MASYARAKAT DAN KESENIAN SULAWESI
Pengantar
Sulawesi adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di antara Pulau Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km². Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 sedunia. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur. Sulawesi terdiri dari enam provinsi, yakni: (1) Gorontalo, (2) Sulawesi Barat, (3) Sulawesi Selatan, (4) Sulawesi Tengah, (5) Sulawesi Tenggara, dan (6) Sulawesi Utara.
Sulawesi merupakan pulau terbesar kelima di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 227.654 kilometer persegi. Bentuknya yang unik menyerupai bunga mawar laba-laba yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang membujur ke timur laut, timur dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku. Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam propinsi yaitu propinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. Sulawesi Tengah merupakan propinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai. Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di propinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter cari permukaan laut.
Gorontalo
Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indoonesia. Sebelumnya, Gorontalo merupakan wilayah kabupaten di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tertanggal 22 Desember 2000. Provinsi Gorontalo terletak di pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.215 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 887.000 jiwa (2004). Kabupaten dan kota di Grontalo adalah: (1) Kabupaten GorontaloGorontalo, (2) Kota Gorontalo, (3) Kabupaten BoalemoMarisa/Tilamuta, (4) Kabupaten Bone Bolango Suwawa, (5)Kabupaten Pohuwato Marisa, (6) Kabupaten Gorontalo Utara.
Sebenarnya ada banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yaitu: bahasa Gorontalo, Suwawa, dan Atinggola. Dalam proses lahirnya bahasa yang ada khusus untuk bahasa daerah adalah bahasa Gorontalo. Saat ini bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, sehingga kemurnian bahasa agak sulit diperoleh di Gorontalo.
Gorontalo seperti daerah lainnya di Indonesia pernah lama dijajah oleh Belanda akan tetapi lebih dahulu merdeka ketimbang Indonesia. Gorontalo merdeka pada tahun 1942 ketika penjajah Belanda digantikan oleh Jepang. Pada tanggal 23 Januari 1942 itulah Gorontalo merdeka dengan perjuangan rakyat bersama tokoh pejuang heroiknya yaitu Nani Wartabone dan Kusno Danupoyo.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia, yanng terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibukotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujungpandang. Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 62.482,54 km². Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut Flores di selatan. Suku bangsa di Sulawesi Selatan adalah: Makassar, Bugis, Mandar, Toraja, dan Duri (Massenrenpulu). Bahasa yang umum digunakan adalah Makassar, Bugis, Luwu, Toraja, , dan Konjo. Mayoritas beragama Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja dan sebagian wilayah lainnya beragama Kristen.
Lima tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Propinsi Administratif Sulawesi. 10 tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960 yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4 tahun kemudian, melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir, pemerintah memecah Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004. Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali Mandar yang tadinya merupakan kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan resmi menjadi kabupaten di provinsi Sulawesi Barat seiring dengan berdirinya provinsi tersebut pada tanggal 5 Oktober 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004. Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Selayar ibukotanya Bantaeng, (2) Kabupaten Bulukumba ibukotanya Bulukumba, (3) Kabupaten Bantaeng ibukotanya Bantaeng, (4) Kabupaten Jeneponto Jeneponto, (5) Kabupaten Takalar ibukotanya Takalar, (6) Kabupaten Gowa ibukotanya Sunggu Minasa, (7) Kabupaten Sinjai ibukotanya Sinjai, (8) Kabupaten Bone ibukotanya Watampone, (9) Kabupaten Maros ibukotanya Maros, (10) Kabupaten Kepulauan Pangkajene ibukotanya Pangkajene, (11) Kabupaten Barru ibukotanya Barru, (12) Kabupaten Soppeng ibukotanya Watan Soppeng, (13) Kabupaten Wajo ibukotanya Sengkang, (14) Kabupaten Sidenreng ibukotanya Rappang Sidenreng, (15) Kabupaten Pinrang ibukotanya Pinrang, (16) Kabupaten Enrekang ibukotanya Enrekang, (17) Kabupaten Luwu ibukotanya Palopo, (18) Kabupaten Tana Toraja ibukotanya Makale, (19) Kabupaten Luwu Utara ibukotanya Masamba, (20) Kabupaten Luwu Timur ibukotanya Malili, (21) Kota Makassar, (22) Kota Pare-Pare, dan (23) Kota Palopo. Pada tahun 2008 Kabupaten Toraja Utara dijadwalkan terbentuk, menyusul terbitnya Amanat Presiden Yudhoyono, bernomor R.68/Pres/12/2007, pada tanggal 10 Desember 2007, mengenai pemekaran 12 kabupaten/kota.
Sulawesi Utara
Lambang Sulawesi Utara "Si Tou Timou Tumou Tou" (Bahasa Minahasa: "Manusia hidup untuk menghidupi/menjadi berkat bagi orang lain"). Dasar hukum UU 13/1964. Tanggal penting14 Agustus 1959 (hari jadi). Ibu kota Manado. Luas15.364,08 km². Penduduk2.199.117 (2008). Jumlah Kabupaten 9, Kodya/Kota 4, Kecamatan 100, Kelurahan/Desa 1.196. Suku bangsa yangmenghuni Sulawesi Utara adalah Minahasa (40%), Suku Sangir (19,8%), Suku Bolaang Mongondow (11,3%), Suku Gorontalo (7,4%). Agama yang dianut penduduknya Agama Protestan (65%), Islam (28,4%), Katolik (6%), lainnya (0,6%). Zona waktu Waktu Indonesia Tengah/WITA (yaitu GMT+08:00). Lagu Daerah: Si Patokaan dan O Inani Keke.
Provinsi Sulawesi Utara terletak di jazirah Pulau Sulawesi (hampir berbentuk huruf K). Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari beberapa kabupaten dan Kota. Ibukota Sulawesi Utara adalah Manado. Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Bolaang Mongondow ibukotanya Kotamobagu; (2) Kabupaten Minahasa ibukotanya Tondano; (3) Kabupaten Kepulauan Sangihe ibukotanya Tahuna; (4) Kabupaten Kepulauan Talaud ibukotanya Melonguane; (5) Kabupaten Minahasa Selatan ibukotanya Amurang; (6) Kabupaten Minahasa Utara ibukotanya Airmadidi; (7) Kabupaten Minahasa Tenggara ibukotanya Ratahan; (8) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ibukotanya Boroko; (9) Kabupaten Kepulauan Siau Tagolandang ibukotanya Biaro Ondong Siau; (10) Kota Manado, (11) Kota Bitung, (12) Kota Tomohon, dan (13) Kota Kotamobagu.
Sulawesi Tenggara
Dasar hukumUU 13/1964, tanggal penting 22 September 1964 sebagai hari jadinya, ibukota Kendari, luas38.140 km², jumlah keseluruhan enduduk1.959.414 (sensus tahun 2005). Jumlah kabupaten 10, kodya/kota 2, kecamatan 104, kelurahan/desa 1.529. Adapun suku-suku bangsa yang mendiami Sulawesi Tenggara adalah Suku Tolaki, Suku Buton, Suku Muna, dan Suku Moronene. Agama yang dianut oleh penduduk adalah AgamaIslam, Kristen, dan Hindu. Zona waktu adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA). Sementara itu, lagu daerahnya Peia Tawa-tawa. Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' - 06°15' Lintang Selatan dan di antara 120°45' - 124°30' Bujur Timur dan mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² atau 3.814.000 ha dan wilayah perairan (laut) seluas 110.000 km² atau 11.000.000 ha.
Berdasarkan sejarah, Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasar Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No. 13 Tahun 1964. Pada awalnya terdiri atas 4 (empat) kabupaten yaitu: Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Buton dengan Kota Kendari sebagai ibukota provinsi. Setelah pemekaran, Sulawesi
Tenggara mempunyai 10 kabupaten dan 2 kota.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619 jiwa. Kemudian tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah sejumlah 1.959. 414 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara selama tahun 1990-2000 adalah 2,79% per tahun dan tahun 2004-2005 menjadi 0,02. Laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten selama kurun waktu 2004-2005 hanya kota Kendari dan Kabupaten Muna yang menunjukan pertumbuhan yang positif yaitu 0,03 % dan 0,02 % per tahun, sedangkan kabupaten yang lain menunjukkan pertumbuhan negatif. Struktur umur penduduk Sultra pada tahun 2005, penduduk usia di bawah 15 tahun 700.433 jiwa /35,75% dari total penduduk. Sedangkan penduduk perempuan mencapai 984.987 jiwa (20.27%) dan penduduk laki-laki mencapai 974.427 jiwa (49,73%).
Beberapa komoditi unggulan Sulawesi Tenggara, antara lain: pertanian, meliputi kakao, mete, kelapa, cengkeh, kopi, pinang lada dan vanili. Kehutanan, meliputi kayu gelondongan dan kayu gergajian. Perikanan, meliputi perikanan darat dan perikanan laut. Peternakan, meliputi sapi, kerbau dan kambing. Pertambangan, meliputi marmer, batu setengah permata, onix, batu gamping dan tanah liat
Kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebagai berikut: (1) Kabupaten Kolaka ibukotanya Kolaka; (2) Kabupaten Konawe ibukotanya Unaaha; (3) Kabupaten Muna ibukotanya Raha; (4) Kabupaten Buton ibukotanya Bau-Bau; (5) Kabupaten Konawe Selatan ibukotanya Andolo; (6) Kabupaten Bombana ibukotanya Rumbia; (7) Kabupaten Wakatobi ibukotanya Wangi-Wangi; (8) Kabupaten Kolaka Utara ibukotanya Lasusua; (9) Kabupaten Konawe Utara ibukotanya Wanggudu; (10) Kabupaten Buton Utara ibukotanya Buranga; (11) Kota Kendari; (12) Kota Bau-Bau.
Sulawesi Tengah
Dasar hukumUU 13/1964, tanggal penting13 April 1964 (hari jadi), ibu kotanya Palu, luas 68.089,83 km². Jumlah enduduk2.242.914 (2004). Jumlah kabupaten 9, kodya/kota 1, kecamatan79, kelurahan/desa 1.423. Suku-suku bangsa yang mendiami Provinsi Sulawesi Tengah sangat banyak, di antaranya adalah Suku Pamona,Suku Mori,Suku Kaili, Suku Kulawi, Suku Tomini, Suku Bore, Suku Bungku, Suku Saluan, Suku Balantak, Suku Banggai, Suku Buol, dan Suku Toli-toli. Agama yang dianut penduduknya adalah Agama Islam, Protestan, dan Katolik. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia, ditambah bahasa suku Pamona, Mori, Kaili, dan lain-lain. Zona waktu adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA). Lagu daerahnya adalah Tondok Kadadingku, Rano Poso, dan Wita Mori.
Sejarah terbentuknya daeah Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut. Wilayah provinsi Sulawesi Tengah, sebelum jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan yang terdiri atas 15 kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang selanjutnya dalam sejarah Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat. Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan Di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain: (a) Poso Lage di Poso, (b) Lore di Wianga, (c) Tojo di Ampana, (d) Pulau Una-una di Una-una, (e) Bungku di Bungku, (f) Mori di Kolonodale, (g) Banggai di Luwuk, (h) Parigi di Parigi, (i) Moutong di Tinombo, (j) Tawaeli di Tawaeli, (k) Banawa di Donggala, (l) Palu di Palu, (m) Sigi/Dolo di Biromaru, (n) Kulawi di Kulawi, dan (o) Tolitoli di Tolitoli.
Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian yakni: Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi. Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja. Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Kini berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10 daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota.
Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, diantaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu. Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis. Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
Kabupaten dan Kota Sulawesi Tengah adalah: (1) Kabupaten Banggai ibukotanya Luwuk; (2) Kabupaten Poso ibukotanya Poso; (3) Kabupaten Donggala ibukotanya Donggala; (4) Kabupaten Toli-Toli ibukotanya Toli-Toli; (5) Kabupaten Buol ibukotanya Buol; (6) Kabupaten Morowali ibukotanya Bungku; (7) Kabupaten Banggai Kepulauan ibukotanya Banggai; (8) Kabupaten Parigi Moutong ibukotanya Parigi; (9) Kabupaten Tojo Una-Una ibukotanya Ampana; dan (10)Kota Palu.
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnik atau suku bangsa, yaitu: (1) Etnik Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu; (2) Etnik Kulawi berdiam di kabupaten Donggala; (3) Etnik Lore berdiam di kabupaten Poso; (4) Etnik Pamona berdiam di kabupaten Poso; (5) Etnik Mori berdiam di kabupaten Morowali; (6) Etnik Bungku berdiam di kabupaten Morowali; (7) Etnik Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai; (8) Etnik Balantak berdiam di kabupaten Banggai; (9) Etnik Mamasa berdiam di kabupaten Banggai; (10) Etnik Taa berdiam di kabupaten Banggai; (11) Etnik Bare'e berdiam di kabupaten Touna; (12) Etnik Banggai berdiam di Banggai Kepulauan; (13) Etnik Buol mendiami kabupaten Buol; (14) Etnik Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli; dan (15) Etnik Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong. Di samping 15 kelompok etnik, ada beberapa suku terasing hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan masyarakat Bugis dan Makasar serta Etnik lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat di samping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama. Karena banyak kelompok Etnik mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara Etnik tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan. Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba-semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% penduduk memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu dan Budha. Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan oleh Said ldrus Salim Aldjufri, seorang guru pada sekolah Alkhairaat. Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda A.C Cruyt dan Adrian.
Sulawesi Barat
Dasar hukumUU 26/2004, tanggal penting5 Oktober 2004 (hari jadi), ibu kota Mamuju, luas16.796,19 km². Jumlah penduduk 938.254, kabupaten5, kodya/kota1. Suku-suku bangsa yang mendiami Sulawesi Barat adalah sebagai berikut: Suku Mandar (49,15%), Suku Toraja (13,95%), Suku Bugis (10,79%), Suku Jawa (5,38%), Suku Makassar (1,59%), Suku lainnya (19,15%). Agama yang dianut penduduknya, Agama Islam (83,1%), Kristen (14,36%), Hindu (1,88%), Buddha (0,04%), lain-lain (0,62%). Bahasa nasional adalah Bahasa Indonesia, ditambah bahasa-bahasa suku yaitu bahasa Mandar, bahasa Bugis, bahasa Toraja, dan bahasa Makassar. Zona waktu yang digunakan adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA). Sulawesi Barat adalah provinsi pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No 26 Tahun 2004. Ibukotanya ialah Mamuju.
Sumber Kekayaan Alam Sulawesi Barat dikenal sebagai lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa, dan cengkeh. Di sektor pertambangan terdapat kandungan emas, batubara, dan minyak bumi. Pemerintahan daerah ini dipimpin oleh seorang Kepala Daerah Tingkat II, Provinsi dan Wakil Gubernur. Adapun Kabupaten dan Kota di Sulawesi Barat adalah sebagai berikut. (1) Kabupaten Mamuju Utara ibukotanya Pasangkayu; (2) Kabupaten Mamuju ibukotanya Mamuju; (3) Kabupaten Mamasa ibukotanya Mamasa; (4) Kabupaten Polewali Mandar ibukotanya Polewali; dan (5) Kabupaten Majene ibukotanya Majene.
Seni Budaya Sulawesi
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama. Karena banyak kelompok Etnik mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara Etnik tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba-semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrume seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah berEtnik Kaili sekitar pantai barat - waino - musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival. Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan Jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.
Kecapi adalah alah satu alat musik petik (kordofon lute) tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis (Bugis Makassar dan Bugis Mandar). Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai (senar), diambil karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
Gendang adalah salah satu alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana. Memiliki sati sisi membran dapat diklasifikasikan kepada alat musik membranofon berbentuk frame. Gendang seperti ini umum dijumpai terutaam di kawasan pesisir di seluruh Nusantara, termasuk di Sulawesi. Kemudian alat musik lainnya adalah suling bambu atau juga disebut suling buluh, yaitu alat musik end blown flute, yang berdasarkan ukurannya terdiri dari tiga jenis, yaitu: (1) suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Pada masa sekarang suling ini jarang diketemukan dan digunakan dalam konteks sosial. (2) suling calabai (suling ponco), sama dengan suling panjang hanya ukurannya relatif lebih pendek dan kecil, sering dipadukan dengan piola (biola) dan kecapi dan dimainkan bersama vokal penyanyi; (3) suling dupa samping (dalam ensambel musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau acara penjemputan tamu.
Seni tari dalam kebudayaan masyarakat Sulawesi sangat kaya. Di antaranya adalah sebagai berikut. Tari Pelangi; atau dalam bahasa daerah disebut tarian pabbakkanna lajina, fungsi ritual dan sosial yang utama tari ini adalah untuk meminta hujan.
Tari Paduppa Bosara adalah satu genre tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara (sekapur sirih dan pinang), sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan. Orang Bugis sangat menghormati tamu-tamu yang datang dan dianggap menjadi bahagian dari keluarga besar suku Bugis.
Tari Pattennung adalah tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Secara umum, tarian ini menggambarkankesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis. Seperti diketahui bahwa di dalam kebudayaan Bugis, terdapat kegiatan menenun yang menghasilkan kain tenunan ikat khas Bugis.
Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh perempuan atau calabari (waria). Fungsi sosial utamanya adalah sebagai wahana pergaulan dan hiburan, yaitu bentuk menari berpasang-pasangan. Pada masa sekarang tarian ini sudah sangat jarang dipertunjukkan. Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte. Demikian deskripsi singkat kesenian masyarakat Sulawesi, yang sebenarnya masih kaya dengan berbagai seni musik, tari, dan teater lainnya.
Daftar Pustaka untuk Mendalami Kajian
Bierstedt, R. 1970. The Social Order. Bombay: Tata McGraw‑Hill Publishing House Ltd.
Cooley, C.H. 1909. Social Organization. New York: Ch. Scribner’s Son.
Denzin, Norman K. Dan Yvonna S. Lincoln (eds.), 1995. Hand Book of Qualitative Research. London: Sage Publication.
Djojodigoeno, M.M. 1958. Azas-Azas Sosiologi. Yogyakarta: Jajasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Firth, R. 1915. Elements of Social Organization. London: Watts & Co.
Gillin, J.L dan J.P. Gillin, 1954. For A Science of Social Man. New York: McMillan.
Hasbullah Ma’ruf, 1977. Naskah Cara-cara Nikah-Kawin Adat Melayu Sumatera Timur. Medan.
Haziyah Hussin, 2006. Motif Alam dalam Batik dan Songket Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Herkovits, Melville J., 1948. Man and His Work. New York: Alfred A. Knoft.
Hilman Hadikusuma, 1990. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya.
Ismail Husein, 1984. Antara Dunia Melayu dengan Dunia Indonesia. Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia. J.C. van Eerde, J.C. van, 1920. De Volken van Nederlansch-Indie. Amsterdam: Mij Elsevier.
Siti Zainon Ismail, 1997. Keindahan Budaya Tradisional Nusantara: Tekstil Tenunan Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
S. Nasution, 1982. Metode Research. Bandung: Jemmars.
Soedarsono, 1995. “Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.” Makalah seminar dalam rangka peringatan hari jadi Jurusan Pendidikan Sendratasik ke-10 FP BS IKIP Yogyakarta.
Steward, Julian H., 1976. Theory of Culture Change: the Methodology of Multilinear Evolution. London: University of Illinois Press.
Syed Alwi Sheikh Al-Hadi, 1986. Adat Resam dan Adat Istiadat Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia.
Tenas Effendy dkk., 2004. Corak dan Ragi: Tenun Melayu Riau. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan Penerbit AdiCita.
Internet:
www.sultra.go.id
www.sulbar.com
www.sulteng.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
Sulawesi adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di antara Pulau Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km². Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 sedunia. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur. Sulawesi terdiri dari enam provinsi, yakni: (1) Gorontalo, (2) Sulawesi Barat, (3) Sulawesi Selatan, (4) Sulawesi Tengah, (5) Sulawesi Tenggara, dan (6) Sulawesi Utara.
Sulawesi merupakan pulau terbesar kelima di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 227.654 kilometer persegi. Bentuknya yang unik menyerupai bunga mawar laba-laba yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang membujur ke timur laut, timur dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku. Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam propinsi yaitu propinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. Sulawesi Tengah merupakan propinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai. Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di propinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter cari permukaan laut.
Gorontalo
Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indoonesia. Sebelumnya, Gorontalo merupakan wilayah kabupaten di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tertanggal 22 Desember 2000. Provinsi Gorontalo terletak di pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.215 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 887.000 jiwa (2004). Kabupaten dan kota di Grontalo adalah: (1) Kabupaten GorontaloGorontalo, (2) Kota Gorontalo, (3) Kabupaten BoalemoMarisa/Tilamuta, (4) Kabupaten Bone Bolango Suwawa, (5)Kabupaten Pohuwato Marisa, (6) Kabupaten Gorontalo Utara.
Sebenarnya ada banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yaitu: bahasa Gorontalo, Suwawa, dan Atinggola. Dalam proses lahirnya bahasa yang ada khusus untuk bahasa daerah adalah bahasa Gorontalo. Saat ini bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, sehingga kemurnian bahasa agak sulit diperoleh di Gorontalo.
Gorontalo seperti daerah lainnya di Indonesia pernah lama dijajah oleh Belanda akan tetapi lebih dahulu merdeka ketimbang Indonesia. Gorontalo merdeka pada tahun 1942 ketika penjajah Belanda digantikan oleh Jepang. Pada tanggal 23 Januari 1942 itulah Gorontalo merdeka dengan perjuangan rakyat bersama tokoh pejuang heroiknya yaitu Nani Wartabone dan Kusno Danupoyo.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia, yanng terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibukotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujungpandang. Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 62.482,54 km². Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut Flores di selatan. Suku bangsa di Sulawesi Selatan adalah: Makassar, Bugis, Mandar, Toraja, dan Duri (Massenrenpulu). Bahasa yang umum digunakan adalah Makassar, Bugis, Luwu, Toraja, , dan Konjo. Mayoritas beragama Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja dan sebagian wilayah lainnya beragama Kristen.
Lima tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Propinsi Administratif Sulawesi. 10 tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960 yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4 tahun kemudian, melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir, pemerintah memecah Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004. Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali Mandar yang tadinya merupakan kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan resmi menjadi kabupaten di provinsi Sulawesi Barat seiring dengan berdirinya provinsi tersebut pada tanggal 5 Oktober 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004. Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Selayar ibukotanya Bantaeng, (2) Kabupaten Bulukumba ibukotanya Bulukumba, (3) Kabupaten Bantaeng ibukotanya Bantaeng, (4) Kabupaten Jeneponto Jeneponto, (5) Kabupaten Takalar ibukotanya Takalar, (6) Kabupaten Gowa ibukotanya Sunggu Minasa, (7) Kabupaten Sinjai ibukotanya Sinjai, (8) Kabupaten Bone ibukotanya Watampone, (9) Kabupaten Maros ibukotanya Maros, (10) Kabupaten Kepulauan Pangkajene ibukotanya Pangkajene, (11) Kabupaten Barru ibukotanya Barru, (12) Kabupaten Soppeng ibukotanya Watan Soppeng, (13) Kabupaten Wajo ibukotanya Sengkang, (14) Kabupaten Sidenreng ibukotanya Rappang Sidenreng, (15) Kabupaten Pinrang ibukotanya Pinrang, (16) Kabupaten Enrekang ibukotanya Enrekang, (17) Kabupaten Luwu ibukotanya Palopo, (18) Kabupaten Tana Toraja ibukotanya Makale, (19) Kabupaten Luwu Utara ibukotanya Masamba, (20) Kabupaten Luwu Timur ibukotanya Malili, (21) Kota Makassar, (22) Kota Pare-Pare, dan (23) Kota Palopo. Pada tahun 2008 Kabupaten Toraja Utara dijadwalkan terbentuk, menyusul terbitnya Amanat Presiden Yudhoyono, bernomor R.68/Pres/12/2007, pada tanggal 10 Desember 2007, mengenai pemekaran 12 kabupaten/kota.
Sulawesi Utara
Lambang Sulawesi Utara "Si Tou Timou Tumou Tou" (Bahasa Minahasa: "Manusia hidup untuk menghidupi/menjadi berkat bagi orang lain"). Dasar hukum UU 13/1964. Tanggal penting14 Agustus 1959 (hari jadi). Ibu kota Manado. Luas15.364,08 km². Penduduk2.199.117 (2008). Jumlah Kabupaten 9, Kodya/Kota 4, Kecamatan 100, Kelurahan/Desa 1.196. Suku bangsa yangmenghuni Sulawesi Utara adalah Minahasa (40%), Suku Sangir (19,8%), Suku Bolaang Mongondow (11,3%), Suku Gorontalo (7,4%). Agama yang dianut penduduknya Agama Protestan (65%), Islam (28,4%), Katolik (6%), lainnya (0,6%). Zona waktu Waktu Indonesia Tengah/WITA (yaitu GMT+08:00). Lagu Daerah: Si Patokaan dan O Inani Keke.
Provinsi Sulawesi Utara terletak di jazirah Pulau Sulawesi (hampir berbentuk huruf K). Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari beberapa kabupaten dan Kota. Ibukota Sulawesi Utara adalah Manado. Kabupaten dan Kota: (1) Kabupaten Bolaang Mongondow ibukotanya Kotamobagu; (2) Kabupaten Minahasa ibukotanya Tondano; (3) Kabupaten Kepulauan Sangihe ibukotanya Tahuna; (4) Kabupaten Kepulauan Talaud ibukotanya Melonguane; (5) Kabupaten Minahasa Selatan ibukotanya Amurang; (6) Kabupaten Minahasa Utara ibukotanya Airmadidi; (7) Kabupaten Minahasa Tenggara ibukotanya Ratahan; (8) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ibukotanya Boroko; (9) Kabupaten Kepulauan Siau Tagolandang ibukotanya Biaro Ondong Siau; (10) Kota Manado, (11) Kota Bitung, (12) Kota Tomohon, dan (13) Kota Kotamobagu.
Sulawesi Tenggara
Dasar hukumUU 13/1964, tanggal penting 22 September 1964 sebagai hari jadinya, ibukota Kendari, luas38.140 km², jumlah keseluruhan enduduk1.959.414 (sensus tahun 2005). Jumlah kabupaten 10, kodya/kota 2, kecamatan 104, kelurahan/desa 1.529. Adapun suku-suku bangsa yang mendiami Sulawesi Tenggara adalah Suku Tolaki, Suku Buton, Suku Muna, dan Suku Moronene. Agama yang dianut oleh penduduk adalah AgamaIslam, Kristen, dan Hindu. Zona waktu adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA). Sementara itu, lagu daerahnya Peia Tawa-tawa. Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' - 06°15' Lintang Selatan dan di antara 120°45' - 124°30' Bujur Timur dan mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² atau 3.814.000 ha dan wilayah perairan (laut) seluas 110.000 km² atau 11.000.000 ha.
Berdasarkan sejarah, Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasar Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No. 13 Tahun 1964. Pada awalnya terdiri atas 4 (empat) kabupaten yaitu: Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Buton dengan Kota Kendari sebagai ibukota provinsi. Setelah pemekaran, Sulawesi
Tenggara mempunyai 10 kabupaten dan 2 kota.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619 jiwa. Kemudian tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah sejumlah 1.959. 414 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara selama tahun 1990-2000 adalah 2,79% per tahun dan tahun 2004-2005 menjadi 0,02. Laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten selama kurun waktu 2004-2005 hanya kota Kendari dan Kabupaten Muna yang menunjukan pertumbuhan yang positif yaitu 0,03 % dan 0,02 % per tahun, sedangkan kabupaten yang lain menunjukkan pertumbuhan negatif. Struktur umur penduduk Sultra pada tahun 2005, penduduk usia di bawah 15 tahun 700.433 jiwa /35,75% dari total penduduk. Sedangkan penduduk perempuan mencapai 984.987 jiwa (20.27%) dan penduduk laki-laki mencapai 974.427 jiwa (49,73%).
Beberapa komoditi unggulan Sulawesi Tenggara, antara lain: pertanian, meliputi kakao, mete, kelapa, cengkeh, kopi, pinang lada dan vanili. Kehutanan, meliputi kayu gelondongan dan kayu gergajian. Perikanan, meliputi perikanan darat dan perikanan laut. Peternakan, meliputi sapi, kerbau dan kambing. Pertambangan, meliputi marmer, batu setengah permata, onix, batu gamping dan tanah liat
Kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebagai berikut: (1) Kabupaten Kolaka ibukotanya Kolaka; (2) Kabupaten Konawe ibukotanya Unaaha; (3) Kabupaten Muna ibukotanya Raha; (4) Kabupaten Buton ibukotanya Bau-Bau; (5) Kabupaten Konawe Selatan ibukotanya Andolo; (6) Kabupaten Bombana ibukotanya Rumbia; (7) Kabupaten Wakatobi ibukotanya Wangi-Wangi; (8) Kabupaten Kolaka Utara ibukotanya Lasusua; (9) Kabupaten Konawe Utara ibukotanya Wanggudu; (10) Kabupaten Buton Utara ibukotanya Buranga; (11) Kota Kendari; (12) Kota Bau-Bau.
Sulawesi Tengah
Dasar hukumUU 13/1964, tanggal penting13 April 1964 (hari jadi), ibu kotanya Palu, luas 68.089,83 km². Jumlah enduduk2.242.914 (2004). Jumlah kabupaten 9, kodya/kota 1, kecamatan79, kelurahan/desa 1.423. Suku-suku bangsa yang mendiami Provinsi Sulawesi Tengah sangat banyak, di antaranya adalah Suku Pamona,Suku Mori,Suku Kaili, Suku Kulawi, Suku Tomini, Suku Bore, Suku Bungku, Suku Saluan, Suku Balantak, Suku Banggai, Suku Buol, dan Suku Toli-toli. Agama yang dianut penduduknya adalah Agama Islam, Protestan, dan Katolik. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia, ditambah bahasa suku Pamona, Mori, Kaili, dan lain-lain. Zona waktu adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA). Lagu daerahnya adalah Tondok Kadadingku, Rano Poso, dan Wita Mori.
Sejarah terbentuknya daeah Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut. Wilayah provinsi Sulawesi Tengah, sebelum jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan yang terdiri atas 15 kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang selanjutnya dalam sejarah Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat. Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan Di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain: (a) Poso Lage di Poso, (b) Lore di Wianga, (c) Tojo di Ampana, (d) Pulau Una-una di Una-una, (e) Bungku di Bungku, (f) Mori di Kolonodale, (g) Banggai di Luwuk, (h) Parigi di Parigi, (i) Moutong di Tinombo, (j) Tawaeli di Tawaeli, (k) Banawa di Donggala, (l) Palu di Palu, (m) Sigi/Dolo di Biromaru, (n) Kulawi di Kulawi, dan (o) Tolitoli di Tolitoli.
Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian yakni: Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi. Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja. Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Kini berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10 daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota.
Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, diantaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu. Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis. Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
Kabupaten dan Kota Sulawesi Tengah adalah: (1) Kabupaten Banggai ibukotanya Luwuk; (2) Kabupaten Poso ibukotanya Poso; (3) Kabupaten Donggala ibukotanya Donggala; (4) Kabupaten Toli-Toli ibukotanya Toli-Toli; (5) Kabupaten Buol ibukotanya Buol; (6) Kabupaten Morowali ibukotanya Bungku; (7) Kabupaten Banggai Kepulauan ibukotanya Banggai; (8) Kabupaten Parigi Moutong ibukotanya Parigi; (9) Kabupaten Tojo Una-Una ibukotanya Ampana; dan (10)Kota Palu.
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnik atau suku bangsa, yaitu: (1) Etnik Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu; (2) Etnik Kulawi berdiam di kabupaten Donggala; (3) Etnik Lore berdiam di kabupaten Poso; (4) Etnik Pamona berdiam di kabupaten Poso; (5) Etnik Mori berdiam di kabupaten Morowali; (6) Etnik Bungku berdiam di kabupaten Morowali; (7) Etnik Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai; (8) Etnik Balantak berdiam di kabupaten Banggai; (9) Etnik Mamasa berdiam di kabupaten Banggai; (10) Etnik Taa berdiam di kabupaten Banggai; (11) Etnik Bare'e berdiam di kabupaten Touna; (12) Etnik Banggai berdiam di Banggai Kepulauan; (13) Etnik Buol mendiami kabupaten Buol; (14) Etnik Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli; dan (15) Etnik Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong. Di samping 15 kelompok etnik, ada beberapa suku terasing hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan masyarakat Bugis dan Makasar serta Etnik lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat di samping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama. Karena banyak kelompok Etnik mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara Etnik tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan. Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba-semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% penduduk memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu dan Budha. Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan oleh Said ldrus Salim Aldjufri, seorang guru pada sekolah Alkhairaat. Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda A.C Cruyt dan Adrian.
Sulawesi Barat
Dasar hukumUU 26/2004, tanggal penting5 Oktober 2004 (hari jadi), ibu kota Mamuju, luas16.796,19 km². Jumlah penduduk 938.254, kabupaten5, kodya/kota1. Suku-suku bangsa yang mendiami Sulawesi Barat adalah sebagai berikut: Suku Mandar (49,15%), Suku Toraja (13,95%), Suku Bugis (10,79%), Suku Jawa (5,38%), Suku Makassar (1,59%), Suku lainnya (19,15%). Agama yang dianut penduduknya, Agama Islam (83,1%), Kristen (14,36%), Hindu (1,88%), Buddha (0,04%), lain-lain (0,62%). Bahasa nasional adalah Bahasa Indonesia, ditambah bahasa-bahasa suku yaitu bahasa Mandar, bahasa Bugis, bahasa Toraja, dan bahasa Makassar. Zona waktu yang digunakan adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA). Sulawesi Barat adalah provinsi pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No 26 Tahun 2004. Ibukotanya ialah Mamuju.
Sumber Kekayaan Alam Sulawesi Barat dikenal sebagai lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa, dan cengkeh. Di sektor pertambangan terdapat kandungan emas, batubara, dan minyak bumi. Pemerintahan daerah ini dipimpin oleh seorang Kepala Daerah Tingkat II, Provinsi dan Wakil Gubernur. Adapun Kabupaten dan Kota di Sulawesi Barat adalah sebagai berikut. (1) Kabupaten Mamuju Utara ibukotanya Pasangkayu; (2) Kabupaten Mamuju ibukotanya Mamuju; (3) Kabupaten Mamasa ibukotanya Mamasa; (4) Kabupaten Polewali Mandar ibukotanya Polewali; dan (5) Kabupaten Majene ibukotanya Majene.
Seni Budaya Sulawesi
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama. Karena banyak kelompok Etnik mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara Etnik tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba-semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrume seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah berEtnik Kaili sekitar pantai barat - waino - musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival. Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan Jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.
Kecapi adalah alah satu alat musik petik (kordofon lute) tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis (Bugis Makassar dan Bugis Mandar). Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai (senar), diambil karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
Gendang adalah salah satu alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana. Memiliki sati sisi membran dapat diklasifikasikan kepada alat musik membranofon berbentuk frame. Gendang seperti ini umum dijumpai terutaam di kawasan pesisir di seluruh Nusantara, termasuk di Sulawesi. Kemudian alat musik lainnya adalah suling bambu atau juga disebut suling buluh, yaitu alat musik end blown flute, yang berdasarkan ukurannya terdiri dari tiga jenis, yaitu: (1) suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Pada masa sekarang suling ini jarang diketemukan dan digunakan dalam konteks sosial. (2) suling calabai (suling ponco), sama dengan suling panjang hanya ukurannya relatif lebih pendek dan kecil, sering dipadukan dengan piola (biola) dan kecapi dan dimainkan bersama vokal penyanyi; (3) suling dupa samping (dalam ensambel musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau acara penjemputan tamu.
Seni tari dalam kebudayaan masyarakat Sulawesi sangat kaya. Di antaranya adalah sebagai berikut. Tari Pelangi; atau dalam bahasa daerah disebut tarian pabbakkanna lajina, fungsi ritual dan sosial yang utama tari ini adalah untuk meminta hujan.
Tari Paduppa Bosara adalah satu genre tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara (sekapur sirih dan pinang), sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan. Orang Bugis sangat menghormati tamu-tamu yang datang dan dianggap menjadi bahagian dari keluarga besar suku Bugis.
Tari Pattennung adalah tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Secara umum, tarian ini menggambarkankesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis. Seperti diketahui bahwa di dalam kebudayaan Bugis, terdapat kegiatan menenun yang menghasilkan kain tenunan ikat khas Bugis.
Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh perempuan atau calabari (waria). Fungsi sosial utamanya adalah sebagai wahana pergaulan dan hiburan, yaitu bentuk menari berpasang-pasangan. Pada masa sekarang tarian ini sudah sangat jarang dipertunjukkan. Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte. Demikian deskripsi singkat kesenian masyarakat Sulawesi, yang sebenarnya masih kaya dengan berbagai seni musik, tari, dan teater lainnya.
Daftar Pustaka untuk Mendalami Kajian
Bierstedt, R. 1970. The Social Order. Bombay: Tata McGraw‑Hill Publishing House Ltd.
Cooley, C.H. 1909. Social Organization. New York: Ch. Scribner’s Son.
Denzin, Norman K. Dan Yvonna S. Lincoln (eds.), 1995. Hand Book of Qualitative Research. London: Sage Publication.
Djojodigoeno, M.M. 1958. Azas-Azas Sosiologi. Yogyakarta: Jajasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Firth, R. 1915. Elements of Social Organization. London: Watts & Co.
Gillin, J.L dan J.P. Gillin, 1954. For A Science of Social Man. New York: McMillan.
Hasbullah Ma’ruf, 1977. Naskah Cara-cara Nikah-Kawin Adat Melayu Sumatera Timur. Medan.
Haziyah Hussin, 2006. Motif Alam dalam Batik dan Songket Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Herkovits, Melville J., 1948. Man and His Work. New York: Alfred A. Knoft.
Hilman Hadikusuma, 1990. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya.
Ismail Husein, 1984. Antara Dunia Melayu dengan Dunia Indonesia. Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia. J.C. van Eerde, J.C. van, 1920. De Volken van Nederlansch-Indie. Amsterdam: Mij Elsevier.
Siti Zainon Ismail, 1997. Keindahan Budaya Tradisional Nusantara: Tekstil Tenunan Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
S. Nasution, 1982. Metode Research. Bandung: Jemmars.
Soedarsono, 1995. “Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.” Makalah seminar dalam rangka peringatan hari jadi Jurusan Pendidikan Sendratasik ke-10 FP BS IKIP Yogyakarta.
Steward, Julian H., 1976. Theory of Culture Change: the Methodology of Multilinear Evolution. London: University of Illinois Press.
Syed Alwi Sheikh Al-Hadi, 1986. Adat Resam dan Adat Istiadat Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia.
Tenas Effendy dkk., 2004. Corak dan Ragi: Tenun Melayu Riau. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan Penerbit AdiCita.
Internet:
www.sultra.go.id
www.sulbar.com
www.sulteng.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara