑kasihan, dan sebagainya. Pada masa sekarang ini tarian seni rakyat umumnya dipergunakan dalam acara penyambutan tamu‑tamu daerah, upacara perkawinan, dan untuk mengisi acara dalam hari besar. Jenis kedua tarian suku Kutai ini sebagai seni tari klasik, pada zaman dahulu disajikan pada pengangkutan untuk penobatan raja‑raja Kerajaan Kutai di Tenggarong. Pada waktu sekarang tarian‑tarian klasik ini dilakukan dalam acara penyambutan tamu‑tamu yang datang ke daerahnya atau dalam peningatan hari ulang tahun kota Tenggarong.
Adapun jenis tarian suku Kutai yang bersifat dari rakyat itu, terdiri dari: (1) Tari Jepen, tarian ini di Kalimantan Timur banyak sekali persamaannya dengan tarian jepen dari Malaysia, Sumatera Timur, dan Kalimantan Selatan. Tarian ini dikembangkan oleh suku Kutai dan suku Banjar yang mendiami daerah pesisir Kalimantan Timur, dan fungsi utamanya adalah sebagai tarian pergaulan. Adapun ragam-ragamnya adalah sebagai berikut. (a) Ragam I disebut jalan biasa. Dalam ragam pertama, langkah kaki harus dimulal dengan kaki kiri, kanan, kiri lagi, dan tutup kaki kanan dengan hitungan 1 kali 3. Ragam 2 Berbalasan. Dalam ragam dua, dilakukan putaran di tempat dengan berbalas‑balasan, yang dimulai dengan balik kanan, kemudian balas balik kini, dan terakhir balik kanan, dengan hitungan keseluruhan 1 kali 3. Ragam 3, jalan serong. Dalam melakukan gerak ragam tiga ini, mulai putar di tempat secara balas-balasan dulu (sama seperti ragam dua), kemudian setelah melakukan gerak kedua, lalu jalan serong yang dimulal kaki kiri, kemudian serong kanan, dan serong kiri lagi, hitungan keseluruhan 1 kali 3.
(2) Jepen Tungku, tarian ini adalah sebuah tarian rakyat yang berasal dan daerah pesisir Kalimantan Timur. Tarian ini Ichusus ditarikan oleh tiga pasangan muda‑mudi, dan biasanya ditarikan pada selamatan perkawinan. Adapun ragam tarinya adalah ragam I jalan Biasa Dalam ragam ini , langkah gerak kaki harus dimulai kaki kiri, sesudah itu kaki kanan, kaki kiri lagi, kemudian tutup kaki kanan dengan hitungan 1 kali 3. Ragam 2 berbalasan, putar di tempat secara berbalas‑balasan, dimulai putar kanan, kemudian balas balik kiri, dan sesudah itu putar kanan. Kesemua langkah itu mempergunakan hitungan 1 kali 3. Ragam 3 loncat setengah, dalam melakukan ragam tiga ini, mulai putar di tempat dulu secara berbalas‑balasan mulai dengan kaki kanan, kiri, kanan, dan tutup kiri. Kemudian putar langkah dan loncat, dengan dimulai kaki kiri yang diangkat, lalu angkat kaki kanan dan ditutup dengan kaki kiri, hitungan keseluruhan adalah 1 kali 3. Ragam 4 jalan selait, sebelum melakukan gerak kaki selait, putar di tempat secara berbalas-balasan, sama seperti ragam 2 dengan mempergunakan hitungan 1 kali 3. Kemudian jalan dengan memutar langkah kaki kiri dan kaki kiri direntangkan satu kali, kemudian tutup lagi. Seterusnya jalan dengan dimulai kaki kanan, dan yang kiri langkah ke belakang (selait), kemudian kaki kiri langkah ke muka diikuti kaki kin ke belakang, kesemuanya menggunakan hitungan 1 kali 3. Ragam 5 loncat keliling Dalarn ragam lima ini, atau ragam yang terakhir Jepen Tungku ini, lakukan putar di tempat dulu secara berbalas‑balasan sama seperti ragam 2. Kemudian putar langkah dan kaki kiri diangkat secara berganti‑ganti dengan kaki kanan melakukan Ioncat keliling membentuk putaran bulat, dengan meloncat kembali ke asal semula, dengan hitungan 1 kali 9, langsung duduk pada hitungan ke‑9. Lagu atau nyanyian untuk tari Jepen Tengku ini adalah lagu daerah Kalimantan yang bertajuk Mebalas Budi.
(3) Tari Jepen Sibadil, tarian ini merupakan tarian muda‑mudi yang memadu janji yang biasanya dilakukan pada upacara‑upacara perkawinan. Adapu ragam-ragam tarian ini adalah sebagai berikut. (a) Ragam I, rentang, putar, jalan biasa, sewaktu memulai ragam ini, kaki kanan direntangkan di samping kanan, kemudian kaki kanan tutup kembali, dan sesudah itu kaki kanan mundur selangkah ke belakang, diikuti kaki kiri mundur ke belakang menutup kaki kanan, hitungan 1 kali 3. Kemudian putar badan dengan hitungan (l kali 8), sesudah itu jalan blasa dengan hitungan 1 kali 3. (b) Ragam 2 putar kiri, sebelum melakukan putar kiri, kaki kanan direntangkan dan kemudian putar kiri, hitungan 1 kali 3, dilanjutkan dengan jalan biasa dengan hitungan 1 kali 3. (c) Ragam 3 berbalasan, putar di tempat mulai dengan balik kanan, lalu dibalas dengan balik kiri, sesudah itu putar kiri hitungan 1 kali 3, kemudian jalan biasa dengan hitungan 1 kali 3. (d) Ragam 4 rentang/putar, ragam empat ini sama dengan ragam satu, yaitu rentangkan dulu kaki kanan dan tutup lagi, kemudian kaki kanan mundur diikuti kaki kiri, dilakukan sampai tiga kali berturut‑turut, dengan hitungan 1 kali 4. Kemudian putar badan dengan hitungan 1 kali 8. (e) Ragam 5 langkah ganda, sebelum melakukan langkah ganda ini, dilakukan dulu gerak seperti ragam satu, yaitu kaki kiri direntangkan ke samping kanan, tutup lagi kaki kanan itu, kemudian kaki kanan mundur lagi dengan diikuti kaki kiri menutup kaki kanan, dengan hitungan 1 kali 4. Lakukan gerak ini sampai tiga kali. Gerak selanjutnya ialah putar langkah dimulai kaki kanan yang menggeser kaki kiri dengan hitungan 1 kali 4. Sesudah langkah kaki ditambah dua langkah ke belakang, kemudian gerak kaki langkah ganda, yang gerak kakinya adalah kaki kanan dengan langkah ganda, kemudian diikuti kaki kiri maju. Sesudah kaki kiri lagi yang mundur ke belakang dengan langkah ganda, langkah diikuti dengan kaki kanan, sampai dua kali dengan hitungan 1 kali 4. Kemudian langkah ganda berbalik sambil menundukkan badan dengan melangkah ke depan. Geraknya dimulai dengan kaki kanan dan badan mulai berbalik, kemudian langkah kaki kiri mundur ke belakang setelah berbalik tadi. Lakukan sampai dua kali dengan hitungan 1 kali 4. Ulangi gerak maju tadi satu setengah kali, langsung jalan.
(4) Jenis tarian suku Kutai yang bersifat tari klasik yakni Tari Kanjar dan Ganjur. Tarian ini khusus ditarikan pada waktu‑waktu tertentu, pada suatu upacara Erau di keraton Kutai. Pada masa dulu upacara Erau ini diadakan setahun sekali untuk menghormati masa penobatan seorang raja. Sejak tahun 1972 sampai sekarang upacara Erau ini diadakan pada hari ulang tahun Kota Tenggarong, biasanya pada bulan September, yang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. Pada saat inilah Tari Kanjar dan Ganjur ditarikan. (4A) Tari Kanjar, (a) di dalam ragam pertama si penari melakukan gerak di tempat dengan hitungan satu kali satu. Kemudian putar badan ke kiri yang dimulai dengan kaki kiri di tempat, kemudian kaki kanan di tempat, dengan posisi badan miring; sesudah itu putar jalan kaki kiri ke muka, selanjutnya kaki kanan di tempat, kemudian kaki kiri balik di tempat dan sesudah itu kaki kanan jalan putar lagi, kemudian dilakukan sampai batas pentas yang ditentukan semula. (b) Pada ragam kedua, kembali dilakukan jalan pulang masuk kembali dengan gerak seperti semula yaitu kanjar. (4B) Ganjur, (a) ragam I gerak mula‑mula ialah kaki kanan diangkat dengan suatu cara dan pada waktu gong berbunyi, kaki sudah di atas dengan ujung kaki di bawah, tumit di atas, kemudian kaki kanan diturunkan. Kaki kiri menggeser sedikit‑sedikit, kemudian setelah gong kecil berbunyi, kaki kiri tadi diletakkan di muka kaki kanan dengan tumit di atas, kemudian setelah gong berbunyi, baru tumit kaki ditunmkan, dengan posisi badan miring, hitungan 1 kali 4. Gerak tangan, keadaan tangan pada ragam tiga penari pria atau wanita tidak membawa apa‑apa. Gerak tangan pada waktu kaki kanan diangkat, tangan kiri ada di sekitar paha kiri, sedang tangan kanan adadi atas sekitar dada. Kemudian kaki kiri bergeser, tangan kiri ada di belakang pinggang dan tanan kanan sekitar tinggi dagu. Tangan kiri dilambaikan setengah, dan tangan kanan digenggam dan diturunkan sedikit, hampir dekat leher, disertai goyangan bahu, dan berbarengan dengan berbunyinya gong besar. (b) Ragam 2 jalan ke depan yang dimulai kaki kanan dengan hitungan 1 kali 3. Kemudian hadap kiri dengan tumit di atas berjingkat, diturunkan setelah gong besar berbunyi. Keadaan tangan pada saat ini direntangkan pada saat kaki berjingkat, yang kemudian diturunkan setelah gong besar berbunyi. Kemudian jalan lagi ke depan dimulai dengan kaki kanan, dengan hitungan 1 kali 3. Sesudah itu balik kiri dengan tumit kaki di atas, dan diturunkan setelah gong besar berbunyi. Jalan lagi ke depan dimulai dengan kaki kanan ( 1 kali 3). Kemudian putar kiri kedua tumit berjingkat, dan tangan direntangkan, dan diturunkan setelah gong besar berbunyi. Kemudian jalan ke depan, dimulal dengan kaki kanan (hitungan 1 kali 3), balik kanan, tangan direntangkan, dan diturunkan setelah gong besar berbunyi. (c) Ragam 3, pada ragarn ini penari pria mencabut tongkatnya yang terselip di pinggang. Penari wanita mencabut kipas yang terselip di depan dan dipegang tangan kanan. Kaki kanan diangkat ke depan dengan turnit di atas sewaktu gong kecil berbunyi, kemudian diturunkan. Kaki kiri digeserkan sedikit‑sedikit, sesudah gong kecil berbunyi, kemudian diturunkan. Kemudian kaki kiri yang bergeser itudiletakkan di muka kaki kanan dengan tumit di atas, dalam posisi badan miring. Kemudian diturunkan apabila gong besar berbunyi, dengan hitungan 1 kali 4. (d) Ragam 4, gerak kaki sama seperti gerak ragarn satu (Ganjur). Hadap kanan: penari pria, kedua tangan memegang kedua ujung tongkat. Caranya kaki kanan diangkat setelah gong kecil berbunyi. Sesudah ltu kaki kiri menggeser sedikit‑sedikit, kemudian meletakkan di muka kaki kanan dengan posisi badan miring. Kedua tangan yang memegang ujung tongkat, diletakkan di sekitar perut, kemudian ujung tongkat yang dipegang tangan kanan diangkat secara perlahan‑lahan sampai di sekitar dagu, apabila berbunyi gong besar. Untuk penari wanita, sewaktu hadap kanan, tangan kanan yang memegang kipas, diletakkan di atas sekitar bahu, tangan kiri ada di bawah, setelah gong besar berbunyi, yang diikuti dengan anggukan dagu dan pandangan mata yang tertuju. Properti kipas yang dipegang tangan kanan, diturunkan hampir ke dagu, sedang tangan kiri sewaktu gong besar berbunyi, diputar‑putarkan ke belakang. (Dilakukan sampai empat kali yaitu hadap kanan, hadap kiri, hadap kanan lagi dan hadap kiri lagi). (e) Ragam 5, hadap kanan: kaki kanan diangkat, kaki kiri bergeser sedikit‑sedikit, waktu akan hadap kanan possisi miring. Tangan kiri sudah ada di sekitar kaki kiri, tangan kanan yang memegang tongkat setinggi dagu, diturunkan pelan‑pelan dan apabila gong kecil berbunyi, ujung tongkat sudah ada di bawah, kemudian naik perlahan‑lahan sampai ujung tongkat setinggi dagu, kemudian turun sedikit saja apabila gong besar berbunyi, dengan diikuti anggukan dagu dan pandangan mata yang tertuju pada tongkat. Untukpenari wanita: hadap kanan, kipas yang dipegang tangan kanan setinggi dagu, kemudian turun sedikit sampai sekitar mulut, apabila gong besar berbunyl, diikuti pandangan mata dan dagu tertuju kepada kipas. Tangan kiri dilambaikan ke belakang berbarengan dengan bunyi gong besar. Alat-alat musik yang digunakan pada tarian jepen adalah: gambus, ketipung, gendang. Alat‑alat yang digunakan pada tarian Kanjar dan Ganjar adalah: bonang, kenoong, saron, gambang, gendang, gong besar, gong keeil.
Bahwa tarian jepen ini merupakan tarian muda‑mudi pada masa dulu dan sekarang berubah menjadi suatu tarian yang sering dipertunjukkan pada acara peringatan, upacara perkawinan, dan sebagainya. Tari Kanjar dan Ganjur adalah tanan yang pada mulanya hanya dipergunakan apabila ada pengangkatan raja pada masa kerajaan Kutai. Sekarang tarian ini dijadikan pengisi acara‑acara pada penyambutan tamu daerah yang datang ke daerahnya, dan juga dipergunakan untuk mengisi acara‑acara pada hari ulang tahun kota Tenggarong.
Daftar Pusataka untuk Memperdalam Kajian
Boeken, 1968. Steen Drukkerij van het H.L. Smits. S'Gravenhage. Broersma, R., 1927. Handel en Bedrijf in Zuiz Oost Bomeo, S'Gravenhage, G. Naeff.
Bondan, A.H.K. ,1953. Suluh Sedjarah Kalimantan, Padjar, Banjarmasin.
de Bruyn, W.K.H.F.;, 1923. Bijdrage tot de kennis van de Afdeeling Hoeloe Soengai, (Zuider a Ooster Afdeeling van Bomeo).
Eisenberger, J., 1936. Kroniek de Zuider en Ooster Afdeeling van Bomeo, Bandjermasin, Drukkerij Lim Hwat Sing.
Heekeren, C. van., 1969. Helen, Hazen en Honden Zuid Bomeo 1942, Den Haag, 1969.
Ras, J.J., 1910. Hikajat Bandjar, A study in Malay Histiography, N.V. de Ned.
Riwut, Tjilik, 1970. Kalimantan Memamnggil, Penerbit Endang, Djakarta.
Saleh, Idwar, 1986. Sejarah daerah Tematis Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta.
Situs internet
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat"
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur"
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/19/time/231458/idnews/619475/idkanal/10
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah"
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan"
Situs web resmi: www.kaltimprov.go.id
Situs web resmi: www.kalsel.go.id
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan"
http://www.bappeda-kaltim.com/geografi.php
http://www.indonesia.go.id/index.php/content/view/341/869/
http://kaltim.bps.go.id/
Situs web resmi: [www.kalteng.go.id]
[1]Berasaskan pengamatan dalam sebuah perkawinan adat Banjar di Desa Sungai lar, 12 Mei 1996, dan informasi yang diberikan Ahmad Setia 1996.